Kamis, November 21, 2024

Bischofia javanica, Pohon Gintungan Yang Bercoang

  Budiarto Eko Kusumo       Kamis, November 21, 2024
Ketika kegiatan acara Refreshing Kader Kesehatan Kelurahan Kepanjen di Pantai Kondang Merak sudah bebas, saya menyempatkan diri berkeliling sebentar di sepanjang pantai tersebut. Selain deburan ombak yang dilihat, saya juga nongkrong di Warung Bu Warsih untuk menikmati es degan.
Sambil minum es degan, pandangan mata saya tertuju kepada pepohonan yang bercoang (menjulang seperti mercusuar). Kebetulan Pantai Kondang Merak ini selain dikenal karena keindahan alam pantainya juga masih banyaknya aneka konservasi tanaman dalam kawasan hutan lindung yang menyatu dengan Pantai Kondang Merak.
Tepat di belakang Gereja Pantekosta di Indonesia Air Hidup II Kondang Merak terdapat pohon gintungan yang cukup besar. Batangnya seukuran bentangan empat tangan orang secara bersamaan. Jadi, cukup besar pohonnya.

Pohon gintungan (Bischofia javanica) yang bercoang

Di Indonesia, pohon gintungan mempunyai beberapa nama lain: tingkeum (Gayo, Aceh); singkam (Batak); gadok, ki maung (Sunda); gintungan, gintung, gentung, ginting, kerinjing (Jawa), marintek, kayawu (Minahasa), simamo (Ternate).
Nama ilmiah dari pohon gintungan adalah Bischofia javanica Blume. Nama genus Bischofia disematkan untuk menghormati Gottlieb Wilhelm Bischoff (1797-1854), seorang ahli botani paling terkemuka di Akademi Munich yang mendemonstrasikan entimologi botani secara ikonografis untuk kepentingan umum [
1Blume, C.L. (1825). Bijdragen tot de flora van Nederlandsch Indië. 13de Stuk. Batavia : Ter Lands Drukkerij. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/page/429867#page/1/mode/1up
]. 
Sedangkan, nama julukan khusus javanica berasal dari bahasa Latin yang berarti “dari Pulau Jawa”, merujuk pada satu lokasi dalam distribusi alami spesies ini [
2NParks Flora & Fauna Web. Anaxagorea javanica Blume. National Parks: A Singapore Government Agency Website. Retrieved from https://www.nparks.gov.sg/florafaunaweb/flora/2/7/2710
], yaitu yang tertulis dalam bahasa Latin “crescit in sylvis montauis Provinciarum Javae occidentalis” (tumbuh di hutan pegunungan Provinsi Jawa Bagian Barat) [
1Blume, C.L. (1825). Bijdragen tot de flora van Nederlandsch Indië. 13de Stuk. Batavia : Ter Lands Drukkerij. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/page/429867#page/1/mode/1up
].

Batang bawah pohon gintungan (Bischofia javanica)

Spesies Bischofia javanica dideskripsikan oleh Karl Ludwig von Blume (1796-1862) pada tahun 1825, dan dipublikasikan dalam Bijdragen tot de flora van Nederlandsch Indië. 13de Stuk [
1Blume, C.L. (1825). Bijdragen tot de flora van Nederlandsch Indië. 13de Stuk. Batavia : Ter Lands Drukkerij. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/page/429867#page/1/mode/1up
], atau Bijdr. Fl. Ned. Ind. 17: 1168 (1825).
Karl Ludwig von Blume adalah seorang dokter medis dari Jerman, tiba di Jawa pada tahun 1818 dan segera diangkat menjadi Wakil Direktur Kebun Raya Bogor. Pada tahun 1822, ia menggantikan Prof. Caspar Georg Carl Reinwardt (1773-1854) Sebagai direktur yang baru atau Directeur van 's Lands Plantentuin te Buitenzorg (Direktur Kebun Raya Bogor) [
3Kusumasumantri, P.Y. (2017). Sejarah 5 Taman Nasional Pertama. Jakarta: Direktorat Jendera KSDAE. ISBN 978-602-60595-0-5. Retrieved from https://ksdae.menlhk.go.id/assets/publikasi/SEJARAH%205%20TAMAN%20NASIONAL%20PERTAMA-dikompresi.pdf
].
Nama-nama umum (common names) dari Bischofia javanica adalah bishopwood, Java bishopwood, Java-cedar, needlebark, kainfal (Inggris); kohu de montagne, uriam d'Assam, bois de l'eveque (Prancis); romaviruksha pattai (India); aukkyu, ye-pandauk (Myanmar); foung gemuk, khom gemuk (Laos); nhoi (Vietnam); pradu-som, toem (Thailand); jitang, tui (Malaysia); gintungan, gadok (Indonesia); toog (Tagalog); qiū fēng (China); akagi (Jepang); koka, koka ndamu, tea, tongatonga, tongo, tongotongo (Fiji); koka (Tonga); ‘o‘a, o‘a (Samoa); koka, nato (Kepulauan Cook).

Batang pohon gintungan (Bischofia javanica) yang lurus menjulang seperti mersusuar (bercoang)

Pohon gintungan (Bischofia javanica) termasuk dalam famili Phyllanthaceae, dan daerah asal spesies ini adalah Asia Tropis dan Subtropis hingga Pasifik. Ia tumbuh terutama di bioma tropis basah, namun dapat bertahan di daerah kering.
Bischofia javanica (gintungan) adalah pohon hutan berdaun lebat, besar, tumbuh cepat, hijau abadi dengan batang silindris dan tajuk yang menyebar. Kulitnya berwarna cokelat muda hingga keabu-abuan, sedangkan batangnya yang lurus memiliki kayu teras berwarna merah hingga cokelat tua. Daun biasanya berdaun tiga menjari, jarang berdaun lima pada tunas muda. Tangkai daun panjangnya 3-8 inci. Anak daun berukuran 3-6 dan 1,5 inci, elips atau lonjong-lonjong biasanya bergerigi, gundul. Bunga berwarna kehijauan, berbentuk dadu, memiliki tangkai daun dalam tandan malai. Buahnya berdaging dan berbentuk bulat dengan ukuran 0,25 hingga 0,5 inci. Buah yang matang berwarna cokelat dan mengeluarkan cairan kental. Biji memiliki kotiledon datar dan permukaan halus [
4Minakshee Sarmah, (2023), Bischofia Javanica: A Potent Medicinal Plant, International Journal of Biomed Research. 2(5): DOI: 10.31579/2834-5029/030. Retrieved from https://www.clinicsearchonline.org/article/bischofia-javanica-a-potent-medicinal-plant
].
Daun gintungan (Bischofia javanica) berguna untuk pakan ternak, kayunya dimanfaatkan untuk konstruksi, kerajinan, pulp dan arang. Selain itu, tanaman ini juga dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan obat.

Gugusan daun gintungan (Bischofia javanicadi atas batang membentuk kanopi yang sejuk

Bischofia javanica
telah banyak digunakan sebagai obat tradisional di seluruh Tiongkok, Indonesia, dan Filipina. Pohon ini mengandung beragam senyawa bioaktif yang kompleks. Berbagai bagian pohon seperti daun, bunga, kulit kayu, akar, buah, dan biji telah digunakan secara tradisional untuk mengobati penyakit perut, faringitis, tonsilitis, peradangan, infeksi, dan rambut rontok.
Dalam artikel ilmiahnya, Sewoong Lee et. al. (2021) [
5Lee, S., Ha, J., Park, J., Kang, E., Jeon, S. H., Han, S. B., Ningsih, S., Paik, J. H., & Cho, S. (2021). Antioxidant and Anti-Inflammatory Effects of Bischofia javanica (Blume) Leaf Methanol Extracts through the Regulation of Nrf2 and TAK1. Antioxidants (Basel, Switzerland), 10(8), 1295. https://doi.org/10.3390/antiox10081295
] melaporkan bahwa daun muda gintungan digunakan untuk mengobati luka, radang amandel, dan sakit tenggorokan. Sari daunnya digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka parah pada kulit, dan kulit kayu gintungan digunakan untuk mengobati tuberkulosis, tukak lambung, dan sariawan.
Sementara itu, Minakshee Sarmah (2023) [
4Minakshee Sarmah, (2023), Bischofia Javanica: A Potent Medicinal Plant, International Journal of Biomed Research. 2(5): DOI: 10.31579/2834-5029/030. Retrieved from https://www.clinicsearchonline.org/article/bischofia-javanica-a-potent-medicinal-plant
] menjelaskan bahwa sejumlah fitokimia dari tanaman ini telah terbukti memiliki kemampuan antiparasit, antimikroba, antileukemia, antiinflamasi, dan antinosiseptif. Berbagai bagian Bischofia javanica (gintungan) secara tradisional telah digunakan untuk mengobati gangguan inflamasi seperti tukak, patah tulang, dislokasi, dan tuberkulosis. Masyarakat Sikkim menggunakan buahnya untuk membuat anggur. Diare dapat diobati dengan daun muda. Air perasan daun efektif untuk mengobati luka kanker serta luka bakar dan bisul. Sedangkan, daun muda dapat dikonsumsi secara oral untuk mengobati difteri dan faringitis. Batangnya secara tradisional dianggap efektif untuk diare dan sakit perut. *** [211124]


logoblog

Thanks for reading Bischofia javanica, Pohon Gintungan Yang Bercoang

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog