Minggu, Oktober 20, 2024

Dinner di BaReLo Swiss Belinn Malang

  Budiarto Eko Kusumo       Minggu, Oktober 20, 2024
"Makan malam yang sukses adalah yang berlangsung lama dan membuat semua orang senang. Ini adalah jamuan makan di mana kita tidak hanya melahap makanan, tetapi ada hal lain yang terjadi di meja makan. Itulah tujuannya." -- Laurie David

Usai mengikuti pembukaan dan agenda Indonesia in-Country Meeting (ICM) hari pertama di Auditorium Lantai 6 Gedung A Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB), sorenya Tim CEI (Community Engagement and Involvement) dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) lanjut mengadakan pertemuan internal di Teras BaReLo Restaurant Swiss Belinn Malang, dekat dengan swimming pool.
Tim CEI tidak ikut acara dinner (makan malam) yang digelar Panitia NIHR di Arraya karena harus menyiapkan materi untuk agenda ICM hari kedua yang memang diperuntukan Tim CEI untuk melakukan Overview of CEI Activities yang bakal disajikan esok harinya di Keraton Ballroom Hotel Tugu Malang.
Kebetulan Tim CEI yang personilnya berasal dari Yayasan Percik Salatiga, atau yang biasa disebut Percik, dan fasilitator NIHR diinapkan oleh Panitia ICM di hotel tersebut. Sehingga, pertemuan internalnya di restoran tempat mereka menginap, yaitu BaReLo restaurant.
BaReLo yang terletak di lantai 1 ini dapat menampung hingga 100 orang untuk makan area indoor dan 34 orang untuk area outdoor. Dirancang dengan modern dan santai, restoran ini tersedia setiap hari untuk makan pagi, siang dan malam, menyajkan hidangan internasional dan Indonesia yang lezat untuk prasmanan makan pagi dan tersedia juga menu รก la carte.

Diskusi dan makan malam atau makan malam dan diskusi?

Swiss-Belinn Malang menawarkan santapan lezat dalam suasana hangat dan ramah di BaReLo, di mana para kokinya telah menciptakan menu hidangan lezat mulai dari kuliner internasional, Asia, hingga kuliner lokal di Malang.
Pada kesempatan itu, Direktur Percik Salatiga Haryani Saptaningtyas, S.P, M.Sc, Ph.D, sekalian mengajak makan malam (dinner) di BaReLo sambil berdiskusi untuk persiapan materi esok hari dalam pertemuan ICM hari kedua.
Kemudian Wakil Direktur (Wadir) 2 Damar Waskitojati, S.Kom, M.Si serta staf penelitian dan advokasi Percik Salatiga Christina Arief T. Mumpuni, S.H, M.I.K maupun fasilitator NIHR pun mulai memesan makanan dan minuman.
Fasilitator NIHR memilih tongseng babat  sebagai menu makanan dan fresh juice sebagai minumannya. Tongseng babat adalah hidangan lezat khas Indonesia yang berisi babat sapi yang dimasak dalam kuah kaldu yang gurih dengan campuran rempah-rempah. 
Babat biasanya direbus dengan bahan-bahan seperti bawang merah, bawang putih, cabai, dan terkadang tomat, sehingga menghasilkan cita rasa yang kaya dan aromatik. Tongseng babat sering disajikan dengan nasi dan diberi taburan rempah segar seperti seledri dan bawang merah goreng. Hidangan ini dikenal karena rasanya yang lezat dan menjadi pilihan populer di banyak rumah tangga Indonesia.
Kekentalan kuah dan kaldu tongseng babat yang dibuat oleh koki BaReLo terasa pas di lidah. Sebagai orang yang dibesarkan di Kota Solo, soal pertongsengan memang sudah tak asing lagi, sehingga begitu mencecap tongseng babat khas BaReLo bisa tahu kegurihan kaldu yang dibalut aneka rerempahan asli Indonesia. Enak!

Semangkuk tongseng babat khas BaReLo Swiss Belinn Malang

Sambil makan, mereka terkadang diselingi dengan diskusi. Ketiga orang dari Percik itu memang benar-benar mempersiapkannya, dan saya selaku fasilitator NIHR terkadang urun rembug saja.
Sembari mencecap setiap suapan kaldu tongseng ke mulut, saya pun berusaha merasai sensasi dari cita rasa yang terkandung di dalamnya. Kuping pun juga senantiasa fokus dalam pembicaraan diskusi mereka, agar supaya tidak ketinggalan apa yang didiskusikan. Sokur-sokur bisa menambahkan informasi.
Suasana dinner dan diskusi di BaRelo tersebut seakan termanifestasikan dalam ujaran Laurie Ellen David, seorang aktivis lingkungan Amerika, produser, dan penulis, "A successful dinner is one that lasts a while and one where everyone leaves happy. It`s a meal where we didn`t just wolf food down, rather something else happened at the table. That is the goal."
Bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kruang lebih begini artinya "Makan malam yang sukses adalah yang berlangsung lama dan membuat semua orang senang. Ini adalah jamuan makan di mana kita tidak hanya melahap makanan, tetapi ada hal lain yang terjadi di meja makan. Itulah tujuannya."
Ujaran Laurie David menekankan gagasan bahwa makan malam yang sukses bukan hanya sekadar kegiatan makan. Kutipan (quote) itu menunjukkan bahwa makan malam yang bermakna melibatkan hubungan, percakapan, dan kesenangan di antara orang-orang di meja makan. Daripada sekadar terburu-buru menyantap makanan, tujuannya adalah menciptakan pengalaman yang membuat semua orang merasa puas dan terlibat. Hal ini mencerminkan pentingnya hubungan dan momen bersama saat makan, yang menyoroti bahwa suasana dan interaksi sama pentingnya dengan makanan itu sendiri. *** [201024]


logoblog

Thanks for reading Dinner di BaReLo Swiss Belinn Malang

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog