Jumat, November 08, 2024

Lelayu Rabu Pagi

  Budiarto Eko Kusumo       Jumat, November 08, 2024
“Kematian adalah bagian dari kehidupan kita semua. Suka atau tidak, kematian pasti akan terjadi. Daripada menghindari memikirkannya, lebih baik memahami maknanya.” -- Dalai Lama
Tepat pukul 08.00 WIB di hari Rabu Pahing (06/11), saya mendapat telepon dari Solo. Kala itu saya sedang sarapan di lobby Front One Hotel Gresik, sebuah hotel bintang 3. Telpon datang dari adik ipar, suami dari adik – Djoko Sujanto - yang mengabarkan bahwa istrinya – Lucky Yuliasari Kusuma Ningrum - telah meninggal dunia pada pukul 07.50 WIB di Rumah Sakit Umum Islam (RSUI) Kustati Surakarta.
Kontan saya langsung menemui teman dan tamu dari NAFAS Indonesia yang akan bertugas di enumeration area (EA) penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) yang masih ada di kamar 314 dan 315 terkait berita lelayu tersebut.
Saya briefing mereka terlebih dahulu, kemudian berangkat bareng ke EA di Driyorejo. Tetapi, saya diantar duluan ke Stasiun Wonokromo untuk langsung menuju ke Solo. Sementara, anak dan istri saya sudah saya suruh berangkat duluan untuk membantu di rumah duka.

Peristirahatan terakhir almarhumah

Dalam bahasa Jawa, lelayu yaiku layang sing ngbari wong kesusahan utawa kepaten. Artinya, lelayu adalah surat yang memberi kabar duka atau kematian seseorang. Jadi, lelayu Rabu pagi itu adalah berita duka meninggalnya adik perempuan.
Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun. “Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali.” Kullu nafsin dzâ’iqatul-maût, wa nablûkum bisy-syarri wal-khairi fitnah, wa ilainâ turja‘ûn. “Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Kepada Kamilah kamu akan dikembalikan.”
Sulit diungkapkan dengan kata-kata. Kehilangan adik, kecil digendong dan diajak jalan-jalan. Selalu menjadi saksi dalam perjalanan hidupnya, dari menikah sampai tiada. Terlebih bagi garwa, sigaraning nyawa alias suaminya, yang dengan telatennya menemani istri dalam sakitnya selama 7 tahun.
Duka itu tiba. Almarhumah berpulang ke haribaan-Nya saat memasuki usia 48 tahun. Perasaan sedih tentu menyelimuti suami, anak, menantu maupun cucunya. Almarhumah meninggalkan seorang suami, dua anak dan dua cucu.

Ziarah kubur almarhumah bersama suami almarhumah

Almarhumah juga meninggalkan dua saudara laki-lakinya, saya dan Sulistyo Wibowo. Semua merasa kehilangan, namun takdir pun tak bisa disangkal. Seperti kata Dalai Lama, seorang spiritual Buddha Tibet, “Death is a part of all our lives. Whether we like it or not, it is bound to happen. Instead of avoiding thinking about it, it is better to understand its meaning” (Kematian adalah bagian dari kehidupan kita semua. Suka atau tidak, kematian pasti akan terjadi. Daripada menghindari memikirkannya, lebih baik memahami maknanya).
Kutipan Dalai Lama berbicara tentang keniscayaan dan sifat universal kematian. Ia mengingatkan kita bahwa kematian adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan, terlepas dari perasaan atau upaya kita untuk menghindarinya. Pesan utamanya adalah bahwa daripada takut atau menghindari kenyataan kematian, akan lebih bermanfaat untuk menghadapinya secara langsung dan merenungkan maknanya.
Dengan memahami kematian—bukan sebagai sesuatu yang harus ditakuti atau diabaikan, tetapi sebagai bagian alami dari keberadaan—seseorang dapat menumbuhkan apresiasi yang lebih dalam terhadap kehidupan itu sendiri. 
Perspektif ini mendorong perhatian penuh pada momen saat ini dan dapat mengarah pada kebijaksanaan, kasih sayang, dan kejelasan yang lebih besar tentang cara kita hidup dan berhubungan dengan orang lain. Perspektif ini juga membantu kita menerima ketidakkekalan hidup, yang pada gilirannya dapat mengurangi keterikatan dan penderitaan.

Tahlilan di rumah duka

Sedih ditinggalkan itu manusiawi. Namun, ketika kita terus larut dalam duka tidak disuka oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Keluarga maupun kerabat semestinya cukup mengenang saja kebaikannya, dan tentunya mendoakan almarhumah agar mendapatkan tempat yang layak di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala.
Almarhumah sekarang sudah tidak sakit lagi, dan ia telah berbaring dengan damai di Pemakaman Astonoloyo Ndul Nyaen Dukuh Nglinduk RT 01 RW 04 Desa Karangwuni, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo. Di bawah bayang-bayang pohon serut dan tanjung, pemakaman dusun itu terlihat teduh menghijau.
Selamat jalan adikku ... Lucky! Berbaring dan beristirahatlah dengan damai! Keluarga dan kerabatmu akan mengenangmu!  Allaahummaghfirlaha warhamha wa’aafi wa’fu anha. "Ya Allah! Ampunilah almarhumah (jenazah perempuan), berilah dia rahmat-mu, kesejahteraan, serta maafkanlah kesalahannya." *** [081124]


logoblog

Thanks for reading Lelayu Rabu Pagi

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog