Minggu, Juli 28, 2024

Capsicum pubescens, Cabai Tengger Yang Rasanya Pedas Sekali

  Budiarto Eko Kusumo       Minggu, Juli 28, 2024
Di sebelah kiri gapura bentar ala Majapahit yang di atasnya tertulis “Selamat Datang Di Desa Wisata Ranupani” yang berada di Jalan Bromo Dusun Sidodadi RT 02 RW 03 Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, penduduk setempat yaitu orang Tengger menanam tumbuhan pangan secara tumpang sari.
Di antara tanaman bawang putih (Allium sativum), kentang (Solanum tuberosum), pepino (Solanum muricatum), dan terong Belanda (Solanum betaceum), juga ditanam tumbuhan cabai yang memiliki bentuk khas, seperti paprika tapi lebih mungil. Namun, disebut-sebut lebih pedas dibandingkan cabai rawit (Capsicum frutescens).
Di Indonesia, tanaman cabai tersebut dikenal dengan sebutan cabai gendol atau cabai bendot. Pada masyarakat Tengger biasanya menyebut dengan cabai terong dan ada juga yang menyebut dengan julukan “cabai Tengger.”

Buah cabai Tengger (Capsicum pubescens)

Tanaman cabai Tengger memiliki nama ilmiah Capsicum pubescens Ruiz & Pav. Nama genus Capsicum berasal dari bahasa Yunani “kapto” (menggigit), mengacu pada rasanya yang pedas “karena seperti menggigit bibir” [
1Da Veiga Jr, F., Wiedemann, L.S.M., de Araujo, Jr, C.P., & da Silva Antonio, A. (2022). Chemistry and Nutritional Effects of Capsicum (Food Chemistry, Function and Analysis, Volume 37). Royal Society of Chemistry. https://doi.org/10.1039/9781839160646-00001
].
Sedangkan, julukan khusus pubescens berasal dari bahasa Latin “pubescent” (mencapai pubertas). Dinamai demikian sebagai organ tumbuhan apa pun yang ditutupi oleh trikoma halus dan lembut, mengacu pada daunnya yang dipenuhi bulu-bulu halus [
2González, J. "Explicación Etimológica de las Plantas de La Selva". Flora Digital De La Selva: Organización para Estudios Tropicales. Retrieved from https://sura.ots.ac.cr/florula4/docs/ETIMOLOGIA.pdf
].
Spesies Capsicum pubescens dideskripsikan pada tahun 1799 oleh dua botaniwan yang terkenal karena penjelajahannya di Peru dan Chili (1777-1788), Hipólito Ruiz López (1754-1815) dan José Antonio Pavón y Jiménez (1754-1844) [
3JSTOR Global Plants. Pavón y Jiménez, José Antonio (1754-1844). Retrieved from https://plants.jstor.org/stable/10.5555/al.ap.person.bm000006363
], dan dipublikasikan dalam Flora Peruviana, et Chilensis, sive Descriptiones, et Icones Plantarum Peruvianarum, et Chilensium, secundum Systema Linnaeanum Digestae, Cum Characteribus Plurium Generum Evulgatorum Reformatis. Tomus II [
4Ruiz, Hippólyto & Pavón, Josepho. (1799). Flora Peruviana, et Chilensis, sive Descriptiones, et Icones Plantarum Peruvianarum, et Chilensium, secundum Systema Linnaeanum Digestae, Cum Characteribus Plurium Generum Evulgatorum Reformatis. Tomus II. Madrid: Typis Gabrielis de Sancha. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/item/15191
], atau Fl. Peruv. [Ruiz & Pavon] 2: 30 (1799).

Daun cabai Tengger (Capsicum pubescens) berbulu halus

Selain nama ilmiah (preferred scientific name), Capsicum pubescens memiliki nama-nama umun (common names): rocoto, chilli pepper tree, red manzano, red rocoto pepper (Inggris); rocotopepper (Norwegia); rokotopeppar (Swedia); rokotopaprika (Finlandia); rocotopeber (Denmark); Baumchili (Jerman); rocoto (Prancis); locoto, chamburoto, Chile caballo, Chile japonés, Chile manzana, Chile peron, cuzco (Spanyol); locoto, rocoto (Portugis); fulayfilatun wabariatun (Arab); shimala mirch (Hindi); cabai gendol, cabai bendot, cabai terong, cabai Tengger (Indonesia); róngmáo làjiāo (China); ro koto (Jepang); teolgochu (Korea); rocoto (Bolivia).
Tanaman cabai Tengger (Capsicum pubescens) termasuk dalam famili Solanaceae, dan daerah asal spesies ini berasal dari dataran tinggi Peru hingga Bolivia. Seperti di daerah asalnya, Capsicum pubescens juga tumbuh subur di berbagai dataran tinggi di Indonesia, seperti Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (Jawa Timur), Dieng (Jawa Tengah), dan Pengalengan (Jawa Barat).
Secara morfologi, Capsicum pubescens memiliki ciri khas dibandingkan spesies peliharaan lainnya atau tanaman cabai pada umumnya, seperti bunga berwarna ungu (kadang bagian tengah berwarna putih), biji berwarna hitam, daun berbulu, dan adaptasi ekologi terhadap iklim dataran tinggi tropis. Cabai Tengger menghasilkan buah berwarna merah cantik dengan rasa pedas yang menyengat. Cabai ini berukuran 50.000–250.000 Unit Panas Scoville [
5Kristine. (September 24, 2021). Aji (Capsicum pubescens). Retrieved from https://sierraycielo.org/aji-capsicum-pubescens/
].

Batang atau ranting cabai Tengger (Capsicum pubescens)

Cabai Tengger (Capsicum pubescens) telah menjadi tanaman komersial di Amerika Selatan, umumnya digunakan sebagai bumbu, sayuran, dan obat-obatan. Ia menjadi pilihan populer dalam masakan daerah di sana. Buahnya dimakan segar atau dikeringkan dan digiling (bubuk “locoto”). Buah Capsicum pubescens banyak digunakan di Amerika Selatan untuk membuat salad atau sup [
6Rivas, M. , Vignale, D. , Ordoñez, R. , Zampini, I. , Alberto, M. , Sayago, J. and Isla, M. (2014) Nutraceutical Properties and Toxicity Studies of Flour Obtained from Capsicum pubescens Fruits and Its Comparison with “Locoto” Commercial Powder. Food and Nutrition Sciences, 5, 715-724. doi: 10.4236/fns.2014.58081.
].
Di kalangan orang Tengger, buah Capsicum pubescens dibuat sambal bawang cabai udel yang merupakan makanan khas warga suku Tengger. Sambal bawang cabai udel ini hampir tersaji di meja makan dalam rumah warga suku Tengger di sekitar kawasan Gunung Bromo dan Semeru. Sambal ini terbuat dari irisan cabai Tengger (cabai terong), terasi, garam, gula, dan daun bawang prei yang dicampur menjadi satu dan dimasak.
Di Peru, bijinya dibuang, buahnya diisi dengan isian gurih dan kemudian dipanggang. Buahnya bisa dikeringkan dan digiling menjadi bubuk untuk digunakan sebagai bumbu seperti lada. Kapasitas antioksidan dan kandungan total fenol akan meningkat dibandingkan buah segar [
7cabicompendium.47408783, CABI Compendium, doi:10.1079/cabicompendium.47408783, CABI International, Capsicum pubescens (rocoto), (2022)
].

Tanaman cabai Tengger (Capsicum pubescens) yang tumbuh berdampingan dengan tanaman pepino dan terong Belanda

Jadwal pemanasan selama sublimasi mempengaruhi kandungan capsaicin (zat aktif pada cabai yang menimbulkan rasa pedas dan panas). Penelitian [
5Kristine. (September 24, 2021). Aji (Capsicum pubescens). Retrieved from https://sierraycielo.org/aji-capsicum-pubescens/
] menemukan bahwa capsaicin bersifat antiinflamasi dan membantu menghambat sensasi nyeri. Pengobatan allopathic menggunakan capsaicin secara topikal dalam bentuk krim, gel, lotion, atau penutup kulit untuk mengobati gangguan nyeri, nyeri saraf, arthritis, sakit kepala cluster, dan beberapa kondisi kulit, seperti psoriasis. 
Selain itu, juga bermanfaat bagi mereka yang menderita pilek atau flu karena dapat mengencerkan lendir dan membantu mengeluarkannya dari paru-paru. Hal ini juga membantu memperkuat paru-paru, dan dapat mencegah atau mengobati kerusakan paru-paru kronis, seperti emfisema. 
Capsaicin juga memiliki aktivitas antikanker, ia mampu memperlambat atau menghentikan pertumbuhan sel kanker dan membantu mencegah metastasis, penyebaran kanker ke berbagai bagian tubuh. *** [280724]


logoblog

Thanks for reading Capsicum pubescens, Cabai Tengger Yang Rasanya Pedas Sekali

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog