Setelah menuntaskan perpanjangan pemasangan sensor udara di 13 titik koordinat Desa Sumberejo, Rabu (21/05), Tim NIHR (National Institute for Health and Care Research) Universitas Brawijaya (UB) – Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop., Benito Ahadiono, dan saya - menyempatkan diri bersantap siang di Swara Alam Kepanjen.
Swara Alam, sebuah tempat makan yang asri dan menenangkan di Dusun Ngadiluwih, Desa Kedungpedaringan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Lokasinya yang dikelilingi hamparan sawah memberi suasana yang menyejukkan, lengkap dengan hembusan angin semilir khas pedesaan. Sejenak kami merasa lepas dari kepenatan kerja lapangan, disambut suasana seperti saung yang damai dan akrab.
![]() |
Diajak makan siang Research Manager CEI di Swara Alam yang berada di Dusun Ngadiluwih, Desa Kedungpedaringan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang |
Ruang makannya luas dan beragam. Ada lesehan untuk yang ingin duduk santai, meja taman bagi yang suka makan di ruang terbuka, dan joglo bagi yang ingin merasakan nuansa klasik. Tiga cottage berdiri di belakang, siap menampung pengunjung yang ingin bermalam. Fasilitas lainnya pun lengkap: halaman parkir yang lapang, mushola yang bersih, hingga live music yang menemani malam hari.
Pemilik Swara Alam rupanya juga seorang kolektor tanaman yang gemar membentuk bonsai. Pohon-pohon koleksinya tergolong langka dan bernilai tinggi. Tak heran, area ini tak hanya memanjakan perut, tapi juga memanjakan mata.
Dari banyaknya pilihan menu, saya menjatuhkan pilihan pada nasi sambal oseng kerang. Paduan rasa gurih dan pedas dari oseng kerang yang dimasak dengan cabai merah dan bawang putih menciptakan sensasi rasa yang tajam, namun bersahabat.
![]() |
Nasi Sambal Oseng Kerang ala Swara Alam Kepanjen |
Tekstur kerangnya kenyal, segar, dan meresap bumbunya. Sambalnya tidak terlalu menyengat, tapi cukup untuk membangkitkan selera makan siang. Sebagai pelengkap, lecy tea ice hadir dalam gelas tinggi dengan rasa manis ringan dan aroma leci yang menenangkan. Es batu yang mencair perlahan menjaga minuman ini tetap segar sampai suapan terakhir.
Sambil menikmati pemandangan sawah yang hijau, serasa menyatu dengan alam. Suasananya seperti apa yang psikolog yakini, “Ketika makan siang dilakukan di tengah alam, tubuh bukan hanya mencerna makanan, tapi juga mencerna ketenangan. Pikiran menjadi ringan, dan hati lebih mudah merasa syukur.”
Di Swara Alam, waktu seakan melambat. Sendok, obrolan, dan semilir angin berpadu dalam harmoni yang belum tentu sama di tempat lain. Di tengah hamparan sawah menghijau, makan siang terasa natural: sebuah perenungan kecil yang lahir dari tanah, angin, dan suara alam yang jujur.
![]() |
Lecy Tea Ice ala Swara Alam Kepanjen |
Ia menjadi ruang jeda, tempat pulih, dan titik temu antara rasa dan suasana. Di tengah riuh aktivitas lapangan, makan siang di sana menjadi sebuah ajakan dari Research Manager CEI dalam Tim NIHR UB yang memberikan anugerah bagi sejawatnya.
Ada cerita tentang udara yang dipantau, alam yang dijaga, dan manusia yang kembali menyatu dengan ritme bumi. Usai perpanjangan pemasangan sensor udara, Swara Alam menjadi oase ketenangan bagi Tim NIHR UB. Angin di Swara Alam tidak hanya membawa aroma masakan, tapi juga bisikan jiwa. *** [230525]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar