Sabtu, Mei 03, 2025

Commelina benghalensis, Gewor Berbunga Biru

  Budiarto Eko Kusumo       Sabtu, Mei 03, 2025
Sepetak tanah di pinggir rel kawasan Stasiun Kepanjen tampak tak begitu mencolok bagi siapa saja yang melintas. Tapi bagi warga sekitar, lahan kecil itu adalah sumber kehidupan. Di atas tanah yang sempit itu, mereka menanam lompong, bayam, dan aneka sayuran lain—upaya sederhana untuk memanfaatkan ruang yang tersisa di tengah hiruk pikuk kota kecil.
Saya sering parkir motor di dekat lahan tersebut bila sedang ada kegiatan kader SMARThealth di Balai RW 01 Kelurahan Kepanjen yang berada di Jalan Banurejo RT 05 RW 01 Kelurahan Kepanjen, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, termasuk ketika tengah berkumpul di Balai RW tersebut bersama dengan Tim Peneliti NIHR (National Institute for Health and Care Research) Universitas Brawijaya (UB) dan kader SMARThealth dalam rangka melakukan piloting Household (HH) Listing di wilayah tersebut, pada Kamis (10/04).
Pada saat menunggu anggota tim yang lainnya yang sedang dalam perjalanan dari Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) menuju kemari, saya mencoba melihat-lihat tumbuhan yang ada di sepetak tanah depan Balai RW 01 tersebut.

Birunya bunga gewor (Commelina benghalensis)

Di sela-sela tanaman sayur yang tumbuh berjajar, juga muncul berbagai gulma yang tumbuh liar. Salah satunya adalah tanaman gewor yang begitu mencuri perhatian. Gewor, dengan bunga kecil berwarna biru muda yang mekar di antara semak. Warnanya lembut, hampir tak nyata, kontras dengan lingkungan sekitar yang hijau. Di tengah tanaman yang dibudidayakan dengan sengaja, gewor hadir begitu saja - liar, tak diundang, tapi memikat.
Di Indonesia, gewor mempunyai sejumlah nama daerah. Orang Sunda umumnya menyebut tanaman tersebut dengan gewor dan tali korang. Orang Jawa menamainya dengan gewor dan petungan. Orang Gorontalo menyebutnya dengan  rulongan lootili, dan orang Minahasa akrab dengan sebutan fangalu.
Tanaman gewor memiliki nama ilmiah Commelina benghalensis L. Nama genus Commelina diberikan untuk menghormati dua botaniwan Belanda, yaitu Jan Commelijn (1629–1692) dan keponakannya yang bernama Caspar Commelijn (1667–1731). Commelijn dikenal sebagai keluarga ahli botani yang terkenal di Belanda pada saat itu.
Sedangkan, julukan khusus benghalensis berasal dari bahasa Latin yang berarti “berasal dari wilayah Benggala, tempat tanmat tersebut berasal. Benggala, wilayah historis di bagian timur laut anak benua India, yang secara umum merupakan wilayah yang dihuni oleh penutur bahasa Bengali dan kini terbagi antara negara bagian Benggala Barat di India dan Bangladesh [
1The Editors of Encyclopaedia Britannica (2025, April 27). Bengal. Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/place/Bengal-region-Asia
].

Daun gewor (Commelina benghalensis)

Nama ilmiah Commelina benghalensis diperkenalkan oleh botaniwan Swedia Carolus Linnaeus (1707-1778) pada tahun 1753, dan dipublikasikan dalam Species Plantarum, Exhibentes Plantas Rite Cognitas, Ad Genera Relatas, Cum Differentiis Specificis, Nominibus Trivialibus, Synonymis Selectis, Locis Natalibus, Secundum Systema Sexuale Digestas. (Tomus I), atau Sp. Pl. 1: 41 (1753).
Selain nama binomial, Commelina benghalensis juga mempunyai nama-nama umum (common names): Bengal dayflower, jio, whiskered commelina (Inggris); bengalische Commeline (Jerman); herbe aux cochons, Comméline du Bengale (Prancis); andacá, erva-de-santa-luzia, folhas-de-pé-de-áden, maria-mole (Portugis); kanchata (Sansekerta); myet-cho (Myanmar); gewor (Indonesia); alibangon bias-bias, uligbongon (Tagalog); fàn bāo cǎo (China); ju-ye-tsai (Taiwan); marubatsuyukusa (Jepang); trapoeraba (Brasil).
Tanaman gewor (Commelina benghalensis) termasuk dalam famili Commelinaceae, dan daerah asal spesies adalah bioma beriklim tropis kering di daerah kawasan tropis dan subtropis Afrika, Eropa dan Asia, termasuk Indonesia.

Batang gewor (Commelina benghalensis)

Commelina benghalensis
(gewor) merupakan tanaman herba tahunan berlendir yang menyebar dan dapat tumbuh antara 60-90 cm. Akarnya serabut. Batangnya pertama-tama menjalar dan kemudian tegak, berselang-seling di sepanjang batang, tebal, lebih atau kurang berbulu di kedua sisi, dengan bulu-bulu besar berwarna kemerahan di pangkal dan di tepi kelopak; urat-uratnya sejajar.
Daunnya berbentuk oval, berkilau, hijau apel pucat, dengan puncak tumpul hingga lancip dan pangkalnya menyempit tiba-tiba menjadi tangkai daun berselubung yang dikelilingi setae (bulu) bersel banyak yang panjang.
Bunganya berwarna biru pucat hingga putih. Bunganya terbungkus dalam seludang daun berbentuk segitiga kecil dengan tepi yang dilas ke belakang; sisi-sisinya dihiasi dengan rambut-rambut putih. Buahnya terdiri dari tiga kotak yang berisi total lima biji (empat kecil dan satu besar).
Gewor (Commelina benghalensis) memiliki potensi yang sangat baik sebagai sumber nutrisi penting untuk konsumsi manusia [
2Pereira, L. V., Salvador, M. R., Silva, B. S., Pinheiro-Sant’Ana, H. M., Della Lucia, C. M., Teixeira, R. D. B. L., & Cardoso, L. de M. (2023). Aspek nutrisi tanaman pangan nonkonvensional dari Brasil: Caruru (Amaranthus spinosus L) dan trapoeraba (Commelina benghalensis). Food Research International, 166, 112583. https://doi.org/10.1016/j.foodres.2023.112583
]. Daun gawor adalah sayuran hijau yang populer dan mudah didapat, sering dimakan mentah dalam salad atau dimasak sebagai lauk. Di tlatah Sunda, gewor sering dijadikan sayuran seperti bayam, atau lalapan.

Tanaman gewor (Commelina benghalensis) yang tumbuh liar

Selain itu, Commelina benghalensis (gewor) juga dikenal memiliki berbagai macam kegunaan obat tradisional. Gewor telah dilaporkan secara global untuk penggunaan obatnya termasuk sebagai tapal dan obat untuk hipertensi, infertilitas pada wanita, sakit tenggorokan dan mata, luka bakar, ruam, kusta, disentri, sariawan bayi, oftalmia, luka bakar, sakit tenggorokan, sakit kaki, penyembuhan luka, nyeri uretra, demulsen, emolien, depresan, pahit, refrigeran, pencahar, dan untuk pengobatan Malaria [
3Fibrich, B., & Lall, N. (2020). Chapter 11 - Commelina benghalensis. In N. Lall (Ed.), Underexplored Medicinal Plants from Sub-Saharan Africa (pp. 77–85). Academic Press. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-816814-1.00011-9
].
Dalam literature review, Abebe Dagne et. al. [2024] [
4Dagne, A., Yihunie, W., Nibret, G., & Tegegne, B. A. (2024). Genus Commelina: Fokus pada distribusi, morfologi, penggunaan obat tradisional, fitokimia, dan aktivitas etnofarmakologis: Tinjauan pustaka terbaru. Heliyon, 10(10), e30945. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2024.e30945
] menjelaskan penggunaan tradisional berbagai komponen spesies Commelina benghalensis di sejumlah negara. Di Kamerun, batangnya digunakan untuk penembuhan luka. Bunganya dimanfaatkan dalam bentuk jus untuk mengatasi masalah mata di Zanzibar. 
Di Afrika Timur. Getah dari tanamannya digunakan untuk mengatasi oftalmia, sakit tenggorokan, dan luka bakar. Di Uganda, seluruh tanamannya ditumbuk dan dioleskan ke kulit atau di ata luka guna mengobati luka ekbolik, dan batangnya untuk melakukan aborsi. Sementara itu, di Korea, daunnya digunakan untuk mengobati diabetes mellitus. *** [030525]


logoblog

Thanks for reading Commelina benghalensis, Gewor Berbunga Biru

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog