Nasi Kebuli dan Kenangan Cinta Lama: Reuni Mini A3-1 SMAN 3 Surakarta

"Ketika kita mengenang masa lalu, kita biasanya menemukan bahwa hal-hal yang paling sederhana - bukan peristiwa-peristiwa besar - yang jika dipikir-pikir kembali akan memberikan cahaya kebahagiaan yang paling besar." -- Bob Hope

Di sebuah rumah tiga lantai yang berdiri megah di Jalan Satrio Wibowo Selatan No. 47 Purwotomo, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, sepuluh alumni SMA Negeri 3 Surakarta lulusan tahun 1987 berkumpul dalam suasana akrab dan penuh kenangan.

Rumah milik Taufik Saleh - yang baru saja selesai dibangun - menjadi saksi bisu reuni mini yang menghangatkan hati. Selain tuan rumah, Taufik Saleh, terlihat hadir Agus Anwari, Tri Joko Wibowo, Erry, Yani, Siti Aminah, Farida Listyani, Sri Kasmijati, Endah Kustanti, dan saya.

Alumni A3-1 SMAN 3 Surakarta bereuni di hari Tasyrik kedua

Taufik Saleh, yang telah paripurna berkarya di Bank Indonesia, mengundang teman-teman seangkatan dari kelas A3-1 untuk bertemu dan bercengkerama di rumahnya pada Ahad (08/06) atau bertepatan pada hari Tasyrik kedua (12 Dzulhijjah 1446 H). Suasana siang itu penuh tawa, hangat, dan tentu saja, cerita-cerita lama.

Ada sesuatu yang tak bisa dihindari dalam pertemuan semacam ini - kenangan cinta lama yang diam-diam muncul ke permukaan. Di ruang santai yang menghadap ke kolam renang itu, percakapan mengalir deras. 

Buah-buahan segar penghantar reuni

Saya yang dulunya tak begitu paham, kini mulai mengerti. Dari balik percakapan ringan, terungkap kisah-kisah kasih tak sampai, cinta diam-diam, dan perasaan yang pernah tumbuh di bangku sekolah. Rasanya seperti menonton kisah klasik Gita Cinta dari SMA, tapi versi nyata, lengkap dengan tawa malu-malu dan pandangan yang penuh makna.

Bahkan mereka yang masih melajang hingga kini, pernah menyimpan rasa pada seseorang di masa lalu. Reuni ini bukan hanya pertemuan fisik, tapi juga perjalanan batin ke masa-masa polos yang begitu jujur ​​dan hangat.

Potret bersama saat bercengkerama dari sisi barat

Selain bercengkerama, tuan rumah menyuguhkan beragam hidangan lezat - buah-buahan segar, kudapan tradisional, hingga sajian utama makan siang: nasi kebuli dengan sambal goreng kambing, kambing goreng, dan acar segar. Momen ini menjadi sangat istimewa karena reuni diadakan tepat pada hari Tasyrik kedua, yang menjadikan hidangan tersebut tidak hanya lezat, tetapi juga penuh makna spiritual.

Taufik, yang tahun ini berqurban di dua tempat - sapi di Jogja dan kambing di Solo - menyuguhkan hasil qurban dengan rasa syukur dan cinta. Dan nasi kebuli pun menjadi pengikat keakraban, menggantikan ruang-ruang hening dengan kenangan dan gelak tawa.

Nasi kebuli ambil sendiri sebagai menu makan siang reuni

Seperti kata komedian Amerika Bob Hope (1903-2003), “When we recall the past, we usually find that it is the simplest things - not the great occasions - that in retrospect give off the greatest glow of happiness” (Ketika kita mengenang masa lalu, kita biasanya menemukan bahwa hal-hal yang paling sederhana - bukan peristiwa-peristiwa besar - yang jika dipikir-pikir kembali akan memberikan cahaya kebahagiaan yang paling besar).

Kutipan (quote) Bob Hope tersebut menunjukkan bahwa ketika kita menengok kembali kehidupan kita, sering kali momen-momen kecil dan sederhana - bukan peristiwa besar atau penting - yang memberi kita kehangatan dan kegembiraan terbesar.

Santai sejenak bersama tuan rumah di rooftop yang penuh koleksi anggrek dan view Kota Solo

Kutipan tersebut mengingatkan kita untuk menghargai momen-momen biasa, karena momen tersebut dapat menjadi kenangan kita yang paling berharga. Hal ini juga sejalan dengan filosofi kesadaran dan studi tentang kebahagiaan yang menekankan pada kenikmatan kesenangan kecil sehari-hari.

Dan benar saja, reuni mini di rumah Taufik Saleh ini bukan tentang kemegahan rumah atau karier yang telah dicapai, tapi tentang nasi kebuli yang hangat, tawa yang tulus, dan cinta lama yang masih menyisakan senyum tipis di ujung bibir. *** [110625]