Minggu, Desember 24, 2023

Moringa oleifera, Pohon Kelor Yang Ajaib dan Sahabat Ibu

  Budiarto Eko Kusumo       Minggu, Desember 24, 2023
Di sebelah barat tanaman buah naga (Selenicereus monacanthus) yang berada di sebelah utara Lapangan Bulutangkis Sitrun Kepanjen, ada tanaman kelor dengan tiga batang. Di sampingnya, digunakan untuk menjemur intip. Pengertian kata intip dalam bahasa Jawa adalah nasi yang ditanak dan melekat pada panci, biasanya dikeringkan lalu digoreng.
Pada waktu saya masih bocil, di daerah saya di Kota Solo, setiap ada orang yang meninggal selalu dimandikan dengan menggunakan daun kelor. Karena pada saat itu masih percaya dengan hal-hal mistis hingga saat ini kelor kerap kali dikenal sebagai tanaman mistis.
Mitos-mitos yang beredar pun cukup banyak, yaitu sebagai tolak bala untuk rumah yang baru dibangun, pengusir makhluk halus, dan melunturkan kekuatan magis dari susuk [
1Kurniasih. (2016). Khasiat & Manfaat Daun Kelor Untuk Penyembuhan Berbagai Penyakit. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
]. Masyarakat memandikan jenazah dengan menggunakan daun kelor, konon hal tersebut dilakukan sebagai upaya menghilangkan sihir atau peluntur susuk pada orang yang telah meninggal.
Tanaman kelor memiliki nama ilmiah Moringa oleifera Lam. Nama genus Moringa berasal dari bahasa Malayalam “muringo” atau “muriṅṅa” yang menunjuk pada polong bengkok atau pohon lobak kuda dalam spesies setempat [
2Merriam-Webster. (n.d.). Moringa. In Merriam-Webster.com dictionary. Retrieved December 23, 2023, from https://www.merriam-webster.com/dictionary/Moringa
]. Bahasa Malayalam sendiri merupakan bahasa resmi negara bagian terselatan India, Kerala.

Daun kelor (Moringa olefora)

Sedangkan, julukan khusus oleifera berasal dari bahasa Latin dari gabungan kata “ole-“ (minyak) dan “-ferous” (membawa, menanggung), mengacu pada polong kelor yang banyak memproduksi minyak atau mengandung minyak [
3Merriam-Webster. (n.d.). Moringa. In Merriam-Webster.com dictionary. Retrieved December 23, 2023, from https://www.merriam-webster.com/dictionary/Moringa
].
Spesies Moringa oleifera dideskripsikan oleh botaniwan Prancis Jean-Baptiste Pierre Antoine de Monet de Lamarck (1744-1829) pada tahun 1785, dan dipublikasikan dalam Encyclopédie méthodique: Botanique, Tome Premier [
4Lamarck, Jean-Baptiste Pierre Antoine de Monet de. (1783). Encyclopédie méthodique: Botanique, Tome Premier. Paris,Liège: Panckoucke;Plomteux. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/item/15259
], atau Encycl. [J. Lamarck & al.] 1(2): 398 (1785).
Nama-nama umum lainnya dari Moringa oleifera adalah horseradish tree, West Indian ben, ben-oil-tree, drumstick-tree, moringa (Inggris); pepperrottre (Norwegia); pepparrotsträd (Swedia); Ceyloninmoringa (Finlandia); behen (Denmark); Meerrettichbaum (Jerman); moringaboom (Belanda); ben aile, arbre de la vie (Prancis); palo garinga, marango, ben (Spanyol); acácia-branca, muringueira (Portugis); moringa (Italia); peperwortelboom (Afrika); shagara al rauwaq (Mesir); ban zayti (Arab); sahajan (Hindi); shigruh (Sansekerta); d n s lawn (Myanmar); 'ii h'um (laos); chùm ngây (Vietnam); mrum' (Kamboja); ma rum, makhonkom, phak nuea kai, phakihum, se cho ya (Thailand); pokok kelor (Malaysia); kelor (Indonesia); malunggay (Tagalog); là mù (China);  quiabo-da-quina (Brasil) [
5Moringa oleifera Lam. in GBIF Secretariat (2023). GBIF Backbone Taxonomy. Checklist dataset https://doi.org/10.15468/39omei accessed via GBIF.org on 2023-12-23.
,
6EOL. Horseradishtree: Moringa oleifera Lam. Retrieved from https://eol.org/pages/486251/names
,
7EPPO Global Database. Moringa oleifera (MOHOL). Retrieved from https://gd.eppo.int/taxon/MOHOL
,
8cabicompendium.34868, CABI Compendium, doi:10.1079/cabicompendium.34868, CABI International, Moringa oleifera (horse radish tree), (2022)
].
Di Indonesia sendiri, Moringa oleifera (kelor) mempunyai penyebutan lokal di berbagai daerah: marunggai (Minangkabau); kélor (Lampung, Sunda, Jawa, Bali)); maronggih (Madura); ongge (Bima); moltong (Flores); hau fo (Timor); keloro (Bugis); kaudhawa (Wolio, Buton); ramungge (Tomini, Parigi Mautong).

Batang kelor (Moringa oleifora)

Tanaman kelor (Moringa oleifera) termasuk dalam famili Moringaceae, dan  berasal dari Pakistan bagian timur laut dan India bagian barat daya. Ia tumbuh di bioma tropis yang kering secara musiman.
Moringa oleifera (kelor) merupakan pohon kecil dengan ketinggian bisa mencapi 8 meter. Batangnya bengkok, sering bercabang dari dekat pangkalnya. Kulit kayu halus, abu-abu tua, sayatan tipis, berwarna kekuningan. Ranting dan pucuk pendek namun berbulu lebat. Mahkota lebar, terbuka, biasanya berbentuk payung dan biasanya bertangkai tunggal, seringkali berakar dalam.
Daunnya bergantian, yang lama segera rontok, dan mempunyai anak daun berpasangan berlawanan, dengan anak daun terminal sedikit lebih besar. Selebaran berwarna hijau tua di bagian atas dan pucat di permukaan bawah, ukuran dan bentuknya bervariasi, tetapi sering kali berbentuk bulat-elips.
Bunga dihasilkan sepanjang tahun, dalam malai ketiak longgar. Tangkai bunganya panjang, dan ramping. Buahnya khas, berwarna cokelat muda serta memiliki lekukan di setiap muka. Ia terbelah di setiap sudut untuk memperlihatkan barisan biji bulat berminyak kehitaman.
Kendati sebagai masyarakat masih ada yang beranggapan kelor sebagai tanaman mistis, namun tahukah Anda jika tanaman kelor ini sesungguhnya memiliki banyak manfaat bagi manusia. Daunnya dapat dibuat sayur, minyaknya dapat digunakan sebagai suplemen makanan, sebagai bahan dasar kosmetik, dan untuk rambut serta kulit. Biji kelor juga dapat digunakan dalam produski biofuel.

Pohon kelor (Moringa oleifora)

Seluruh komponen tanaman kelor (daun, biji, bunga, dan kulit kayu) dianggap sebagai obat. Komponen obatnya telah digunakan oleh pengobatan tradisional Ayurveda, Siddha, Mesir, Yunani, dan Romawi, di antara obat-obatan tradisional utama [
9Ortega, A.M.M. & Campos, M.R.S. (2019). Chapter 5 - Medicinal Plants and Their Bioactive Metabolites in Cancer Prevention and Treatment. Bioactive Compouns: 85-109. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-814774-0.00005-0
].
Daunnya telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati kondisi seperti malaria, demam, radang sendi, tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit parasit, lesi kulit, dan bahkan HIV/AIDS. Akarnya telah digunakan untuk menyiapkan infus untuk pengobatan parasit, sakit gigi, dan untuk meningkatkan hasrat seksual. Bunganya dianggap afrodisiak dan antiinflamasi, berguna untuk pengobatan histeria, nyeri otot, splenomegali, dan bahkan tumor.
Dalam artikel ilmiahnya Pulok Kumar Mukherjee et. al. (2022) [
10Mukherjee, P.K., Banerjee, S., Das Gupta, B., & Kar, A. (2022). Evidence-based validation of herbal medicine: Translational approach. Evidence-Based Validation of Herbal Medicine (Second Edition): Translational Research on Botanicals, pages 1 – 1. https://doi.org/10.1016/B978-0-323-85542-6.00025-1
], telah dilaporkan bahwa Moringa oleifera sebagai obat hipoglikemik, hipolipidemik, nootropik, dan antiinflamasi yang manjur. Daunnya secara tradisional digunakan untuk kelumpuhan, demam, luka, batuk, pembesaran hati dan limpa, dan lain-lain.
Karena khasiat obat yang dimilikinya, menurut Alessandro Leone et. al. (2015) [
11Leone, A., Spada, A., Battezzati, A., Schiraldi, A., Aristil, J., & Bertoli, S. (2015). Cultivation, Genetic, Ethnopharmacology, Phytochemistry and Pharmacology of Moringa oleifera Leaves: An Overview. International journal of molecular sciences, 16(6), 12791–12835. https://doi.org/10.3390/ijms160612791
], pohon kelor  (Moringa oleifera) dijuluki sebagai “miracle tree” (pohon ajaib), “natural gift” (hadiah alam), dan “mother’s best friend” (sahabat ibu). *** [241223]


logoblog

Thanks for reading Moringa oleifera, Pohon Kelor Yang Ajaib dan Sahabat Ibu

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog