“Dalam kosmologi saya, rusa liar asli lebih penting daripada semak hias eksotis.” -- Elizabeth Marshall Thomas
Begitu keluar dari dalam Situs Kawitan dan berada di pelataran, seekor rusa dengan tanduk panjangnya mendekat. Seolah-olah ingin berkenalan dengan saya dan para peziarah - Pak Dhe Suparno, Bu Dhe Mardiyati, dan Andhika Krisnaloka, S.Sos. - rusa itu tak menunjukkan rasa takut sedikit pun.
Langkahnya tenang, matanya jernih, seakan mengamati satu per satu wajah yang ada di hadapannya. Yang membuat kami terpaku bukan hanya kehadirannya yang tiba-tiba, tapi juga kenyataan bahwa hewan ini adalah rusa Jawa, satwa endemik yang dikenal sebagai permata tersembunyi di Taman Nasional Alas Purwo (TNAP).
Yang lebih mengherankan, rusa ini muncul dari sela-sela pepohonan mahoni (Swietenia macrophylla) besar yang tumbuh melingkungi Situs Kawitan - vegetasi yang biasanya menyembunyikan banyak misteri sekaligus keheningan.
Pelataran depan situs, yang biasanya tenang dan hanya dipenuhi suara dedaunan dan desir angin, hari itu menjadi saksi bisu pertemuan antara manusia dan alam dalam bentuk yang nyaris magis. Tak ada pagar, tak ada jarak. Hanya ada perasaan bahwa kehadiran rusa ini bukan kebetulan belaka.
![]() |
| Rusa Jawa (Rusa timorensis) yang hidup liar di Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi |
Rusa Jawa yang muncul di pelataran Situs Kawitan tersebut memiliki nama ilmiah Rusa timorensis (Blainville, 1822). Nama genus Rusa berasal dari bahasa Melayu untuk rusa dan mereka adalah rusa berukuran sedang, berbulu kasar yang secara biologis berkerabat dengan sambar [
1Australian Deer Association. (n.d.). Rusa Deer. Australian Deer Association. Retrieved July 12, 2025, from https://www.austdeer.com.au/education/deer-in-australia/species/rusa-deer/
].Sedangkan, julukan khusus timorensis berasal dari bahasa Latin dati gabungan kata “timor” (Pulau Timor) dan “-ensis” (tempat untuk atau di mana), mengacu pada distribusi spesies ini [
2Brown, Roland Wilbur (1956). The Composition of Scientific Words. Washington, D.C.: Smithsonian Institution Press. hlm. 45.
]. Sehingga, timorensis berarti “ terdapat di Timor” [3Some Magnetic Island Plants. (n.d.). Ixora timorensis Decne. 1834. Some Magnetic Island Plants. Retrieved July 12, 2025, from https://somemagneticislandplants.com.au/native-ixora
].Awalnya, Rusa timorensis dideskripsikan dalam genus Cervus (genus yang luas untuk banyak spesies rusa pada saat itu). Spesies hewan ini mula-mula diperkenalkan oleh Henri Marie Ducrotay de Blainville (1777–1850), seorang ahli zoologi dan anatomi Prancis, pada tahun 1822, sebagai Cervus timorensis, berdasarkan spesimen dari Timor (sehingga dinamai timorensis).
Pada awal abad ke-20, para ahli taksonomi mulai mengenali genus rusa yang berbeda, yang mengarah pada reklasifikasi. Tahun 1923, seorang ahli zoologi Inggris, Reginald Innes Pocock, mengusulkan pemisahan Rusa dari Cervus, berdasarkan perbedaan struktur tanduk dan ciri morfologi lainnya.
![]() |
| Rusa Jawa (Rusa timorensis) terlihat di kluster hutan mahoni yang lebat di Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi |
Pada tahun 1940-an hingga 1970-an, beberapa ahli taksonomi mempertahankan Rusa timorensis dalam Cervus, sementara yang lain menggunakan Rusa atau Sambar (genus lain yang berkerabat dekat).
Akhir abad ke-20, studi molekuler dan morfologi mendukung pemisahan Rusa dari Cervus, dan Rusa timorensis diterima secara luas.
Selain nama ilmiah (scientific preferred name), Rusa timorensis mempunyai nama-nama umum (common names): Javan rusa, Javan deer, Rusa deer, Sunda sambar, Timor deer (Inggris); cerf de Timor, rusa de Timor, cerf de Java, cerf rusa (Prancis); rusa Jawa, rusa Timor (Indonesia).
Rusa Jawa (Rusa timorensis) termasuk dalam famili Cervidae (suku rusa), dan merupakan hewan endemik di Jawa, Bali, dan Timor di Indonesia, tetapi telah diperkenalkan ke daerah lain, termasuk pulau-pulau di Asia Tenggara, Australia (Wilayah Utara), Papua Nugini, dan Mauritius.
Rusa timorensis (rusa Jawa) merupakan spesies padang rumput tropis, tetapi sangat mudah beradaptasi, dengan populasi yang hidup di hutan, semak belukar, dan rawa, dari permukaan laut hingga ketinggian 900 m di atas permukaan laut.
![]() |
| Seekor rusa Jawa (Rusa timorensis) jantan melangkah pelan di pelataran Situs Kawitan dan memandang ke arah pintu pura |
Rusa berukuran sedang dengan ekor yang relatif panjang dan sempit; jantan memiliki tanduk yang relatif ramping dan kurang kasar, dengan gigi alis mengarah ke depan dan gigi trez di posisi median. Jantan mengembangkan surai leher yang mencolok. Bulunya berwarna cokelat tua hingga abu-abu-coklat. Bagian bawah lebih pucat daripada punggung [
4Cervidae in GBIF Secretariat (2023). GBIF Backbone Taxonomy. Checklist dataset https://doi.org/10.15468/39omei accessed via GBIF.org on 2025-07-12.
].Hewan ini suka berkelompok, dengan jantan dan betina membentuk kelompok yang berbeda kecuali selama musim kawin. Kawanan dapat terdiri dari hingga 25 individu.
Rusa Jawa memiliki kepentingan etnozoologi yang signifikan, berperan dalam mata pencaharian, budaya, dan upaya konservasi lokal. Rusa ini merupakan spesies yang dilindungi karena populasinya yang menurun di wilayah asalnya.
Bersyukur kalau masih bisa menjumpai rusa Jawa di hutan lebat TNAP sebagai satwa liar yang hidup bebas, pada Kamis (03/07). Dalam benak saya terngiang kalimat Elizabeth Marshall Thomas, penulis dan pemerhati satwa liar, "In my cosmology, indigenous wild deer are more important than exotic ornamental shrubs” (Dalam kosmologi saya, rusa liar asli lebih penting daripada semak hias eksotis).
Dan hari itu, kosmologi itu seperti nyata di depan mata. Rusa Alas Purwo, dengan segala kebebasan dan kelugasannya, seakan hadir untuk mengingatkan bahwa keindahan paling sejati bukanlah yang ditata, melainkan yang tumbuh dan datang sendiri - seperti dirinya. *** [120725]




Tidak ada komentar:
Posting Komentar