Usai melakukan observasi di tiga enumeration area (EA) di Kecamatan Pagak, Tim Sosiologi Universitas Brawijaya (UB) yang tergabung dalam Tim NIHR (Naional Institute for Health and Care Research) UB yang terdiri dari Dhika, April, Ben, dan Alia memutuskan untuk melepas penat dengan makan sore di Poskoffie Kepanjen. Tak lupa, mereka mengajak Fasilitator NIHR yang sedari pagi mendampinginya.
Kafe yang terletak di Jl. Panji No. 200 A Kelurahan Penarukan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang ini, menawarkan suasana santai dengan pemandangan persawahan yang mulai menguning, siap panen. Mereka memilih tempat duduk outdoor, berdekatan dengan Hotways Chicken yang baru saja dilaunching beberapa hari yang lalu.
Ada puluhan pilihan makanan dan minuman yang tersaji dalam deretan menu yang tersusun dalam daftar menu Poskoffie. Mulai dari camilan ringan hingga menu berat, dari kopi lokal hingga racikan minuman dingin kekinian. Tim Sosiologi UB mempelajari sebentar, dan memilih menu sesuai selera masing-masing.
![]() |
Diajak makan sore Tim Sosiologi UB di Poskoffie Kepanjen |
Dari sekian banyak opsi, saya sendiri tertarik memilih nasi langgi. Nama menu yang akrab ketika saya masih bocil. Sehingga, begitu membaca ada menu nasi langgi di Poskoffie, saya langsung mengambil pesanan nasi langgi.
Nasi langgi bukan sembarang nasi campur. Ia adalah warisan budaya yang mencerminkan kekayaan rasa dan filosofi hidup masyarakat Jawa. Disajikan di atas daun pisang, nasi langgi terdiri dari nasi putih, ditemani lauk-pauk khas seperti serundeng kelapa, telur rebus belah dua, urap, sambal goreng kentang ati, sate daging sapi, timun, sambal terasi, dan semacam lentho.
Setiap santapan masuk ke dalam mulut, menyuguhkan keseimbangan antara rasa gurih, manis, dan sedikit pedas - harmoni yang menggambarkan prinsip hidup Jawa: sumeleh, seimbang, dan penuh rasa syukur.
![]() |
Nasi Langgi Poskoffie |
Menikmati nasi langgi tak hanya menyangkut soal rasa saja, tetapi juga cerita. Dalam Serat Centhini yang mulai ditulis pada Sabtu Paing tanggal 26 Muharam Tahun Je Mangsa VII 1742 dengan sengkalan “Paksi Suci Sabda Aji” atau bulan Januari 1814 M, dan selesai ditulis pada tahun 1823 ini, nasi langgi telah disebutkan secara eksplisit. Tepatnya pada Jilid VII, Pupuh 388, Sinom, bait 26-32.
Disebutkan bahwa sepeninggal Seh Amongraga dari Wanamarta (diperkirakan daerah Mojokerto), istrinya Niken Tambanglaras terus melestarikan tradisi leluhur dengan beribadah (shalat dan mengaji) dan bersedekah. Salah satu bentuk sedekahnya adalah menyuguhkan makanan tradisional seperti nasi langgi kepada masyarakat.
Dalam bait tersebut, nasi langgi disejajarkan dengan berbagai sajian khas lain seperti nasi tumpeng, nasi liwet, hingga aneka lauk pauk dan jajanan pasar - sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan tradisi.
![]() |
Es Teller Poskoffie |
Sebagai pelengkap nasi langgi, saya mencoba mendampingkan dengan es teller. Segelas besar berisi campuran alpukat matang, kelapa muda, cincau, nangka, dan susu kental manis, disiram sirup dan disajikan dengan serutan es batu.
Kesegarannya membilas sisa gurih nasi langgi, memberi penutup sempurna yang manis dan mendinginkan. Di bawah sinar senja yang menguning dan semilir angin dari persawahan, minuman ini seperti perayaan kecil atas hari yang produktif.
Sore itu, Jumat (23/05), Poskoffie bukan hanya menjadi tempat singgah, tapi juga ruang untuk mengendapkan makna - tentang makanan yang lebih dari sekadar pengisi perut, tapi juga warisan nilai dan jati diri budaya. Dan nasi langgi, dalam keheningan sore itu, bercerita lebih banyak daripada yang bisa kami bicarakan. *** [230525]
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh .....
BalasHapusAlhamdulillaah .......
Mmmuuuaaannntttaaappp pisan euy ......