Halaman depan Warung Pak Untung Bululawang tergolong luas, sehingga bisa memarkir puluhan mobil dan motor. Di bagian pinggir, baik yang sisi utara maupun sisi selatan ditanami aneka tetumbuhan.
Selain yang ditulis sebelumnya, yakni pohon kiacret (Spathodea campunulata), masih banyak tanaman yang lainnya. Di antaranya terlihat ada 4 pohon mindi. Dua di sisi selatan yang menjulang diterpa angin, dan yang sisi utara juga terdapat 2 pohon namun sepertinya telah dipangkas.
Di Sumatera, pohon mindi dikenal dengan marambung. Namun orang Karo mengenalnya sebagai renceh. Orang Jawa umumnya menyebut pohon gringging atau mindi. Sedangkan, di Arab Saudi pohon mindi dinamai dengan pohon Soekarno, karena jasa Soekarno dalam menghijaukan Padang Arafah.
Nama ilmiah dari pohon mindi adalah Melia azedarach L. Nama genus Melia berasal dari bahasa Yunani “melía” (pohon ash), mengacu pada kemiripan daunnya dengan Fraxinus excelsior [
1González. J. Explicación Etimológica de las Plantas de La Selva. Flora Digital De la Selva: Organización para Estudios Tropicales. Retrieved from https://sura.ots.ac.cr/florula4/docs/ETIMOLOGIA.pdf
]. Genus Melia pernah digunakan oleh Theophrastus (371 – 287 SM) untuk pohon ash (Fraxinus ornus atau Fraxinus excelsior) [2Bailly, A. (1981). Abrégé du dictionnaire grec français ([Nouvelle éd.]). Hachette.
].Pohon mindi (Melia azedarach) di sisi selatan halaman parkir Warung Pak Untung Bululawang terkena terpaan angin kencang |
Sedangkan, julukan khusus azedarach berasal dari bahasa Prancis “azédarac” yang diadopsi dari bahasa Persia “āzād dirakht” (ازادرخت ), yang secara harfiah berarti pohon bebas atau mulia [
3Merriam-Webster. (n.d.). Azedarach. In Merriam-Webster.com dictionary. Retrieved November 2, 2024, from https://www.merriam-webster.com/dictionary/azedarach
].Ahli botani, pendidik, dan penulis kelahiran Inggris, David John Mabberley (1948-) menulis: 'Bentuk-bentuk tertentu telah lama dibudidayakan di India dan Cina. Kelompok kultivar yang dipilih dari dua pusat domestikasi ini diperkenalkan ke bagian-bagian dunia yang hangat lainnya'.
Mabberley juga menjelaskan penyebutan paling awal tentang Melia azedarach yang muncul dalam tulisan-tulisan klasik Tao, ~ 300 SM, dari Zhuang Zi (庄子) yang menggambarkan buah pohon itu dimakan oleh seekor burung yang luar biasa [
4Downing, A., Downing, K., & Atwell, B. (Monday, 27th October 2014). Melia azedarach: White Cedar. Retrieved from https://www.mq.edu.au/arboretum/Plants/Plant%20of%20the%20week%20-%20%20White%20Cedar%20-%20Melia%20azederach.pdf
].Spesies Melia azedarach yang habitatnya ditemukan di Syria dan Sri Lanka itu dideskripsikan oleh botaniwan Swedia Carolus (Carl) Linnaeus (1707-1778) pada tahun 1753, dan dipublikasikan dalam Species Plantarum, Exhibentes Plantas Rite Cognitas, Ad Genera Relatas, Cum Differentiis Specificis, Nominibus Trivialibus, Synonymis Selectis, Locis Natalibus, Secundum Systema Sexuale Digestas. Tomus I [
5Linnaei, Caroli. (1753). Species Plantarum, Exhibentes Plantas Rite Cognitas, Ad Genera Relatas, Cum Differentiis Specificis, Nominibus Trivialibus, Synonymis Selectis, Locis Natalibus, Secundum Systema Sexuale Digestas. Tomus I. Holmiae: Impensis Laurentii Salvii. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/page/358403#page/397/mode/1up
], atau Sp. Pl. [Linnaeus] 1: 384 (1753).Kuncup daun mindi (Melia azedarach) |
Nama-nama umum (common names) dari Melia azedarach: Cape-lilac, bead tree, China berry, Indian lilac, Persian lilac, seringa, white cedar (Inggris); chinesischer Holunder, indischer Zedrachbaum, Paternosterbaum, Zedarachbaum (Jerman); galbessen, paternosterboom (Belanda); azédarach, lilas de Perse, lilas des Indes (Prancis); arbol del paraiso, acederaque, alelí, cinnamon, fruto del paraíso, mirabobo (Spanyol); amargoseira, amargoseira-dos-himaláias, conteira, árvore-dos-rosários (Portugis); albero da rosary (Italia); maksering (Afrikaans); tesbih ağacı (Turki); dreka, maha nimba, ramyaka (Sansekerta); h'ienx, kadau s'a:ngz (Laos); cây xoan, sâ dông (Vietnam); dâk'hiën, sadau khmaôch (Kamboja); hian, lian, lian bai yai (Thailand); margosa, mindi kecil (Malaysia); mindi (Indonesia); liàn shǔ (China); sendan (Jepang); meol gu seul na mu (Korea); cinamomo, jazmim-de-caiena (Brasil); paraíso, árbol del paraíso (Kolombia); jacinta (Panama).
Pohon mindi (Melia azedarach) termasuk dalam famili Meliaceae, dan daerah asal spesies ini adalah Asia Tropis dan Subtropis, termasuk Asia Tenggara, hingga Australia Utara dan Timur. Spesies ini merupakan pohon yang gemar tumbuh terutama di bioma tropis yang kering secara musiman.
Sebagai tanaman ornamental, Melia azedarach (mindi) memiliki arsitektur tegakan yang indah dengan batang tegak berbentuk silindris, kulit batang halus hingga beralur, tajuk menyerupai payung dengan percabangan melebar, berdaun ringan dan tipe daun majemuk, dan bergerigi.
Pohon mindi (Melia azedarach) adalah pohon yang tumbuh cepat, terutama pohon berganti daun. Pohon ini sangat mudah beradaptasi dan toleran terhadap berbagai kondisi iklim dan tanah. Melia azedarach (mindi) banyak digunakan sebagai tanaman hias dan tanaman pelengkap karena pohon ini memiliki bunga yang harum dan menarik serta sangat cocok sebagai pohon peneduh.
Pohon mindi (Melia azedarach) yang ditanam di sisi utara halaman parkir Warung Pak Untung Bululawang |
Kayunya digunakan untuk pembuatan peralatan pertanian, furnitur, dan konstruksi bangunan. Daunnya bisa digunakan untuk pakan ternak, tetapi buahnya tidak bisa untuk pakan ternak karena rasanya pahit sekali.
Selain itu, ekstraksi dari pohon mindi (Melia azedarach) bisa dimanfaatkan dalam pengobatan maupun insektisida. Disha & Karthikeyan dalam An Eye-Catching and Comprehensive Review of Melia azedarach Linn’s (Paradise Tree) (2024, Pharmacognosy Research 16(2): 211-218) menyebutkan bahwa masyarakat adat dan suku di India secara tradisional telah menggunakan seluruh tanaman atau bagian-bagian tertentu darinya (daun, batang, dan akar) untuk tujuan pengobatan.
Melia azedarach digunakan sebagai pengobatan ayurveda dan unani di India dan negara-negara Arab, masing-masing, karena sifatnya yang antiradang, analgesik, insektisida, rodentisida, antidiare, deobstruen, diuretik, antidiabetik, pencahar, emetik, antirematik, dan antihipertensi.
Getah yang keluar dari batang Melia azedarach diyakini bermanfaat untuk pembesaran limpa, dan ekstrak kayunya diberikan kepada pasien asma. Pada demam paroksismal, rebusan kulit kayu digunakan untuk menghilangkan rasa haus, mual, muntah, malaise umum, kehilangan nafsu makan, dan kondisi kulit.
Batang dan ranting mindi (Melia azedarach) |
Mengoleskan tapal daun dapat mengobati erupsi kulit kepala dan mengurangi sakit kepala karena tegang. Rebusan daun bersifat astringen dan perut dan digunakan dalam pengobatan histeria, kusta, dan skrofula.
Jus daun berfungsi sebagai anthelmintik, diuretik, emmenagog, ekspektoran, dan vermifuge. Karakteristik astringen, anodyne, refrigeran, emmenagog, diuretik, resolvent, dan deobstruent semuanya ada dalam bunga.
Buah direkomendasikan secara internal untuk gangguan pencernaan, kolik, dan radang usus, serta dianggap sebagai anthelmintik, diuretik, emolien, dan pencahar. Bijinya digunakan untuk mengobati demam tifoid, cacingan, nyeri panggul, skrofula, dan juga diberikan untuk rematik. Bijinya juga dianggap sebagai anthelmintik, ekspektoran, dan afrodisiak. Kondisi kulit diobati menggunakan minyak bijinya.
Akarnya bersifat ekspektoran, penurun panas, anodina, astringen, emmenagogue, dan konstipasi. Akar ini bermanfaat untuk leuoderma, linu panggul, sakit pinggang, wasir, batuk, asma, bisul, luka, diabetes, demam intermiten, dan nyeri pascapersalinan uterus. *** [031124]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar