"Makanan adalah titik temu kita, sebuah pengalaman universal." - James Beard
Tak jauh dari Balai Desa Pagak, sekitar 100 meter arah selatannya, terdapat warung makan berukuran sedang tapi memiliki pelanggan segudang. Warung makan tersebut merupakan Warung Yu Tinya yang beralamatkan di Jalan Ahmad Yani, Dusun Krajan RT 16 RW 04 Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.
Menurut pemiliknya Yu Tinya, warung ini sudah setia melayani pelanggannya sejak 15 tahun yang lalu. Semula warung ini dirintis oleh Bu Hos, yakni orangtua Yu Tinya. Setelah almarhumah, Yu Tinya melanjutkan usaha warung makan yang telah dirintisnya.
Saya mengetahui warung makan ini, ketika diajak oleh seorang peneliti dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K., yang tergabung dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non Communicabe Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), untuk menjumpai perawat Desa Pagak Sri Hidayati, S.Kep. Ners guna membahas agenda Theme 3: People empowerment and community, pada Senin (09/09).
Warung Yu Tinya/Bu Hos di Dusun Krajan, Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang |
Warung tersebut mempunyai aneka menu makanan dan minuman yang banyak dan bervariasi. Menu makanannya mencakup tahu lontong, tahu telur, rujak, nasi pecel, soto ayam kampung, sayur bayam, oseng-oseng jeroan, rawon, bakso, mie ayam, dan lain-lain. Sedangkan, menu minumannya terdiri dari kopi susu, kopi, es teh, teh panas, es jeruk, dan lain-lain.
Berhubung memang sudah masuk waktunya makan siang, di Warung Yu Tinya itu, perawat Sri Hidayati memesan tahu telur dan minumnya memilih fresh tea. Peneliti YPS Christina memilih bakso dan minumnya teh panas tawar. Sementara itu, saya memesan soto ayam kampung dan oseng-oseng jeroan serta minumnya teh panas.
Sambil menunggu pesanan dibuat, kami bertiga ngobrol. Mulai dari pembicaraan yang utama dulu terkait agenda pelaksanaan circle conversation yang kedua dan rencana implementasi photovoice hingga ngomongin hal-hal yang remeh-temeh.
Makan bersama seperti ini sebagai sarana menjalin ikatan dengan orang lain juga berlaku di luar konteks keluarga, seperti juga yang umum dilakukan di antara teman-teman [
1Lems, E., Hilverda, F., Sarti, A., van der Voort, L., Kegel, A., Pittens, C., Broerse, J. and Dedding, C. (2020), ‘McDonald’s Is Good for My Social Life’. Developing Health Promotion Together with Adolescent Girls from Disadvantaged Neighbourhoods in Amsterdam. Child Soc, 34: 204-219. https://doi.org/10.1111/chso.12368
]. Dalam ulasan ini, saya mendefinisikan “makan bersama” sebagai makan bersama dengan orang lain, tidak terbatas pada anggota keluarga tetapi juga teman, saudara, atau tetangga.Makan saing bersama (eating together) di Warung Yu Tinya Pagak |
Baik saat makan bersama keluarga dalam acara kumpul-kumpul besar atau makan siang bersama teman, Anda menggunakan makanan untuk meningkatkan hubungan sosial. Berbagi makanan adalah cara untuk menghabiskan waktu bersama orang lain, tetapi lebih dari itu, hal itu mengundang percakapan yang akrab, tawa, dan semangat kebersamaan.
Orang yang makan bersama cenderung merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri dan memiliki jaringan sosial yang lebih luas yang mampu memberikan dukungan sosial dan emosional. Hubungan melalui makanan tidak hanya terbatas pada dua orang yang sedang berkencan atau keluarga yang sedang makan malam. Makanan juga dapat menyatukan masyarakat dengan cara yang kuat dan menarik. Makanan dapat digunakan untuk menyatukan orang-orang, menemukan kesamaan, berbagi pengetahuan dan kebijaksanaan, serta mempromosikan sistem pangan lokal yang sehat! [
2Howard, Sabrina. (Mar 9, 2023). Social Eating: How Sharing Meals Builds Connection. Appetite for Change. Retrieved from https://appetiteforchangemn.org/social-eating-how-sharing-meals-builds-connection/
].Jadi, kita bertemu, duduk dan makan bersama di Warung Yu Tinya itu, seperti apa yang dikatakan oleh James Beard (1903-1985), seorang pakar kuliner Amerika yang memperjuangkan hidangan sederhana Amerika dan Inggris serta menulis salah satu buku serius pertama tentang memasak di luar ruangan, "Food is our common ground, a universal experience" (Makanan adalah titik temu kita, sebuah pengalaman universal).
Kutipan James Beard tesebut menyoroti gagasan bahwa makanan menghubungkan orang-orang dari berbagai budaya, latar belakang, dan pengalaman. Makanan berfungsi sebagai pengalaman bersama yang dapat menjembatani kesenjangan antara orang-orang. Terlepas dari asal seseorang, makanan adalah sesuatu yang dipahami dan digunakan semua orang dalam kehidupan sehari-hari. Makanan adalah aspek universal dari keberadaan manusia yang melampaui perbedaan individu.
Aneka menu makanan dan minuman di Warung YuTinya Pagak |
Hal ini menekankan bahwa makan dan berbagi makanan adalah aspek mendasar dari menjadi manusia. Tidak peduli perbedaan budaya atau pribadi kita, kita semua terlibat dalam tindakan makan, menjadikan makanan sebagai pengalaman umum yang dapat dipahami semua orang.
Intinya, kutipan Beard tersebut menegaskan bahwa makanan sebagai kekuatan pemersatu yang menyatukan orang-orang, menumbuhkan hubungan, dan menciptakan ruang bersama untuk sebuah pemahaman.
Di Warung Yu Tinya tersebut, tiga orang berhasil membahas agenda yang akan dijalankan terkait CEI (Community engagement and involvement) dengan pemahaman yang gamblang, tentunya juga sambil menikmati menu makanan yang ada di warung makan tersebut. *** [110924]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar