Sabtu, Juli 27, 2024

Wrightia antidysenterica, Tanaman Melati Tempel Yang Bunganya Putih Berkelopak Lima

  Budiarto Eko Kusumo       Sabtu, Juli 27, 2024
Begitu turun dari mobil di area parkir yang luas dan masuk ke Warung Apung Rahmawati Gresik, Anda akan menyaksikan tanaman melati tempel yang ditanam berdekatan dengan bugenvil (Bougainvillea glabra). Bunganya putih bersih dengan lima kelopak, yang ditengahnya terdapat warna kuningnya.
Tanaman melati tempel tersebut memiliki nama ilmiah Wrightia antidysenterica (L.) R.Br. Nama genus Wrightia disematkan untuk menghormati William Wright (1735-1819), seorang dokter dan botaniwan Skotlandia, yang bekerja selama bertahun-tahun di Jamaika dan Barbados, dan mengklasifikasikan ratusan tanaman asli [
1Stafleu, Frans A. & Cowan, Richard S. (1988). Taxonomic literature: A selective guide to botanical publications and collections with dates, commentaries and types Volume VII W-Z. Second edition. Utrecht/Antwerpen: Bohn, Scheltema & Holkema. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/item/103250
].

Bunga melati tempel (Wrightia antidysenterica)

Sedangkan, julukan khusus antidysenterica berasal dari bahasa Latin dari gabungan kata “anti-“ (melawan) dan “dysintericus” (berkaitan dengan disentri), mengacu pada kualitas atau khasiat dari tanaman tersebut [
2Some Magnetic Island Plants. Wrightia antidysenterica (L.) R.Br. Retrieved from https://somemagneticislandplants.com.au/arctic-snow
].
Spesies ini mula-mula dideskripsikan oleh botaniwan Swedia Carolus (Carl) Linnaeus (1707-1778) sebagai Nerium antidysentericum pada tahun 1753, dan dipublikasikan dalam Species Plantarum, Exhibentes Plantas Rite Cognitas, Ad Genera Relatas, Cum Differentiis Specificis, Nominibus Trivialibus, Synonymis Selectis, Locis Natalibus, Secundum Systema Sexuale Digestas. Tomus I [
3Linnaei, Caroli. (1753). Species Plantarum, Exhibentes Plantas Rite Cognitas, Ad Genera Relatas, Cum Differentiis Specificis, Nominibus Trivialibus, Synonymis Selectis, Locis Natalibus, Secundum Systema Sexuale Digestas. Tomus I. Holmiae: Impensis Laurentii Salvii. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/item/13829
], atau Sp. Pl. 1: 209 (1753).

Daun melati tempel (Wrightia antidysenterica)

Kemudian pada tahun 1809, botaniwan Inggris yang pernah melakukan perjalanan ke Australia, Robert Brown (1773-1858), memindahkan Nerium antidysentericum ke dalam genus Wrightia, dan dipublikasikan dalam On the Asclepiadeae. A Natural Order of Plants Separated from the Apocineae of Jussieu [
4Brown, Robert. (1810). On the Asclepiadeae. A Natural Order of Plants Separated from the Apocineae of Jussieu. London: Preprinted from Mem. Werner Soc. 1: 12-78. 1811. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/page/33120497#page/414/mode/1up
], atau Asclepiadeae 63 (1810).
Nama-nama umum (common names) dari Wrightia antidysenterica: coral swirl, snowflake, tellicherry bark, artic snow (Inggris); kuraci phula (Benggala); khirrō (Nepal); laat htote kyee (Myanmar); mai chỉ thiên (Vietnam); phud phichỵā (Thailand); anting putri (Malaysia); melati tempel (Indonesia); xī lán shuǐ méi (China).

Batang melati tempel (Wrightia antidysenterica)

Tanaman melati tempel (Wrightia antidysenterica) termasuk dalam famili Apocynaceae, dan daerah asal spesies ini adalah Sri Lanka. Ia adalah semak atau perdu yang tumbuh terutama di bioma tropis basah.
Wrightia antidysenterica (melati tempel) adalah semak atau perdu yang selalu hijau yang tumbuh hingga 1,5 meter. Batangnya pendek dan bercabang berubah menjadi kecokelatan seiring bertambahnya umur. Daunnya berwarna hijau, bulat telur hingga elip, susunan daun sederhana dan berlawanan. Bunganya berkelopak lima harum berwarna putih dengan bagian tengah berwarna kuning.

Tanaman melati tempel (Wrightia antidysenterica)

Tanaman melati tempel (Wrightia antidysenterica), selain dibudidayakan sebagai tanaman hias (ornamental) juga memiliki banyak kegunaan dalam pengobatan tradisional. Di daerah asalnya, Sri Lanka), tanaman melati tempel yang disebut Walidda antidysenterica, secara tradisional telah digunakan untuk mengobati kelainan darah, demam kronis, penyakit kuning dan wasirdari akarnya. Bunganya dimanfaatkan untuk mengobati gonore dan bisul pada alat kelamin, kemudian kulit kayunya untuk menyembuhkan bronchitis. Sedangkan, getahnya digunakan untuk mengobati penyakit gigi [
5M. Nirmali Wickramaratne, L.P. Gunatilake, N.G. D. Anuradha, A.N. Godavillathanna, M.G.N. Perera, I. Nicholas. Antioxidant Activity and Antibacterial Activity of Walidda antidysentericay. J Pharmacogn Phytochem 2015; 4(2):121-126. https://www.phytojournal.com/archives/2015.v4.i2.642/antioxidant-activity-and-antibacterial-activity-of-walidda-antidysentericay
].
Di India, minyak yang diekstraksi dari daun segar memiliki sifat anti inflamasi, analgesik dan anti piretik dan digunakan untuk mengobati psoriasis [
6Flora & Fauna Web. Wrightia antidysenterica. National Parks: A Singapore Government Agency Website. Retrieved from https://www.nparks.gov.sg/florafaunaweb/flora/2/5/2554#:~:text=Species%20antidysenterica%20means%20against%20dysentery,medicinal%20properties%20of%20the%20plant.&text=Medicinal%3A%20It%20is%20a%20valuable,skin%20disorders%2C%20such%20as%20psoriasis
]. Sedangkan, menurut Siti Rizka Azizzah et. al. (2023) [
7Azizzah, S, R. et al (2023). Uji Aktivitas Antimalaria Ekstrak Metanol Dan Fraksi-Fraksi Bunga Melati Tempel (Wrightia Antidysenterica R.Br.) Secara In Vitro . Pekanbaru: S1 Farmasi STIFAR Riau. https://pustaka.stifar-riau.ac.id/index.php?p=show_detail&id=4256&keywords=
], tanaman melati tempel (Wrightia antidysenterica) memiliki aktivitas antimalaria dari ekstrakt methanol dan fraksi-fraksi bunga melati tempel. *** [270724]


logoblog

Thanks for reading Wrightia antidysenterica, Tanaman Melati Tempel Yang Bunganya Putih Berkelopak Lima

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog