Sabtu, Agustus 17, 2024

Dadapan-Kecopokan: Berkelana Dalam Tirta

  Budiarto Eko Kusumo       Sabtu, Agustus 17, 2024
"The sound of water is worth more than all the poets' words." - Octavio Paz

Dadapan adalah salah satu nama dusun yang termasuk dalan wilayah administrasi Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Sedangkan, Kecopokan merupakan salah satu nama dusun yang terdapat di Desa Senggreng, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang.
Dadapan-Kecopokan bila ditarik garis lurus dari utara ke selatan hanya berjarak sekitar 3 kilometer, namun jika ditempuh lewat darat akan terasa jauh. Melalui Jalan Nasional III yang melintasi Kalipare berjarak sekitar 27,7 kilometer. Apabila ditempuh melalui Jalan Nasional III yang melewati Pagak, jaraknya sekitar 25,2 kilometer.

Dermaga Dadapan, Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang

Lewat penyeberangan dengan perahu tradisional milik penduduk setempat, jalur air Dadapan-Kecopokan menjadi pilihan favorit bagi warga yang berada di selatan Waduk Karangkates untuk terhubung dengan lokasi yang berada di sebelah utara tanpa harus memutar jalan yang cukup lama.
Kata Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Sulis Nurhayati atau yang akrab disapa Lis Eko Wahyudi, penyeberangan Dadapan-Kecopokan sudah ada sedari dulu. “Dulu masih berupa penyeberangan Sungai Brantas. Namun sejak dibendung menjadi waduk. Jaraknya semakin lama,” jelas Ketua TP-PKK kepada saya saat menghadiri kerja bakti membersihkan sampah plastik di pinggir Waduk Karangkates pada Ahad (30/06/2024).
Pulang dari “bersih-bersih sampah plastik di tepi Waduk Karangkates”, saya bersama dengan Wakil Direktur Yayasan Percik Salatiga (YPS) menyeberang dengan berperahu dari Dadapan menuju ke Kecopokan.

Pemandangan Waduk Karangkates dari Dusun Druju, Desa Tlogorejo

Selama ini, saya sudah melakukan penyeberangan dari Dadapan-Kecopokan sebanyak 4 kali. Pertama, pada saat pulang dari menghadiri skrining door to door yang dilakukan dua kader SMARThealth di Desa Sumberpetung, Kecamatan Kalipare, pada Kamis (25/05/2023). Kedua, pada saat pulang ikut bersih-bersih sampah plastik di Desa Tlogorejo. Ketiga, pada saat pulang dari mengurus surat izin penelitian NIHR (01/07/2024), dan yang keempat ketika pulang dari mendampingi staf peneliti YPS menghadap perawat Desa Tlogorejo pada Sabtu (03/08/2024).
Jalur Dadapan-Kecopokan merupakan salah satu jalur penyeberangan yang ada di Waduk Karangkates. Waduk Karangkates sendiri tercipta karena membendung Sungai Brantas di daerah Sumberpucung sejak tahun 1975-1977.
Layaknya danau, waduk ini menjadi tempat yang sangat tenang. Hanya siang hari, aktivitas di waduk tersebut terlihat nyata. Lalu lalang penyeberangan perahu dan nelayan yang akan menyambangi kerambanya, menjadi pemandangan sehari-hari.

Penumpang dari Kota Salatiga (Jawa Tengah) menikmati jalur penyeberangan Dadapan-Kecopokan sambil merajut

Keindahannya tidak hanya ditentukan oleh pemandangan pegunungan kapur yang ada di sisi selatannya maupun pohon-pohon jati yang mengelilinginya, tapi juga ketenangan suasana waduk itu sendiri.
Pada waktu Anda melakukan penyeberangan dengan perahu, emosi yang tidak dapat ditembus karena kesibukan dan hiruk pikuk kehidupan menjadi terhenti. Mereka tidak lagi diurus karena emosi tersebut menjadi terpendam, namun tidak hilang.
Penyeberangan dengan deburan riak-riak ombak yang terbelah perahu seakan-akan menyebabkan jeda dalam kesadaran kita. Dalam jeda itu, kita dibawa kembali ke dalam diri kita sendiri. Hal ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa pengalaman yang kita alami di dalam dan di sekitar kita tersimpan begitu dalam di dalam diri kita.
Siapa sangka air bisa memberikan dampak psikologis yang begitu besar bagi kita. Dari relaksasi, menghilangkan stres hingga memperlambat detak jantung, suara air dapat mempengaruhi persepsi dan kesehatan manusia.

Keramba apung yang bisa dilihat dalam jalur penyeberangan Dadapan-Kecopokan

Li Deng et. al. (2024) dalam “The Mitigating Effects of Water Sound Attributes on Stress Responses to Traffic Noise” menjelaskan bahwa keberagaman dan kompleksitas lanskap suara yang berasal dari alam telah terbukti memiliki atribut restoratif yang signifikan. Namun, tidak semua suara air berkontribusi terhadap pengurangan stres. Suara air dari air terjun dan pancaran sering kali menghasilkan keengganan akustik, sedangkan harmoni aliran sungai yang mengalir lembut atau anak sungai yang mengalir diasosiasikan dengan relaksasi yang mendalam dan bertahan lama.
Octavio Paz (1914-1998), seorang penulis, penyair dan diplomat dari Meksiko yang pernah mendapatkan Penghargaan Internasional Neustadt Kesusastraan (1982) dan Penghargaan Nobel Kesusastraan (1990) pernah berujar, "The sound of water is worth more than all the poets' words" (Suara air lebih berharga dari semua kata-kata penyair).
Kutipan ujaran (quote) ini menyoroti efek menenangkan dari suara air. Suara gemericik air, deburan ombak kecil, mampu menenangkan pikiran dan membawa ketenangan jiwa. Hal ini juga dapat membangkitkan perasaan gembira dan bahagia.

Suasana dermaga Kecopokan yang cukup rindang

Kutipan mendalam dari Octavio Paz ini menangkap gagasan bahwa beberapa pengalaman, seperti suara air yang sederhana, memiliki kedalaman dan makna yang melampaui ekspresi penyair yang paling fasih sekalipun. Hal ini menunjukkan bahwa ada kebenaran dan perasaan yang begitu mendasar sehingga melampaui kekuatan bahasa untuk menggambarkannya sepenuhnya. Suara air, dengan kualitasnya yang murni dan esensial, menjadi metafora atas aspek keberadaan yang mendalam dan seringkali tak terlukiskan.
Jadi, meskipun tidak lebih dari 30 menit dalam penyeberangan dari Dadapan ke Kecopokan itu, namun dengan hamparan air yang luas dan tenang serta dikelilingi dengan pemandangan pegunungan yang indah dari tengah Waduk Karangkates, sudah termasuk berkelana dalam tirta yang bisa menggapai jiwa karena ketenangan airnya yang sesekali terpecahkan oleh laju perahu yang menimbulkan suara-suara ombak lembut seperti riak-riak air. *** [170824]


logoblog

Thanks for reading Dadapan-Kecopokan: Berkelana Dalam Tirta

Previous
« Prev Post

1 komentar:

Sahabat Blog