Pagi itu, Ahad (15/06), saya diajak sarapan oleh Manajer Proyek NIHR (National Institute for Health and Care Research) Universitas Brawijaya (UB) di Pusat Kuliner Djoeragan, yang terletak di Jalan Sempu, Dusun Maron RT 07 RW 02, Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi.
Di tengah aroma kuliner tradisional yang menggoda dan percakapan ringan di antara personil Tim NIHR UB di bawah langit cerah Banyuwangi, pandangan saya terhenti pada satu keindahan yang tak biasa.
Di antara deretan gazebo bambu yang teduh di halaman Pusat Kuliner itu, berdiri sebuah pohon dengan bunga-bunga berwarna merah muda pucat yang lembut. Bunganya bermekaran indah di antara dedaunan kecil, tampak seperti taburan kelopak yang jatuh dari langit. Itulah Tabebuia pallida, yang keberadaannya mempercantik halaman Pusat Kiliner tersebut.
![]() |
| Bunga Tabebuia pallida berbentuk terompet dengan warna merah muda pucat |
Dengan bentuk kelopak yang menyerupai terompet kecil dan warna merah muda pucat (pale pink) yang menenangkan, kehadiran Tabebuia pallida membawa suasana sejuk dan estetis yang tak kalah dari pohon sakura.
Tak hanya menghadirkan keteduhan, pohon ini juga menjadi titik perhatian yang mengundang siapa pun untuk berhenti sejenak, mengabadikannya, atau sekadar mengagumi keindahannya di sela-sela makan di Pusat Kuliner itu.
Tabebuia pallida merupakan nama ilmiah dari pohon terompet pucat tersebut, lengkapnya adalah Tabebuia pallida (Lindl.) Miers. Antonio Gomes merupakan ahli taksonomi pertama yang menggunakan kata "Tabebuia" dalam literatur pada tahun 1803 dan kemudian kata tersebut digunakan sebagai nama generik oleh de Candolle pada tahun 1838 [
1Gentry, A. H. (1969). TABEBUIA: THE TORTUOUS HISTORY OF A GENERIC NAME* (BIGNON.). TAXON, 18(6), 635–642. https://doi.org/10.2307/1218919
].![]() |
| Daun Tabebuia pallida berwarna hijau, mengilap, dan ukurannya lebih kecil ketimbang spesies Tabebuia yang lainnya |
Kata "Tabebuia" berasal dari singkatan "tacyba bebuya". "Tacyba" berarti "semut" dan "bebuya" berarti "kayu", merujuk pada semut yang hidup di ranting berongga beberapa spesies Tabebuia [
2El-Hawary, S. S., Taher, M. A., Amin, E., Fekry AbouZid, S., & Mohammed, R. (2021). Genus Tabebuia: A comprehensive review journey from past achievements to future perspectives. Arabian Journal of Chemistry, 14(4), 103046. https://doi.org/10.1016/j.arabjc.2021.103046
]. Semut ini sering kali melindungi pohon dari hama lain, sehingga hubungan antara pohon dan semut ini menjadi dasar penamaan genus.Sedangkan, julukan khusus pallida berasal dari kata sifat dalam bahasa Latin “pallidus” yang berarti pucat (pale), mengacu warna bunganya yang merah muda pucat [
3International Crassulaceae Network. (n.d.). PALLIDA Walther, 1938 (engl./ fr.). International Crassulaceae Network. Retrieved June 25, 2025, from https://www.crassulaceae.ch/de/artikel?akID=48&aaID=2&aiID=P&aID=1458#:~:text=Etymology%20%3A%20Latin%20adjective%20pallidus.,green%20colour%20of%20the%20leaves.
].Spesies tanaman ini mula-mula diperkenalkan oleh botaniwan Inggris John Lindley (1799-1865) pada tahun 1826 sebagai Bignonia pallida, dan dipublikasikan dalam The Botanical Register: Consisting of Coloured Figures of Exotic Plants, Cultivated in British Gardens: with Their History and Mode of Treatment (Vol. 12), atau Bot. Reg. 12: t. 965 (1826).
![]() |
| Buah Tabebuia pallida yang sudah matang akan mlethek |
Kemudian pada tahun 1863, botaniwan Inggris John Miers (1789-1879) merevisi dan mengklasifikasikan spesies Bignonia pallida ke dalam genus Tabebuia menjadi Tabebuia pallida, dan dipublikasikan dalam Proceedings of the Royal Horticultural Society London (Vol. 3), atau Proc. Roy. Hort. Soc. London 3: 199 (1863).
Selain nama ilmiah (scientific preferred name), Tabebuia pallida mempunyai nama-nama umum (common names): cuban pink trumpet tree, white tabebuia, white cedar, whitewood (Inggris); trumpet blomma, trumpet blomma trad (Swedia); trompettrae (Denmark); rosablütiger Ipebaum (Jerman); calice du pape, poirier blanc, poirier-pays (Prancis); lapacho, roble blanco (Spanyol); ipê rosa (Portugis); tekoma daun kecil (Malaysia); terompet pink pucat (Indonesia).
Tabebuia pallida termasuk dalam famili Bignoniaceae, dan daerah asal spesies ini adalah Kepulauan Antiles Kecil. Kepulauan ini merupakan sekelompok pulau di Laut Karibia, yang merupakan bagian dari Hindia Barat di wilayah Karibia di Amerika.
![]() |
| Pohon Tabebuia pallida di halaman Pusat Kuliner Djoeragan di Genteng, Banyuwangi |
Tabebuia pallida adalah pohon semi-gugur atau pohon kecil, tingginya mencapai 15 meter. Daunnya 1-5 foliolate, anak daunnya elips hingga elips-lonjong, tumpul, pangkalnya membulat, seperti kertas, anggun. Perbungaannya berupa malai terminal berbunga sedikit, sering kali berkurang menjadi satu atau 2 bunga. Bunga biseksual, merah muda-ungu hingga hampir putih, bukaan tenggorokan berwarna kuning, berbentuk tabung. Buahnya berupa kapsul, silindris linier, menipis di kedua ujungnya, bijinya bialate, sayapnya seperti selaput hialin, berbatas tegas dari badan biji [
4Sri Chamarajendra Park (Cubbon Park). (n.d.). Tabebuia pallida (Lindley) Miers. Sri Chamarajendra Park (Cubbon Park). Retrieved June 27, 2025, from https://cubbonpark.in/tree-info/172.html#:~:text=Uses,pallida%20showed%20anticancer%20activity.
].Selain cocol untuk tanaman hias di taman maupun peneduh di jalanan, tanaman ini juga telah digunakan dalam pengobatan tradisional. Rahman et. al. (2021) dalam Unfolding the apoptotic mechanism of antioxidant enriched-leaves of Tabebuia pallida (lindl.) miers in EAC cells and mouse model [
5Rahman, M. M., Reza, A. S. M. A., Khan, M. A., Sujon, K. M., Sharmin, R., Rashid, M., Sadik, M. G., Reza, M. A., Tsukahara, T., Capasso, R., Mosaddik, A., Gobe, G. C., & Alam, A. K. (2021). Unfolding the apoptotic mechanism of antioxidant enriched-leaves of Tabebuia pallida (lindl.) miers in EAC cells and mouse model. Journal of Ethnopharmacology, 278, 114297. https://doi.org/10.1016/j.jep.2021.114297
] melaporkan bahwa daun dan kulit kayu Tabebuia pallida digunakan sebagai obat tradisional dalam bentuk teh herbal atau obat untuk meredakan demam dan nyeri. Tanaman ini juga digunakan untuk mengobati beberapa jenis kanker, sifilis, radang amandel, dan malaria.Teh pahit berwarna cokelat yang diperoleh dari kulit bagian dalam Tabebuia pallida, dikenal sebagai Lapacho atau tahibo, dan sering digunakan pada musim flu dan pilek, serta untuk batuk perokok. Lapacho memainkan peran penting dalam pengobatan tradisional banyak masyarakat adat Amerika Selatan. Sementara itu, di India, Lapacho digunakan untuk mengobati penyakit akut.
Lebih lanjut, Rahman et. al., melaporkan bahwa Tabebuia pallida menunjukkan aktivitas antimikroba, antioksidan, dan antikanker yang kuat. *** [270625]





Tidak ada komentar:
Posting Komentar