“Mencintai itu bukan apa-apa. Dicintai itu sesuatu. Namun, mencintai dan dicintai adalah segalanya.” -- Thermis Tolis
![]() |
| The Wedding of Andra & Amelia |
Rabu (18/06) pukul 09.46 WIB, sebuah pesan digital mampir ke gawai saya. Undangan pernikahan. Nama yang tertera di bagian atas undangan itu adalah Bagus Andra Febriawan dan Amelia Rachmawati. Tempat acara tertulis jelas yaitu Jalan Sadewa RT 09 RW 01, Desa Sidorahayu, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, yang menunjukkan rumah mempelai pria.
Yang mengirimnya adalah mempelai pria sendiri. Andra bukan sekadar kenalan lama. Ia adalah alumni Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA UB) yang menjadi bagian dari perjalanan saya di Bumi Arema sejak 2016, saat saya datang untuk menjalankan tugas penelitian The SMARThealth Extend.
Dalam proyek itu, Andra berperan besar dalam membantu menginput data penduduk, memilah siapa saja yang berusia 40 tahun ke atas yang menjadi kategori responden utama. Dalam istilah riset NIHR-Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), proses ini dikenal dengan istilah yang mentereng: Household Listing!.
Hubungan itu tak berhenti pada Andra. Ibunya, Beny Yuliaty, adalah kader SMARThealth untuk Desa Sidorahayu, salah satu enumeration area (EA) riset hasil kolaborasi The George Institute for Global Health (TGI) dengan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB). Dari situlah hubungan merambat menjadi kekeluargaan.
Acara ngunduh mantu Andra & Amelia digelar selama dua hari, Sabtu dan Ahad, 21–22 Juni 2025. Karena kesibukan, saya baru bisa hadir di hari Ahad, tepatnya siang hari. Namun justru di momen itulah saya bersua kembali dengan wajah-wajah familiar, yakni para kader kesehatan dan perangkat Desa Sidorahayu yang dulu ikut berjuang bersama dalam SMARThealth.
Suasana resepsi berlangsung hangat dan akrab. Di sela-sela alunan musik dan senyum para tamu, saya sempat berjabat tangan dengan kedua orangtua mempelai pria, Bapak Supariono dan Ibu Beny Yuliati, yang menyambut dengan ramah.
Kemudian dipersilakan mencicipi makanan yang telah dihidangkan di meja buffet bertaplak putih. Tamu yang hadir bisa memilihnya sesuai selera yang dihidangkan secara prasmanan. Tamu bisa memilih nasi goreng, ayam semur, kikil tholo, tahu campur, rawon, bakso, es buah, dan aneka kudapan. Semua disajikan dengan penuh keramahan khas desa.
Lebih dari itu, saya merasa bahagia karena bisa berbincang hangat dengan para kader dan perangkat desa, sekaligus ikut serta dalam sesi foto bersama pengantin. Sebuah momen kecil yang bermakna, mengikat kenangan dan harapan dalam satu bingkai.
Melihat Andra dan Amelia berdiri berdampingan dengan balutan senyum dan harapan, saya teringat pada firman Tuhan dalam Q.S. Ar-Rum [30]:21:
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia menciptakan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."
Dalam benak saya, cinta mereka tak hanya menjadi simbol penyatuan dua insan, melainkan juga jembatan dua keluarga, dua latar, dua cerita, dan kini satu arah tujuan. Sebagaimana kutipan indah dari Themis Tolis, seorang drummer asal Yunani, yang saya pegang hari itu:
“To love is nothing. To be loved is something. But to love and be loved, that’s everything” (Mencintai itu bukan apa-apa. Dicintai itu sesuatu. Namun, mencintai dan dicintai adalah segalanya).
Selamat menempuh hidup baru, Andra & Amelia. Semoga cinta kalian tumbuh seperti akar yang diam-diam menghujam bumi: kuat, tulus, dan tak mudah tercerabut waktu. Untuk pasangan yang mulai menapaki jalan cinta:
Untuk kalian yang baru menjumpai janji,
Di pelaminan yang dihias rindu dan bahagia.
Dua hati kini bersatu dalam ikatan suci,
Seperti bunga mekar di taman cinta.
Senja memayungi langkah pertama,
Sebagai suami-istri, mengukir cerita.
Setiap detik adalah lembaran baru,
Yang kau tulis dengan sabar dan mesra.
Ketika badai datang, peganglah erat-erat,
Tawa dan air mata adalah nafas kehidupan.
Cinta tak selalu tentang kemilau bulan,
Tapi juga kesetiaan di setiap cobaan.
Semoga kalian seperti sungai dan laut,
Bertemu dalam keabadian, tak pernah terpisah.
Selamat mengarungi bahtera rumah tangga,
Dengan doa dan harap, semoga berkah.
*** [220625]


Tidak ada komentar:
Posting Komentar