House of Busardjo: Resto & Coffee Shop di Solo merupakan salah satu tempat kuliner yang menggabungkan “restoran” dan coffee shop dalam satu lokasi. Tempat ini menawarkan suasana nyaman dan menyajikan berbagai hidangan tradisional serta pilihan lainnya, seperti dimsum, gonyong, dan special nori.
Resto & Coffee Shop House of Busardjo, atau yang dikenal sebagai Omah Makan Busardjo, populer karena konsep uniknya yang memadukan makanan dan minuman dalam bangunan tradisional Jawa berupa limasan.
Limasan ini semi-terbuka, sehingga memberikan kesan etnik yang unik. Ditopang dengan sepuluh tiang soko berukuran sedang, menambah kesan tradisional Jawa yang menampilkan sirkulasi udara mengalir dengan leluasa. Dinding sebelah baratnya dipadu dengan aneka ragam tulisan kata mutiara yang indah, sehingga menjadikan tempat santai yang membuat betah bagi para pengunjungnya.
House of Busardjo: Resto & Coffee Shop atau Omah Makan Busardjo, belakang Swiss Belinn Saripetojo Solo |
Bertempat di Jalan Truntum VII No. 1 Jantirejo RT 01 RW 14 Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, atau yang akrab dengan sebutan Kota Solo ini, saya berkesempatan mengunjunginya untuk mencoba menu kuliner yang ada di tempat tersebut. Lokasinya berseberangan dengan PT Kerta Gaya Pusaka Perwakilan Solo, atau pojok barat daya Swiss Belinn Saripetojo Purwosari.
Di Omah Makan Busardjo itu, saya berpetualang untuk menyingkap rasa tumpang koyor yang difavoritkan sebagai menu spesialnya dalam menyambut tahun baru ini.
Tumpang koyor adalah menu kuliner yang terbuat dari tempe bosok (busuk), daging tetelan, dan koyor, yang dimasak dengan bumbu sederhana seperti bawang merah, bawang putih, kencur, daun jeruk, salam, lengkuas, jahe, dan cabai, kemudian dicampur santan. Zaman dulu, masakan ini dimasak dengan kuali tanah liat di atas anglo dengan kayu bakar selama dua jam.
Tumpang koyor memiliki rasa khas, tekstur lembut, aroma santan, semangit tempe bosok. Karena itu, rasa tumpang sedikit berkarakter. Gurih dan agak pedas. Perpaduan kencur dan daun jeruk di tumpang membuatnya terasa segar. Sebagai pendamping dari kuah kental tumpang, biasanya berupa bayam, kecambah dan kacang panjang yang direbus.
Nasi tumpang koyor Omah Makan Busardjo Solo |
Tumpang sendiri diperkirakan telah berusia lebih dari 4 abad, namun baru terabadikan dalam Serat Centhini pada tahun 1814. Serat Centhini aslinya berjudul Serat Suluk Tambangraras yang ditulis atas prakarsa KGPA Anom Amengkunagoro III, putra Pakubuwono (PB) IV, raja Surakarta (1788-1820).
Dia kemudian menggantikan kedudukan raja sebagai PB V (1820-1823). Sedangkan, penulisannya dilaksanakan oleh 6 orang, yang terdiri dari 2 pujangga kraton, 1 juru tulis kraton, dan 2 ulama.
Dalam Serat Centhini yang isinya berupa tembang-tembang macapat itu, mengisahkan pengembaraan Mas Cebolang bersama keempat santrinya singgah di rumah Pangeran Tembayat di daerah Bayat Klaten, dan diberi hidangan makanan.
Di antara makanan yang disuguhkan itu disebutkan lethok. Hidangan berbahan dasar tempe setengah busuk ini dikenal juga dengan bumbu sambal tumpang.
“Brambang, jae, santen, tempe, asem, sambel lethokan, gudhang tumpang,” begitu tulisan yang mendeskripsikan kuat kental (sambal) tumpang di Serat Centhini.
Teh panas Omah Makan Busardjo Solo |
Citra rasa tumpang gurih karena penambahan santan yang terpadu dengan rempah-rempah dan juga tempe semangit (overripe tempeh), tempe yang sudah terlalu matang dengan rasa yang sangat khas yang digunakan dalam pembuatan sambal tumpang di Jawa Tengah.
Tempe semangit (tempe yang sudah hampir busuk) mempunyai kadar asam umami, pahit, asin dan aroma yang lebih menyengat dibandingkan dengan tempe segar.
Begitu Anda menyendok nasi tumpang, lapisan sambal tumpang yang kaya dan pedas akan bercampur dengan kelembutan nasi hangat. Tambahan koyor (otot sapi) dan rasa kenyal memperkaya hidangan ini.
Sayuran, seperti bayam, kecambah dan kacang panjang yang sudah direbus, menambah selera untuk segera menyantapnya, dan ini memberi kontras pada rasa pedas sambal tumpang.
Nasi tumpang koyor bisa dinikmati dengan tangan atau sendok, tergantung pilihan Anda. Ini adalah hidangan yang mengajak Anda untuk menikmati berbagai rasa dalam satu gigitan, sambil merasakan kekayaan budaya dan kelezatan khas dari masakan Indonesia, khususnya yang berasal dari Jawa ini. *** [030125}
Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh .....
BalasHapusAlhamdulillaah ......
Mmmuuuaaannntttaaappp llluuuaaarrr biasa pisan euy ......