Pukul 09.42 WIB pada Jumat (26/07) kemarin, handphone saya sempat berbunyi namun tak terangkat karena saya sedang memandu jalannya Focus Group Discussion (FGD) Fase 1 dengan bidan Pustu Tlogorejo dan lima tenaga kesehatan dari Puskesmas Pagak.
Selang semenit, muncul pesan singkat dari whatsapp (WA) dari penelopon, yakni Hendrik Nugroho, yang berbunyi, “Maghrib ke rumahku ya ada acara tahlilan 1000 hari ibuku.” Begitu selesai salat Jumat, saya pun membalas pesan singkat tersebut, dan menyatakan siap datang ke acara tahlilan tersebut.
Menjelang Maghrib saya sudah sampai ke rumah Hendrik Nugroho, seorang teman ketika melakukan penelitian The Study of the Tsunami Aftermath and Recovery di Nanggroe Aceh Darussalam (2006-2010).
Tahlilan 1000 hari di Dusun Jengglong, Desa Sukorejo, Kecamatan Gondanglegi Wetan, Kabupaten Malang |
Acara tahlilan dilaksanakan ba’da Maghrib sepulang para jamaah dari musholla yang ada di sekitar rumah. Ada sekitar 60 an orang hadir di rumah Hendrik Nugroho yang beralamatkan di Jalan Arjuno No. 446 Dusun Jengglong RT 17 RW 02 Desa Sukorejo, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Jarak dari Sekretariat SMARThealth ke rumah Hendrik Nugroho sekitar 6 kilometer.
Dr. H.M. Zainuddin, M.A. dalam “Tahlilan Dalam Perspektif (Historis, Sosiologis, Psikologis, Antropologis)” (2015, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang), menjelaskan bahwa tahlilan, atau tahlil --sama saja artinya-- karena ini dari kata Arab (hallala-yuhallilu-tahlilan) yang berarti membaca kalimat La ilaha illa Allah. Tahlilan kemudian menjadi tradisi yang mengakar di kalangan masyarakat Muslim Indonesia, khususnya bagi masyarakat nahdhiyyin, NU. Tahlilan menjadi aktivitas rutin setiap malam Jumat, dan pada momen-momen khusus, misalnya kirim doa untuk keluarga yang sudah wafat, dikemas secara berjama’ah dalam suatu majlis.
Tahlilan adalah kegiatan doa yang dilakukan sebagian umat Islam, khususnya di kalangan orang Jawa muslim yang berada di Indonesia dan ada juga di Malaysiia maupun Brunei Darussalam. Tujuannya untuk mengenang dan mendoakan orang yang telah meninggal dunia agar mendapat pengampunan dari Allah Subhanahu wa ta’ala dan kelapangan kubur.
Para jamaah tahlil yang duduk di ruang tengah hingga ke belakang |
Rangkaian bacaan dalam prosesi tahlilan ini memakan waktu sekitar 30 menit. Bacaan tahlilan dibuka dengan bacaan Al-Fatihah, tetapi sebelum membaca Al-Fatihah terlebih dahulu para jamaah tahlil membaca ayat pengantar Al-Fatihah, “Illaa hadrotin nabiyya sholallahu alaihi wasallama wa alihi wasohbihi syai un lillahi lahumul fatihah.” Artinya: "Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Untuk yang terhormat Nabi Muhammad SAW, segenap keluarga, dan para sahabatnya. Bacaan Al-Fatihah ini kami tujukan kepada Allah dan pahalanya untuk mereka semua. Al-Fatihah."
Setelah itu diikuti dengan bacaan-bacaan lainnya, seperti surat Yasin, ayat kursi, dan lain-lain. Di penghujung akhir tahlilan, biasanya ditutup dengan doa bagi ahli kubur agar kelak mendapatkan ampunan dari Allah, kelapangan kubur maupun syafaat dari Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam.
Selesai prosesi tahlilan di rumah Hendrik Nugroho, para jamaah dipersilakan mencicipi hidangan yang telah disediakan, yaitu berupa nasi soto daging sapi yang seger kemepyar beserta es buah, dan pulangnya dibawakan ”berkat”, yaitu makanan yang sudah diberkahi doa. Berkat berasal dari bahasa Arab “barkatum” – bentuk jamak dari barakat – yang artinya kebaikan yang bertambah-tambah terus.
Berkat yang dibawa pulang para jamaah tahlil |
Berkat ini memang disiapkan oleh pihak keluarga yang menggelar hajatan tahlilan untuk dibawa pulang ke rumah masing-masing. Berkat yang ditaruh dalam kardus berbentuk persegi empat itu terdiri dari aneka makanan, yaitu nsi putih, lima tusuk sate kambing, semangkuk plastik gule kambing, ndog kamal (telur asin), satu plastik acar dan sambal rawit untuk campuran sate atau gule. Buahnya ada jeruk keprok dan pisang ambon. Kemudian kudapannya terdapat pastel, roti croissant yang tengahnya berisi sus, apem, dan kue lumpur. Tak lupa pula, ada uang kertas baru bernominal Rp 2 ribu.
Prosesi tahlilan yang diadakan oleh Hendrik Nugroho beserta saudara-saudaranya itu selesai sebelum suara adzan Isya’ berkumandang. Sehingga, para jamaah tahlilan bisa pulang dulu menaruh berkat kemudian baru berangkat ke musholla untuk menunaikan salat Isya’. *** [270724]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar