Minggu, Mei 04, 2025

Menepi Sejenak di Warung Pak Untung Mbureng: Makan Siang dengan Rasa dan Pemandangan Hijau

  Budiarto Eko Kusumo       Minggu, Mei 04, 2025
Setelah seharian berkeliling mengantar perjanjian kontrak tempat pemasangan alat sensor udara AirGradient Model O-1PST di 13 titik pemasangan di Desa Sumberejo, pada Selasa (29/04), perjalanan pulangnya tak langsung menuju ke Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB).
Project Manager NIHR (National Institute for Health and Care Research) UB Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop. mengajak mampir makan siang dulu di Warung Pak Untung Mbureng yang beralamatkan di Jalan Trunojoyo, Dusun Adi Luwih, Desa Karangsuko, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang.
Letak warung ini cukup strategis berada di jalan nasional yang menghubungkan Kepanjen dengan Gondanglegi. Secara geografis, posisinya berada selatan Waduk Kecil Mbureng atau lidah orang Jawa umumnya melafalkan dengan Mbureng, dan di sebelah barat jembatan Kali Bureng (brug over de Kali Boereng).

Warung Pak Untung Mbureng di Jalan Trunojoyo, Dusun Adi Luwih, Desa Karangsuko, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang

Bangunannya tergolong baru, luas, permanen, dan berbentuk semi outdoor. Halaman parkirnya luas, cukup untuk kendaraan roda dua maupun mobil keluarga. Tempat duduknya variatif, ada yang berupa bangku dan lesehan. Toilet dan musholanya bersih berada di sudut barat daya dari bangunan warung. Tak ketinggalan, ada playground kecil yang jadi daya tarik sendiri bagi keluarga yang membawa anak-anak – lengkap dengan ayunan dan perosotan.
Dari jalan utama, warung ini terlihat biasa saja. Tapi begitu melangkah ke belakang, pemandangannya cukup hijau. Terasering hijau memanjakan mata pengunjung, menyerupai lanskap sawah di Ubud, Bali. 
Di antara sela-sela petak sawah yang bertingkat itu, sesekali terdengar gemericik air kecil yang menenangkan—kemungkinan dari saluran irigasi Bureng.
Kami berempat – Serius  Serius Miliyani Dwi Putri, Andhika Krisnaloka, S.Sos., driver, dan saya – memilih tempat duduk lesehan yang berada di sisi selatan dari bangunan tersebut, yang menghadap langsung ke pemandangan sawah tersebut.
Masing-masing memilih menu makanan dan minuman sesuai selera mereka. Saya memilih nasi ayam kampung goreng dan segelas es jeruk. Ayam kampungnya digoreng garing dengan bumbu tradisional khas Jawa yang meresap sempurna. Dagingnya berserat dan gurih alami, jauh dari rasa standar ayam potong kota (yang di menu warung ini disebut sebagai ayam kutho).

Diajak Makan siang di Warung Pak Untung Mbureng

Aromanya menggoda, dengan sentuhan bawang putih, ketumbar, dan sedikit lengkuas yang dibalut oleh rasa gurih alami dari daging ayam kampung itu sendiri. Yang istimewa adalah teksturnya, dagingnya lebih berserat, kenyal tapi tetap empuk, dengan cita rasa yang “berkarakter” – tidak hambar dan berair seperti ayam potong biasa.
Kulit luarnya renyah, sedikit keemasan, dan memiliki lapisan tipis bumbu yang menyatu alami, tanpa tepung. Disajikan dengan sambal  yang pedas segar dan lalapan daun kemangi serta irisan mentimun, menu ini terasa benar-benar “ndeso” dalam arti yang otentik dan nikmat.
Warung Pak Untung Mbureng bukan sekadar tempat makan siang. Ia adalah persinggahan yang menyajikan rasa rumahan dengan latar alam yang menenangkan. Di tempat seperti inilah, obrolan ringan jadi lebih akrab, makanan sederhana terasa mewah, dan waktu berjalan sedikit lebih pelan—seolah semesta memberi kita waktu untuk bernapas lebih dalam. "Nasi hangat, ayam kampung goreng, dan sambal pedas — sederhana tapi menyentuh sampai ke hati." *** [040525]


logoblog

Thanks for reading Menepi Sejenak di Warung Pak Untung Mbureng: Makan Siang dengan Rasa dan Pemandangan Hijau

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog