Sabtu, Oktober 05, 2024

Would you like to pray Friday with me?

  Budiarto Eko Kusumo       Sabtu, Oktober 05, 2024
"Doa sejati bukanlah sekadar latihan mental atau pertunjukan vokal. Doa sejati jauh lebih dalam dari itu. Doa sejati adalah transaksi spiritual dengan Sang Pencipta Langit dan Bumi." - Charles Spurgeon

Perjalanan dari Desa Tlogorejo (Kecamatan Pagak) menuju Desa Bululawang harus terhenti karena dalam mobil yang ditumpangi rombongan dari George Institute for Global Health India, George Institute for Global Health Australia, Percik Institute dan fasilitator NIHR Universitas Brawijaya (UB), ada yang muslim.
Mengingat perjalanan tersebut di hari Jumat (04/10), fasilitator NIHR yang menjadi guide perjalanan tersebut mengajaknya salat Jumat terlebih dahulu di Masjid Jami’ Baitul Mukhlisin yang berada di Jalan Pahlawan, Desa Sukorejo, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang.

Mendampingi peneliti George Institute for Global Health India salat Jumat

Would you like to pray Friday with me, Maroof?” tanya saya kepadanya. Maroof Khan adalah seorang peneliti dari George Institute for Global Health India yang kebetulan beragama Islam, sehingga saya sebagai fasilitator NIHR mengajaknya untuk menunaikan salat Jumat terlebih dahulu.
Dalam mobil itu terdapat 6 orang penumpang dan seorang sopir. Keenam penumpang tersebut adalah Maroof Khan (George Institute for Global Health India), Dr. Sabhya Pritwani (Research Officer pada George Institute for Global Health India), Dr. Nushrat Khan (Research Fellow pada Imperial College London), Dr. Laura Downey (Advanced Research Fellow pada Imperial College London), Damar Waskitojati, S.Kom., M.Si. (Percik), dan saya.
Begitu memasuki halaman Masjid Jami’ Baitul Mukhlisin, saya ajak Maroof menuju ke tempat wudlu pria yang berada di sisi utara. Kemudian setelah wudlu, saya ajak menuju ke bangunan utama masjid untuk mendengarkan khotbah Jumat dari seorang ustadz lokal.

Senyum dari jambang yang lebat dari seorang peneliti George Institute for Global Health India

Meski badannya tambun, namun Maroof terlihat menikmati duduk di shaf nomor dua dari depan, sehingga Maroof bisa menyaksikan sosok ustadz yang memberikan khotbah Jumat. Sementara, saya berada di sampingnya. Kendati berada di sampingnya, kami tidak berbicara mengingat khotbah sedang berlangsung.
Selesai salat Jumat, kami berdoa sebentar dan terus keluar dari bangunan utama untuk menuju tempat sepatu diletakkan. Sambil memakai sepatu, saya mengajak ngobrol Maroof tentang banyaknya masjd di Kabupaten Malang. Hampir setiap desa yang ada di Kabupaten Malang ini memiliki masjid, dan bahkan setiap RT pasti ada mushallanya.
Kemudian ia pun berceritera kepada saya bahwa orangtuanya adalah muslim. Ayah dan ibunya telah menunaikan ibadah haji di tanah suci. “Alhamdulillah. I think your parents have become perfect Moslems,” ucap saya kepadanya.

Peneliti George Institute for Global Health salat Jumat di Masjid Jami' Baitul Mukhlisin Desa Sumberejo

Setelah itu, kita berjalan keluar melewati halaman masjid yang cukup luas. Di tengah-tengah halaman, saya meminta kepada jamaah masjid yang sedang melintas untuk memotretkan saya dan Maroof untuk kenang-kenangan. Ternyata, Maroof tidak hanya tambun tapi juga longgor atau bongsor. Saya kalah tinggi dengannya!
Usai potret di halaman tengah majid, Maroof saya potret di prasasti nama masjid tersebut yang berada di bangunan penjaga, dekat pintu gerbang utama menuju masjid. Dia terlihat tersenyum di antara jambangnya yang tumbuh lebat.
Selama saya mendampingi kolega penelitian, mungkin bisa dibilang saya baru menjumpai orang asing yang kebetulan seorang muslim, dan itu adalah Maroof Khan dari India yang datang ke Indonesia dalam rangka menghadiri Indonesia in-Country Meeting (30 September 20024 – 5 Oktober 2024) yang diselenggarakan oleh NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC). *** [051024]


logoblog

Thanks for reading Would you like to pray Friday with me?

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog