Pemandangan yang indah dengan banyak tanaman terlihat di sekitar Jemplang, sebuah kawasan wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang berada di Dusun Jarak Ijo, Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.
Salah satu pohon yang mengundang rasa ingin tahu, begitu keluar dari mobil yang diparkir di rest area Jemplang, adalah pohon besar dengan bunga menggantung yang keluar dari ketiak daun. Pohon tersebut tumbuh di sebelah utara musholla BSI (Bank Syariah Indonesia), atau tepat berada di jalur menuju toilet umum yang ada di sudut musholla.
Masyarakat setempat yang umumnya suku Tengger menyebut pohon tersebut dengan danglu. Sedangkan, nama lokal dalam masyarakat di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) adalah sawa, klawer, klewer. Ciri khas dari pohon ini adalah bungannya tersusun dalam paku dan menggantung atau flowers in catkins.
Pohon danglu (Engelhardia spicata) tumbuh di rest area Jemplang, Desa Ngadas |
Catkin adalah kelompok memanjang bunga berkelamin tunggal yang memiliki sisik daun pelindung dan biasanya tidak memiliki kelopak. Catkin mungkin tegak atau menggantung dan seringkali agak tidak mencolok [
1Britannica, T. Editor Encyclopaedia (2021, 7 April). catkin . Encyclopedia Britannica . https://www.britannica.com/science/catkin
]. Banyak pohon yang memiliki catkin, termasuk di antaranya pohon danglu.Pohon danglu memiliki nama ilmiah Engelhardia spicata Lesch. ex Blume. Nama genus Engelhardia disematkan untuk menghormati Nicolaus Engelhard (1761-1831) [
2Quattrocchi, U. (2012). CRC World Dictionary of Medicinal and Poisonous Plants: Common Names, Scientific Names, Eponyms, Synonyms, and Etymology (5 Volume Set) (1st ed.). Boca Raton: CRC Press. https://doi.org/10.1201/b16504
]. Engelhard dikenal sebagai pelindung botani, Gubernur di Jawa (1801-1808), penulis Overzigt van den staat der Nederlandsche Oostindische Bezittingen bersama Daendels, dan lain-lain.Sedangkan, julukan khusus spicata berasal dari Bahasa Latin “spica” (paku), mengacu pada struktur bunganya yang seperti tersusun dalam paku terminal [
3Moeketsane, Thato. (January 2020). Aloe spicata L.f. South Africa National Biodiversity Institute (SANBI). Retrieved from https://pza.sanbi.org/aloe-spicata
].Botaniwan dan penjelajah asal Prancis, Jean Baptiste Louis (Claude) Théodore Leschenault de la Tour (1773-1826), sempat memberikan nama tumbuhan ini namun tidak mendeskripsikan secara jelas dan disimpan dalam manuskrip saja atau tidak diterbitkan.
Bunga danglu (Engelhardia spicata) |
Kemudian pada tahun 1825, botaniwan Belanda dan Hindia Belanda Carl Ludwig von Blume (1796-1862) mendeskripsikan secara ilmiah spesies Engelhardia spicata, dan dipublikasikan dalam Bijdragen tot de flora van Nederlandsch Indië, 7de Stuk [
4Blume, C. L. (1825). Bijdragen tot de flora van Nederlandsch Indië, 7de Stuk. Batavia: Ter Lands Drukkerij. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/item/9224
], atau Bijdr. Fl. Ned. Ind. 10: 528.Selain nama ilmiah (preferred scientific name), Engelhardia spicata juga mempunyai nama-nama umum (common names): great Malay bean (Inggris); lal amiri, lewa, rumgach, gadh mauha, mahwa, samma, silapoma, jodha-goch (India); mauwa, mahawa (Nepal); tshos shing (Bhutan); mova (Myanmar); danglu, ki hujan (Indonesia); lupisan, letin (Filipina); yún nán huáng qǐ (China).
Pohon danglu (Engelhardia spicata) termasuk dalam famili Juglandaceae, dan daerah jelajah asli spesies ini adalah anak benua India, China Selatan (Yunnan, Guangxi), Indochina, Indonesia, dan Filipina. Ia adalah pohon yang berhabitat di hutan primer dan pegunungan dengan ketinggian 1.200 -2.500 meter di atas permukaan laut.
Daun danglu (Engelhardia spicata) |
Engelhardia spicata (danglu) bisa mencapai ketinggian 35 meter. Batangnya cokelat kehitaman abu-abu. Daunnya majemuk, spiral, membulat sampai melanset, pangkal membundar tidak simetris, ujung runcing, tepi rata, permukaan atas hijau tua, permukaan bawah hijau muda.
Perbungaannya berupa bulir-bulir yang tersusun dalam paku terminal yang menggantung. Bungan jantang dan betina terpisah. Bunga jantan memiliki rambut pendek, dan bunga betina seperti buntut kucing dengan rakis bersisik [
5Desitarani, Wiriadinata, H., Miyakawa, H., Rachman, I., & Ruqayah. (2014). Buku Panduan Lapangan Jenis-Jenis Tumbuhan Restorasi. Jakarta : Ministry Of Forestry Japan International Cooperation Agency Indonesia Institute Of Sciences. Retrieved from https://www.jica.go.jp/Resource/project/indonesia/008/materials/ku57pq00001vgp6f-att/field-guide_Indonesian.pdf
].Buahnya samara. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), samara adalah buah kering berbiji satu, bersayap, dan tidak merekah. Buah danglu dengan 3 sayap. Berwarna hijau ketika muda dan cokelat ketika masak. Bijinya kecil berwarna cokelat kehitaman. Di bagian pangkal memiliki banyak bulu halus.
Batang danglu (Engelhardia spicata) |
Pohon danglu (Engelhardia spicata) memiliki banyak kegunaan. Menurut Shreehari Bhattarai et. al. (2020) [
6Bhattarai, S., Kunwar, R.M., Bussmann, R.W., Paniagua-Zambrana, N.Y. (2021). Engelhardia spicata Lesch. ex Blume JUGLANDACEAE. In: Kunwar, R.M., Sher, H., Bussmann, R.W. (eds) Ethnobotany of the Himalayas. Ethnobotany of Mountain Regions. Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-030-45597-2_91-1
], meskipun kayunya tidak tahan lama, kayu sangat berharga untuk konstruksi ringan dalam ruangan, ukiran, dan peralatan pertanian. Tunas muda dan kulit batangnya dihancurkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk menangkap ikan (tuba). Orang Jawa menyebutnya jenu, obat untuk meracuni ikan.Sekitar 2–3 kg daun muda dipukul, dicampur dalam air yang tergenang, dan dibiarkan selama satu jam hingga ikan diracuni. Abu dari daun dan ranting yang terbakar digunakan sebagai pupuk. Pohon ini juga digunakan dalam sistem wanatani untuk keperluan pakan ternak dan dianggap sebagai salah satu spesies pakan ternak yang baik dalam hal nutrisi yang dikandungnya. Pohon ini juga digunakan sebagai sumber serat tali. Suku Manggarai di pegunungan Ruteng, memanfaatkan serat pohon danglu yang dalam nama lokalnya duar, untuk bahan membuat tali [
7IswandonoE., ZuhudE. A. M., HikmatA., & KosmaryandiN. (2017). Pengetahuan Etnobotani Suku Manggarai dan Implikasinya Terhadap Pemanfaatan Tumbuhan Hutan di Pegunungan Ruteng. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 20(3), 171-181. https://doi.org/10.18343/jipi.20.3.171
].Ranting dan dahan danglu (Engelhardia spicata) |
Selain itu, menurut Shreehari Bhattarai et. al., danglu (Engelhardia spicata) juga digunakan oleh suku-suku yang berada di lereng Himalaya sebagai obat lokal. Lateksnya dioleskan untuk mengobati luka. Sari tumbuhan bermanfaat untuk disentri dan rematik, dan getah pohon bermanfaat untuk dispepsia empedu. Kulit kayu digunakan untuk melawan diare dan piscicide (pestisida). Pasta yang dibuat dari kulit kayu digunakan dalam pengobatan patah tulang. Jus bunga digunakan untuk mengatasi sakit perut dan juga sebagai bahan baku pembuatan anggur lokal. Jus buah digunakan dalam pengobatan sakit perut.
Pohon ini juga memiliki aktivitas antituberkulosis. Lateks yang diekstraksi dari tanaman bersifat penawar rasa sakit. Secara tradisional, juga digunakan sebagai ramuan pengobatan tradisional karena campuran daun dan kulit kayu Psidium guajava, Shorea stronga, dan Engelhardia spicata digunakan untuk sakit perut dan disentri, sedangkan campuran kulit kayu Abelmoschus esculentus, Schefflera impressa, dan Engelhardia spicata diterapkan pada kelumpuhan.
Di Indonesia, khususnya di kalangan masyarakat Tengger di Kabupaten Malang, Engelhardia spicata digunakan dalam pelaksanaan upacara Kasada. Tanaman yang digunakan untuk upacara Kasada meliputi 16 jenis tanaman, salah satu di antaranya adalah pohon danglu (Engelhardia spicata) [
8Pramita, N.H., Indriyani, S., & Hakim, L. (2013). Etnobotani Upacara Kasada Masyarakat Tengger, di Desa Ngadas, Kecamatan Malang, Poncokusumo, Kabupaten Malang. Journal of Indonesian Tourism and Development Studies, 1(2): 52-61. Retrieved from https://jitode.ub.ac.id/index.php/jitode/article/view/111/pdf
]. Selain itu, di kalangan suku Tengger menurut Jati Batoro dan Dian Siswanto (2017) [9Batoro, J., & Siswanto, D. (2017). Ethnomedicinal survey of plants used by local society in Poncokusumo district, Malang, East Java Province, Indonesia. Asian Journal of Medical and Biological Research, 3(2), 158–167. https://doi.org/10.3329/ajmbr.v3i2.33563
], batang dan bunga danglu dipakai untuk mengobati mata. *** [030724]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar