Sabtu, November 04, 2023

Calotropis gigantea, Widuri Yang Elok dan Indah

  Budiarto Eko Kusumo       Sabtu, November 04, 2023
Tahun 1991, Bobby Willem Tutupoly atau yang akrab dengan Bob Tutupoly meliris lagu Widuri. Lagu itu hingga kini masih populer. Dalam lirik lagunya berkisah tentang empati, kekaguman, dan akhirnya menyayanginya.
Mungkin Bob Tutupoly melantunkan lagu itu untuk bertutur tentang seorang wanita yang bernama Widuri, tapi setelah melihat tanaman widuri yang berada di pinggir saluran irigasi dalam areal persawahan Dusun Lemah Duwur RT 07 RW 02, Desa Dilem, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang itu, saya jadi melihat ada keterhubugan dengan tanaman tersebut, terutama pada larik bait kata: “Widuri, elok bagai rembulan”, dan “Widuri, indah bagai lukisan.”
Kebetulan tanaman widuri yang saya jumpai sedang berproses lengkap dalam dunianya. Artinya, pada saat saya melihatnya, di antara daunnya yang tebal lonjong terdapat bunga berwarna keunguan yang lagi bermekaran dan buah yang masih muda maupun mlethek (merekah). Sehingga, tanaman widuri tersebut terlihat elok dan indah. Meskipun widuri cukup eksotis dan indah, namun tumbuhan ini kerap dibiarkan tumbuh liar dan dianggap sebagai gulma.
Tanaman widuri memiliki nama ilmiah Calotropis gigantea (L.) W.T.Aiton. Nama genus Calotropis berasal dari bahasa Yunani dari kombinasi kata “kalós” (indah) dan “tropos” (kapal), mengacu pada bentuk ruas mahkota staminal. Sedangkan, julukan khusus spesies gigantea berarti besar, mengacu pada ukuran bunganya [
1https://www.missouribotanicalgarden.org/PlantFinder/PlantFinderDetails.aspx?taxonid=276827
].

Bunga widuri (Calotropis gigantea)

Carolus Linnaeus (1707-1778), seorang ahli botani Swedia, mendeskripsikan spesies ini pertama kali sebagai Asclepias gigantea pada tahun 1753, dan dipublikasikan dalam Species plantarum:exhibentes plantas rite cognitas, ad genera relatas, cum differentiis specificis, nominibus trivialibus, synonymis selectis, locis natalibus, secundum systema sexuale digestas, Tomus I [
2Linnaei, Caroli. (1753). Species plantarum:exhibentes plantas rite cognitas, ad genera relatas, cum differentiis specificis, nominibus trivialibus, synonymis selectis, locis natalibus, secundum systema sexuale digestas, Tomus I. Holmiae: Impensis Laurentii Salvii. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/item/13829
], atau Sp. Pl. 1: 214 (1753).
Kemudian pada tahun 1811, spesies Asclepias gigantea dimasukkan ke dalam genus Calotropis oleh William Townsend Aiton (1766-1849) menjadi Calotropis gigantea, dan dipublikasikan dalam Hortus kewensis, or, A catalogue of the plants cultivated in the Royal Botanic Garden at Kew, Vol. II [
3Aiton, William Townsend. (1811). Hortus kewensis, or, A catalogue of the plants cultivated in the Royal Botanic Garden at Kew, Vol. II. London: Longman, Hurst, Rees, Orme, and Brown, Paternoster Row. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/item/186410
], atau Hort. Kew., ed. 2 [W.T. Aiton] 2: 78 (1811).
Aiton adalah seorang ahli botani dan lanskap taman berkebangaan Inggris yang lahir di Kew, putra William Aiton. Dia menggantikan ayahnya sebagai superintenden Royal Gardens di Kew (1793-1841). Selain itu, ia juga memegang kendali atas Richmond Gardens yang berdekatan dengan Kew ketika John Haverfield pensiun pada tahun 1795, taman kerajaan di Istana Kensington, Istana Buckingham dan di Royal Pavilion, Brighton [
4https://plants.jstor.org/stable/10.5555/al.ap.person.bm000392649
].
Selain bersinonim dengan Calotropis gigantea (L.) Dryand., spesies Calotropis gigantea memiliki nama-nama umum (common names) lainnya: crown flower, bowstring-hemp, giant milkweed, giant milkwood, yercum fibre, crownplant (Inggris); mudar (Spanyol); mudarpflanze, akonfaserstrauch (Jerman); arbre à soie, mercure végétal (Prancis); seta di calotropis (Italia); aushar, oschor (Arab); arka, mandara (Sansekerta); mayo, mayo-pin (Myanmar); kok may, dok kap, dok hak (Laos); bong bong, coc may, nam ti ba (Vietnam); po thuean, paan thuean, rak (Thailand); remiga, rembiga, kemengu (Malaysia); bidhuri, sidaguri, widuri (Indonesia); niu jiao gua (China);  [
5Calotropis gigantea (L.) W.T.Aiton in GBIF Secretariat. GBIF Backbone Taxonomy. Checklist dataset https://doi.org/10.15468/39omei accessed via GBIF.org on 2023-11-03.
,
6‘Calotropis gigantea (Yercum fibre)’ (2022) CABI Compendium. CABI. doi: 10.1079/cabicompendium.16847.
,
7Puccio, Pietro (Text) & Beltramini, Mario (English translation). Calotropis gigantea. Retrieved from https://www.monaconatureencyclopedia.com/calotropis-gigantea-2/?lang=en
,
8http://www.stuartxchange.org/Kapal-kapal.html
].

Buah widuri (Calotropis gigantea) yang sudah merekah

Di Indonesia, tanaman widuri juga mempunyai nama lokal di berbagai daerah: rubik (Aceh); rumbigo (Minangkabau); rebega, remingu (Melayu); widuri (Sunda); saduri, sidoguri, rubik, widuri (Jawa); bidhuri (Madura); manori, maduri (Bali); modo kapauk, modo kampauk (Nusa Tenggara); rambega (Sulawesi).
Calotropis gigantea (widuri) termasuk dalam famili Apocynaceae, dan berasal dari daerah wilayahnya membentang dari Iran, anak benua India, China bagian selatan dan Asia Tenggara, seperti Myanmar, Laos, Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Indonesia [
9https://keyserver.lucidcentral.org/weeds/data/media/Html/calotropis_gigantea.htm
]. Ia ditemukan di daerah padang rumput yang kering, lereng-lereng gunung yang rendah, dan pantai berpasir.
Tanaman widuri (Calotropis gigantea) merupakan semak tinggi dengan kulit kayu berwarna putih kekuningan, daun tebal lonjong, dan bunga berwarna keunguan atau putih. Bunga majemuk dalam anak payung, di ujung atau ketiak daun. Tangkai bunga berambut rapat, mahkota bunga berbentuk kemudi kapal, berwarna lila, kadang-kadang putih. 
Buahnya buah bumbung, berbentuk bulat telur atau bulat panjang, berwarna hijau. Bijinya kecil, lonjong, pipih, berwarna cokelat, berambut pendek dan tebal, umbai rambut serupa sutera panjang.
Batang, cabang, dan daun yang dipotong, dihancurkan, atau diiris akan menghasilkan lateks berwarna putih susu, yaitu sari asam yang disebut sari madar. Kulit batang widuri mengandung bahan serat yang dapat digunakan untuk membuat jala.

Batang dan daun widuri (Calotropis gigantea)

Dalam penggunaan tradisional [
10Kadiyala, M., Ponnusankar, S., & Elango, K. (2013). Calotropis gigantiea (L.) R. Br (Apocynaceae): a phytochemical and pharmacological review. Journal of ethnopharmacology, 150(1), 32–50. https://doi.org/10.1016/j.jep.2013.08.045
], seluruh tumbuhan widuri (Calotropis gigantea) bisa dimanfaatkan. Kulit batannya digunakan sebagai obat yang mengeluarkan keringat, ekspektoran dan bermanfaat untuk mengatasi keluhan seperti disentri, pembesaran limpa, kejang, kudis, kurap, radang paru-paru dan untuk menginduksi persalinan pada ibu hamil.
Akar bubuk digunakan untuk penyakit kaki gajah, kusta dan disentri. Bunganya juga digunakan untuk mengobati penyakit kuning, peradangan, maag dan asma. Infus bunganya digunakan untuk mengobati rematik, cacingan dan serangan epilepsi. 
Rebusan bunganya digunakan untuk obat batuk dan asma, bubuk tanaman yang dicampur susu sapi dapat digunakan untuk rematik, diare, disentri, sifilis, maag, kusta, dan lateksnya digunakan untuk mengatasi sengatan, sakit gigi, karies, kusta, kurap, sifilis, tumor, rematik, antiseptik, vermifuge dan obat pencahar. 
Daunnya dihaluskan, dihangatkan dan dioleskan pada luka bakar, sakit kepala, nyeri rematik, dan dalam bentuk larutan untuk obat demam. Selain itu, daun segarnya dapat digunakan untuk mengobati kejang-kejang pada anak-anak dan ekstrak daunnya bersama dengan garam batu, minyak digunakan untuk sakit telinga dan daun segar hangat berguna untuk nyeri rematik. *** [041123]


logoblog

Thanks for reading Calotropis gigantea, Widuri Yang Elok dan Indah

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog