Di depan pendopo Saman - salah satu pendopo yang ada di Kampoeng Percik Salatiga - mata terpesona oleh pemandangan bunga kerudung pengantin warna putih yang menjuntai dengan anggun, pada Sabtu (04/01).
Setiap kelopak putih yang lembut tampak seperti melambangkan kesucian dan harapan, menciptakan suasana sakral yang menenangkan. Bunga ini bukan hanya sekedar hiasan, melainkan simbol dari tradisi dan keindahan yang mengakar kuat di dalam budaya setempat.
Di bawah rintik-rintik hujan yang menerobos celah-celah daun, bunga itu seakan menyaksikan Wakil Direktur Percik Salatiga Damar Waskitojati, S.Kom., M.Si., dan saya yang lagi mengikuti regular meeting Tim Peneliti NIHR Global Health Research Centre for Non Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) yang diadakan pada pukul 15.00 WIB.
![]() |
Bunga kerudung pengantin (Clerodendrum wallichii) |
Tanaman bunga kerudung pengantin memiliki nama ilmiah Clerodendrum wallichii Merr. Nama genus Clerodendrum berasal dari bahasa Yunani dari gabungan kata “kleros” (kebetulan, nasib, takdir, peluang), dan “dendron” (pohon), yang mungkin merujuk pada banyaknya khasiat obat yang terkadang diragukan yang telah dikaitkan dengan tanaman ini.
Sedangkan, julukan khusus wallichii diberikan untuk menghormati Nathaniel Wallich (1786-1854), yang awalnya bernama Nathan Wolff, seorang ahli botani Denmark yang memberikan kontribusi besar bagi pengetahuan tentang flora India melalui pekerjaannya sebagai dokter bedah dan kemudian pengawas kebun botani di Kalkuta.
Nama umum Wallich’s glorybower juga diberikan untuk menghormati Nathaniel Wallich. Nama umum lainnya berasal dari tampilan dan posisi bunga, yang menggantung di atas daun, atau putih menjuntai [
1Datiles, Marianne Jennifer and Acevedo-Rodríguez,Pedro, cabicompendium.120110, CABI Compendium, doi:10.1079/cabicompendium.120110, CABI International, Clerodendrum wallichii (Wallich’s glorybower), (2022)
].![]() |
Daun bunga kerudung pengantin (Clerodendrum wallichii) |
Nama ilmah Clerodendrum wallichii diperkenalkan dan deskripsikan oleh botaniwan Amerika Elmer Drew Merrill (1876-1956) pada tahun 1952, dan dipublikasikan dalam Journal of the Arnold Arboretum (Volume XXXIII) [
2Merrill, Elmer D. (1952). Journal of the Arnold Arboretum, 33(1), 199--251. Jamaica Plain, Mass. https://doi.org/10.5962/p.29334
], atau J. Arnold Arbor. 33: 220, in obs. (1952).Selain nama ilmiah (scientific preferred name), Clerodendrum wallichii mempunyai nama-nama umum (common names): bridal veil, swaddling flower, nodding clerodendron, Nutan bleeding heart, white clerodendrum, Wallich's glorybower (Inggris); slöjklerodendrum (Swedia); bolungre, horrandieng, samapul (India); kinmauk-ka-gyi, ngayan-padu, pan-swelwe (Myanmar); bunga kerudung pengantin (Indonesia); chuí mò lì (China); vutu (Fiji); guirnalda de novia (Republik Dominika); bandera danesa (Puerto Rico).
Tanaman bunga kerudung pengantin (Clerodendrum wallichii) termasuk dalam famili Lamiaceae (suku nilam-nilaman), dan menurut EPPO Global Database, Clerodendrum wallichii berasal dari Pakistan, India, Indochina (kecuali Laos dan Kamboja), dan China. Kemudian diperkenalkan di Indonesia (Sumatera, Jawa) dan Lesser Antilles (Kepulauan Karibia) [
3EPPO Global Database. (n.d.). Clerodendrum wallichii(CLZLA). EPPO Global Database. Retrieved January 20, 2025, from https://gd.eppo.int/taxon/CLZLA
]. Di Cina, Clerodendrum wallichii ditemukan di hutan terbuka di lereng gunung.![]() |
Batang bunga kerudung pengantin (Clerodendrum wallichii) |
Clerodendrum wallichii (bunga kerudung pengantin) adalah semak berukuran sedang hingga besar. Tanaman dewasa dapat mencapai ketinggian antara 6-13 kaki dengan bentuk tegak hingga melengkung, bercabang terbuka.
Daunnya berwarna hijau tua, mengilap, dan bentuknya agak lonjong. Gugusan bunga putih kecil yang menggantung, mekar secara musiman (biasanya di musim gugur) dari ujung cabang. Buahnya yang bulat dan mengilap berwarna hijau saat muda dan saat matang menjadi hitam. Buahnya dikelilingi oleh lima sepal berwarna merah muda cerah.
Menurut Yujian Tian et. al. (2022) [
4Tian, Y., Liang, N., Jing, T., Yuan, F., Sarker, M. M. R., Alam Maruf, M. R., & Chen, S. (2022). Clerodendrum wallichii Merr Methanol Extract Protected Alcohol-Induced Liver Injury in Sprague-Dawley Rats by Modulating Antioxidant Enzymes. Evidence-based complementary and alternative medicine : eCAM, 2022, 5635048. https://doi.org/10.1155/2022/5635048
], daun tanaman bunga kerudung pengantin (Clerodendrum wallichii) telah digunakan dalam sistem pengobatan tradisional untuk mengobati demam, infeksi kulit, radang, diare, dan disentri.![]() |
Tanaman bunga kerudung pengantin (Clerodendrum wallichii) di halaman Percik Salatiga |
Beberapa suku di negara-negara Asia memakan tanaman ini sebagai sayuran. Investigasi fitokimia pada tanaman ini dilaporkan mengandung senyawa fenolik dan flavonoid. Bagian udara Clerodendrum wallichii dilaporkan memiliki stigmasterol, β-sitosterol, clerosterol, clerodolone, dan 24(S) ethyl-cholesta-5,22,25-trien-3β-ol. Pengamatan mikroskopis bubuk daun Clerodendrum wallichii dilaporkan mengandung kristal kalsium oksalat tipe kubik dan tipe persegi.
Kedepannya, penelitian telah memroyeksikan kemampuan hepatoprotektif yang kuat terhadap cedera hati yang disebabkan etanol yang dimiliki Clerodendrum wallichii, dan sedang diujicobakan pada tikus percobaan. Aktivitas hepatoprotektif ditunjukkan dengan mengendalikan kadar sekresi enzim hati yang berlebihan dan meningkatkan antioksidan hepatosit yang memulihkannya ke tingkat normal.
Itulah indahnya tanaman bunga kerudung pengantin di lahan Kampoeng Percik Salatiga, sebuah tempat kerja yang dikembangkan oleh Percik Salatiga yang dikenal sebagai The Institute for Social Research, Democracy and Social Justice yang beralamatkan di Jalan Patimura Km 1, Kampoeng Percik, Terusan, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, yang suasananya bak Kebun Raya Bogor. *** [200125]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar