Minggu, Maret 31, 2024

NCD Hard Talk "Toxic air is fueling NCDs. Why are we not taking action?"

  Budiarto Eko Kusumo       Minggu, Maret 31, 2024
The Hard Facts on Air Pollution and NCDs (Source: presentasi Francesco Forastiere/20 March 2024)

Bergabung dalam NCD Hard Talk "Toxic air is fueling NCDs. Why are we not taking action?” yang diselenggarakan World Health Organization (WHO) melalui platform Zoom pada Rabu (20/03) memberikan wawasan tersendiri.
Bagi saya yang tengah terlibat dalam kegiatan National Institute for Health and Care Researh-Global Health Research Centre on Non-Communicable Diseases and Evironmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) di Kabupaten Malang, tentu undangan Zoom Webinar dari Martyna Hogendorf, Technical Officer NCD Department, NCD Integrated Support WHO, kaya tumbu entuk tutup.
Kaya tumbu entuk tutup (seperti tumbu oleh tutup) adalah pepatah Bahasa Jawa yang menggambarkan sesuatu yang cocok, pas atau klop.
Seakan dalam menjadi fasilitator Theme 2C – Identifying and implementing solution to reduce the impact of plastics burning on NCDs in Indonesia (Tema 2C – Mengidentifikasi dan menerapkan solusi untuk mengurangi dampak pembakaran plastik terhadap penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia), mendapatkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap suatu hal dengan lebih jelas dan detail.
Acara NCD Hard Talk "Toxic air is fueling NCDs. Why are we not taking action?” ini bertujuan untuk menyajikan data terkini mengenai dampak polusi udara terhadap berbagai penyakit tidak menular (PTM), dan akan membahas bagaimana meningkatnya jumlah kematian akibat penyakit tidak menular yang disebabkan oleh udara kotor menjadi alasan yang kuat untuk mengambil tindakan. Lebih lanjut hal ini akan menentukan solusi pragmatis untuk kepemimpinan sektor kesehatan dan kolaborasi multisektoral untuk memerangi polusi udara dengan manfaat kesehatan dan PTM.
Acara yang dimulai dengan welcome remarks dari Dr. Bente Mikkelsen (Director Department for NCDs, Rehabilitation and Disability WHO) dan opening remarks dari Dr. Maria Neira (Director Department for Environment, Climate Change and Health WHO) ini menghadirkan pembicara utama Francesco Forastiere dari National Research Council, CNR-IRIB, Italy & Imperial College, London, UK, serta 6 panelis dan discussant lainnya.
Dalam NCD Hard Talk ini, Francesco Forastiere membeberkan The Hard Facts on Air Pollution and NCDs (Fakta Penting tentang Polusi Udara dan PTM). Peringkat global faktor risiko berdasarkan jumlah total kematian akibat semua penyebab pada tahun 2019 memperlihatkan bahwa polusi udara (air pollution) menempati urutan 4 besar dengan jumlah kematian 6,67 juta setelah tekanan darah sistolik tinggi, tembakau dan risiko makanan (pola makanan).
Mekanisme polusi udara akan terasa jika Anda sedang menghirup udara. Jika Anda berdiri di pinggir jalan yang sibuk, diperkirakan akan menghirup sekitar 3 juta partikel setiap kali Anda menarik napas. Hirupan udara yang terus menerus dalam kondisi tersebut akan menyebabkan stress oksidatif, peradangan paru-paru; efek karsinogenik pada paru-paru; transfer mediator inflamasi dan komponen partikel dalam aliran darah dan organ; serta memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang pada hampir seluruh sistem organ penting.
Dampak kesehatan dari polusi udara partikulat adalah mortalitas dan morbiditas penyakit pernafasan, kanker paru-paru, pneumonia, type 1 dan type 2 diabetes, tekanan darah tinggi, thrombosis vena dalam, stroke, penyakit neurodegeneratif, mortalitas dan morbiditas penyakit kardiovaskular, myocardial infarction, aritmia, gagal jantung kongestif, kelahiran prematur, penurunan berat badan lahir, dan lain-lainnya.
Kita dihadapkan pada dua keadaan darurat kesehatan masyarakat yang perlu segera diatasi: penyakit tidak menular dan polusi udara. Tindakan sederhana seperti bernapas telah membunuh 7 juta orang setiap tahunnya, baik di dalam maupun di luar ruangan, dan merugikan miliaran orang lainnya.
Hampir seluruh kematian tersebut – 85% – disebabkan oleh penyakit tidak menular (PTM), termasuk penyakit jantung, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, dan kanker paru.
Sebanyak 99% penduduk dunia menghirup udara dengan tingkat polusi yang tidak aman menurut WHO Global Air Quality Guidelines (Pedoman Kualitas Udara Global WHO).
Berdasarkan fakta-fakta ini, mengambil tindakan sangatlah penting. Pada tahun 2019, negara-negara anggota meminta WHO untuk menyiapkan menu pilihan kebijakan dan intervensi untuk mengurangi jumlah kematian dini akibat PTM yang disebabkan oleh polusi udara, memperluas agenda PTM yang memasukkan polusi udara sebagai faktor risiko kelima PTM.
Lalu, dari diskusi NCD Hard Talk yang berlangsung dari pukul 19.00 – 20.30 WIB ini juga tertangkap pesan bahwa dalam menghadapi polusi udara, solusinya adalah bekerja bersama dalam menanganinya (tackling together).
Pesan ini, menurut saya, termanifestasi dalam NIHR-GHRC NCDs and Enviromental Change yang sedang diteliti di Kabupaten Malang. Ada Fisika Lingkungan Universitas Brawijaya (UB) yang akan meneliti kualitas udaranya, FKUB akan meneliti kesehatannya, FIA UB akan melihat arah kebijakannya, dan dua civil society yang terlibat (Yayasan Percik Salatiga/YPS dan ECOTON). YPS yang memiliki spesialisai dalam community empowerment akan menggarap CEI (Community engagement and involvement) dan ECOTON direncanakan akan melakukan kampanye perihal kebersihan dan kesehatan lingkungannya. *** [310324]


logoblog

Thanks for reading NCD Hard Talk "Toxic air is fueling NCDs. Why are we not taking action?"

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog