Di samping rumah kader photovoice Lidya Mas’udah yang beralamatkan di Dusun Trunajaya 2 RT 23 RW 06, Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, sebuah pohon ara muda tumbuh di lahan kosong sebelah barat rumahnya.
Saat Tim NIHR (National Institute for Health and Care Research) Universitas Brawijaya (UB) bertandang dan sekaligus berkoordinasi untuk pemasangan sensor udara di rumah tersebut pada Senin (19/05), pandangan saya tertuju pada thukulan itu – pohon ara yang masih pendek, tegak di antara gulma dan bayang-bayang pohon murbei (Morus alba) yang berbuah lebat.
Daun-daunnya lebar seperti daun pohon jati kebon, dengan pucuk yang berwarna merah hati. Ia belum berbunga dan belum berbuah, tapi pertumbuhannya tergolong cepat. Tumbuh liar, tanpa ditanam, seolah alam memilih tempat itu sebagai ruang hidupnya.
![]() |
Thukulan pohon ara (Ficus auriculata) di Dusun Trunajaya 2, Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang |
Pohon ara yang hidup di lahan kosong sebelah barat rumah kader photovoice tersebut memiliki nama ilmiah Ficus auriculata Lour. Nama genus Ficus berasal dari bahasa Latin “ficus” yang digunakan untuk menyebut pohon ara oleh botaniwan Swedia Carolus Linnaeus (1707-1778) ketika mendirikan genus Ficus pada tahun 1753 [
1Harper, D. (n.d.). Etymology of ficus. Online Etymology Dictionary. Retrieved May 25, 2025, from https://www.etymonline.com/word/ficus
].Sedangkan, julukan khusus auriculata berasal dari bahasa Latin "auricula" yang berarti "telinga", berdasarkan pelengkap pada pangkal setiap daun yang dianggap berbentuk seperti telinga [
2Flora & Fauna Web. (n.d.). Plumbago auriculata Lam. National Parks Singapore. Retrieved May 25, 2025, from https://www.nparks.gov.sg/florafaunaweb/flora/2/3/2346#:~:text=Species%20epithet%20'auriculata'%20from%20the,deemed%20to%20be%20ear%2Dshaped
].Nama ilmiah Ficus auriculata diperkenalkan oleh seorang misionaris dan naturalis Portugis di Mozambik, Goa (India) dan Cochinchina (Vietnam), João de Loureiro (1717-1791, pada tahun 1790, dan dipublikasikan dalam Flora Cochinchinensis: Sistens Plantas In Regno Cochinchina Nascentes. Quibus Accedunt Aliae Observatae In Sinensi Imperio, Africa Orientali, Indiaeque Locis Variis. Omnes Dispositae Secundum Systema Sexuale Linnaeanum. Labore (Tomus II), atau Fl. Cochinch. 2: 666 (1790).
![]() |
Pucuk daun ara (Ficus auriculata) atau daun mudanya berwarna merah tua |
Selain nama binomial, Ficus auriculata mempunyai nama-nama umum (common names): roxburgh fig, broad-leaf fig, elephant ear fig, Himalayan fig (Inggris); Roxburgh-Feige, Himalaja-Feigenbaum (Jerman); figuier de l’Himalaya (Prancis); higuera de Roxburgh, higuera del Himalaya (Spanyol); figueira brava, figueira-da-India (Portugis); timal, timla, tirmal (Hindi); nimaro, timilo (Nepal); bakusheng, chongmashing, khomdang (Bhutan); bodu-dumur, jaggu dumur (Bangladesh); lagumna-gum, sin-thapan, taba, thu-hpak-lu-sang (Myanmar); duea-wa, saipho (Thailand); ara, kelebok, mangtan (Malaysia); ara (Indonesia); va' (Vietnam); dà guǒ róng (China).
Pohon ara (Ficus auriculata) termasuk dalam famili Moraceae (suku ara-araan), dan secara luas tersebar di Pakistan, India Utara, Nepal, Bhutan, Myanmar, Cina Selatan dan Barat, Laos, Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Semenanjung Malaysia [
3ZHANG, Z., WANG, X.-M., LIAO, S., TIAN, H.-Z., & LI, H.-Q. (2019). Taxonomic treatment of the Ficus auriculata complex (Moraceae) and typification of some related names. Phytotaxa, 399(3), 203. https://doi.org/10.11646/phytotaxa.399.3.4
].Ficus auriculata (ara) merupakan pohon hijau abadi dengan tajuk yang memanjang dan lebar. Kulitnya berwarna abu-abu kecokelatan dengan tekstur yang tidak sedap dipandang atau kasar, dan cabang-cabang batang tengahnya tidak berdaun. Daunnya sangat besar, dengan pola urat daun yang mirip dengan jaring.
![]() |
Daun ara (Ficus auriculata) besar dan lebar |
Sifat khusus untuk Ficus auriculata, yaitu menghasilkan buah yang berubah warna dari hijau menjadi merah atau ungu saat matang, selain tingginya yang menjulang tinggi dan daunnya yang lebar. Buah-buahan ini dapat dimakan dan dapat dimasukkan ke dalam makanan manusia, sedangkan daunnya dapat menjadi sumber pakan ternak yang baik.
Buah-buahan ini tersedia dua kali setahun dan dikenal karena rasanya yang lezat dan manis saat matang sepenuhnya. Konsumsi buah segar merupakan pilihan yang populer karena kandungan serat makanan, gula alami, dan mineral yang tinggi, sehingga menjadikannya makanan pembuka yang bergizi.
Selain itu, buah ini memiliki sifat diuretik, pencahar, dan pengatur pencernaan, sehingga dapat meredakan diabetes dan sembelit. Manfaat buah bagi kesehatan dikaitkan dengan kandungan fitokimia yang beragam, termasuk antosianin, antioksidan, flavonoid, tanin, dan senyawa fenolik meskipun ditemukan bahwa tanaman ini tidak mengandung alkaloid.
![]() |
Batang muda ara (Ficus auriculata) yang menjadi tumpuan daun |
Khasiat obatnya tidak terbatas pada buahnya saja, bagian lain, seperti akar, daun, batang, kulit kayu, dan lateks, secara tradisional digunakan oleh berbagai komunitas sebagai terapi. Menurut Bhatt et. al. (2024) [
4Bhatt, S. C., Kumar, V., Naik, B., Gupta, A. K., Saris, P. E. J., Kumar, V., Rajput, V., & Rustagi, S. (2024). Ficus auriculata Lour., an underutilized nonconventional alternative fruit to Ficus carica with nutraceutical potential. Discover Sustainability, 5(1). https://doi.org/10.1007/s43621-024-00480-3
], buah Ficus auriculata secara tradisional digunakan untuk mengobati penyakit gondongan, penyakit kuning, dan kolera. Selain itu, buah ini juga diketahui memiliki khasiat penyembuhan luka.Sedangkan, Hasnat et. al. (2024) [
5Hasnat, H., Alam, S., Akter Shompa, S., Saha, T., Richi, F. T., Hossain, Md. H., Zaman, A., Zeng, C., Shao, C., Wang, S., Geng, P., & Al Mamun, A. (2024). Phyto-pharmacological wonders of genus Ficus: Ethnopharmacological insights and phytochemical treasures from natural products. Saudi Pharmaceutical Journal, 32(12), 102211. https://doi.org/10.1016/j.jsps.2024.102211
] melaporkan bahwa di Nepal, jus kulit batang Ficus auriculata merupakan obat tradisional yang biasanya digunakan untuk mengobati diare, disentri, luka, dan cedera.Selain itu, lateks digunakan sebagai obat cacing dan penyembuhan luka, luka, dan karies, selain lateks akar spesies tersebut digunakan untuk mengobati gondongan, kolera, diare, dan muntah. *** [260525]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar