Senin, Februari 24, 2025

Smoor Lidah Babah Hotel Tugu Malang: Warisan Rasa dalam Semangkuk Hidangan

  Budiarto Eko Kusumo       Senin, Februari 24, 2025
Smoor Lidah Babah ala Koki Hotel Tugu Malang

Siang itu, Ahad (23/02), di Keraton Ballroom Hotel Tugu Malang, kehangatan kebersamaan masih terasa di antara para peserta Workshop Kreasi Bersama Tahap 3. Usai sesi foto bersama sebagai penutup rangkaian acara, mereka melangkah menuju meja panjang yang tertata menu makanan secara rapi.
Begitu pramusaji membuka penutup hidangan, aroma masakan menyeruak ke seluruh ruangan, menggoda selera. Pihak Hotel Tugu Malang menghidangkan aneka hidangan kulinernya pada hari terakhir dari workshop tersebut.
Menu masakan yang tersaji di meja panjang tersebut adalah Smoor Lidah Babah, nasi putih, Green Curry Fried Rice, Dau Hu Luot Van Sa Ot, Sayur Buncis Udang Api-Api Telor Asin, Balimoy Chicken Soup. Dan Es Campur Tugu.
Satu per satu, peserta workshop berjajar antre dari sisi timur ke barat sesuai alur penempatan menu hidangan, mengambil tempat dan mulai menyendokkan hidangan ke piring mereka. Mereka memiliki kesukaan atau selera masing-masing dalam menu tersebut.
Saya yang turut menghadiri Workshop Kreasi Bersama Tahap 3 ini, berkesempatan memanjakan lidah untuk merasakan hidangan Smoor Lidah Babah dengan resep asli ala Babah Peranakan yang rasanya cukup lezat.
Dikutip dari laman Hotel Tugu Malang, hotel ini adalah properti pertama dari semua Hotel Tugu, dibangun dan dirancang oleh pendirinya untuk menampung koleksi barang antiknya yang sangat banyak dan tak ternilai yang dipengaruhi oleh Babah Peranakan Jawa.
Tidak hanya dalam bentuk koleksi barang antik saja, warisan rasa dalam semangkuk hidangan Smoor Lidah Babah pun juga tersedia. Sebagai informasi, istilah “Babah” dalam bahasa Jawa, biasa digunakan untuk menyebut budaya blasteran yang dihasilkan dari perkawinan antara pendatang Tionghoa dengan perempuan asli Jawa yang kemudian gaya hidup mereka dipengaruhi juga oleh budaya kolonial Belanda [
1Bu Kris (CR-101). (2021, October 23). Akulturasi Budaya Jawa Tionghoa, Hotel Tugu Malang Konsisten Usung Konsep Babah Peranakan (D. Chahyanti, Ed.). TIMES Indonesia; Rochmat Shobirin. https://timesindonesia.co.id/indonesia-positif/383219/akulturasi-budaya-jawa-tionghoa-hotel-tugu-malang-konsisten-usung-konsep-babah-peranakan
].
Smoor atau semur itu sebenarnya awalnya merupakan masakan sup dari Belanda. Dalam sup Belanda itu terdapat penambahan pala dan kecap serta kayu manis. Namun orang Indonesia, semurnya umumnya lebih condong ke semur Jawa, yaitu semur yang telah disesuaikan dengan bahan dan rempah yang ada di Indonesia. 
Kuliner klasik ini bukan sekadar makanan, melainkan perwujudan akulturasi budaya yang kaya. Lidah sapi yang dimasak perlahan dalam balutan kuah kental berempah menghadirkan kelembutan sempurna di setiap suapan, berpadu dengan rasa gurih dan manis yang khas.
Rasa gurih dan manis yang seimbang membawa siapa pun yang mencicipinya ke dalam nostalgia kuliner klasik yang berakar dari perpaduan budaya Belanda, peranakan, dan Jawa. Suasana makan siang semakin syahdu, diiringi perbincangan ringan dan tawa para peserta yang masih larut dalam semangat diskusi dari sesi workshop sebelumnya.
Di balik setiap suapan Smoor Lidah Babah, tersimpan kisah perjalanan rasa yang kaya, mencerminkan filosofi Hotel Tugu Malang dalam merawat tradisi dan warisan kuliner. Makan siang itu bukan sekadar menyantap hidangan, tetapi juga merayakan cita rasa yang menyatukan sejarah, budaya, dan kebersamaan. *** [240225]


logoblog

Thanks for reading Smoor Lidah Babah Hotel Tugu Malang: Warisan Rasa dalam Semangkuk Hidangan

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog