Senin, Agustus 11, 2025

Kalpika-Tresna di Ahad Pagi: Lamaran Galih kepada Dhita

  Budiarto Eko Kusumo       Senin, Agustus 11, 2025
Sang surya bersinar cerah ketika dua mobil perlahan melaju menyusuri jalan yang membelah hamparan sawah Desa Palaan, pada Ahad pagi (10/08). Seolah waktu memperlambat langkahnya, menyaksikan sebuah babak baru akan ditulis dalam kisah dua anak manusia. 
Rombongan keluarga besar Bapak Supomo dan Ibu Agustin Shintowati menempuh perjalanan sekitar 4,5 kilometer menuju Jalan Nangka, Dusun Palaan RT 02 RW 02, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang.
Hari itu, bukan sekadar kunjungan biasa. Di dalam mobil, tidak hanya duduk para keluarga yang dipenuhi harap dan doa, namun juga tersusun rapi paningset - seserahan tanda cinta yang berakar dalam kearifan budaya.

CPW sungkeman kepada orangtuanya setelah mohon izin untuk rencana berumahtangga usai lamaran

Dikutip dari penggalihdalem ISKS. Pakoe Boewono ke V, paningset merupakan lambang hanyingseti, sebagai ikatan atas rembug yang telah digumolong. Dalam tradisi, paningset bukan hanya simbol materi, namun menjadi representasi ikatan nurani dan kesepakatan hati antar dua keluarga yang hendak menjadi satu.
Salah satu paningset yang dibawa adalah sesupe seser - cincin "lus" tanpa ujung dan tanpa mata. Disematkan di jari manis, ia tak hanya sebagai tanda kasih, tapi juga harapan. Jika dikenakan di tangan kiri, disebut ngrasuk kalpika, tanda kesiapan menerima. Jika di tangan kanan, disebut kalpika-tresna - tanda cinta yang berani dinyatakan.

Keluarga besar calon mempelai pria (CPP)

Selain itu, biasanya juga ada abon-abon dan pangiring. Dalam lamaran pernikahan, abon-abon merujuk pada salah satu jenis seserahan atau paningset yang berisi makanan tradisional seperti pisang ayu, suruh ayu, jajan pasar, atau kudapan lainnya yang disusun dalam wadah tertentu. Abon-abon ini bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga memiliki makna simbolis sebagai pengikat hubungan antara kedua keluarga.
Pukul 10.25 WIB, di bawah langit cerah Desa Palaan, rombongan keluarga calon pengantin pria (CPP)  disambut hangat oleh keluarga Bapak Sugangsar dan Ibu Khudaiyah, orang tua calon pengantin wanita (CPW), Dhita Retna Titah Palupi.
Senyum bersambut, jabat tangan erat, dan suasana penuh kehangatan mengiringi langkah mereka menuju prosesi khitbah (meminang) - lamaran resmi dalam khazanah budaya Indonesia.

Keluarga calon mempelai wanita (CPW)

Acara dibuka dengan hangat oleh Bakir Barada, pemilik JW Wedding Organizer, yang menjadi Master of Ceremony.
Satu persatu, tradisi dijalani: perkenalan keluarga, tukar cincin, hingga sungkeman sebagai simbol restu dan haru.
Ibu Agustin, dengan penuh kebanggaan, memperkenalkan keluarga besar CPP, Galih Aditya, yang hendak mengikat janji cinta pada Dhita Retna, gadis yang telah merebut hatinya dengan kelembutan dan keteduhan.
Sebagai balasan, keluarga CPW pun memperkenalkan diri dengan sopan santun dan rasa syukur kepada keluarga besar CPP tersebut.
Dalam balutan busana yang anggun, Galih dan Dhita bertukar cincin sebagai simbol kalpika-tresna - cinta yang tak ragu untuk dinyatakan.

Rombongan keluarga CPP

A lady cannot propose to herself, William, and she cannot tell you she loves you if you do not state your intentions,” kata Cassandra Clare dalam Clockwork Princess (2013). “Seorang wanita tidak bisa melamar dirinya sendiri, William, dan dia tidak bisa mengatakan dia mencintaimu jika kau tidak menyatakan niatmu.” 
Dan hari itu, Galih telah menyatakan niatnya, dengan keyakinan dan penuh cinta.
Tak jauh dari tempat duduk para tamu, bunga anggrek merah muda merekah di halaman depan rumah. Warnanya yang lembut seolah ikut bersenandung dalam bahagia. Merah muda (pink) - perpaduan merah dan putih - mengandung filosofi mendalam: cinta, kelembutan, ketulusan, dan kesucian. Ia menjadi saksi bisu dari peristiwa sakral dua keluarga yang akan disatukan dalam ikatan pernikahan.

Ustad Fakhruddin berikan doa penutup dalam acara lamaran

Acara ditutup pada pukul 11.17 WIB dengan doa penuh harap yang dilantunkan oleh Ustad Fakhruddin. Doa yang mengantar perjalanan cinta menuju gerbang pernikahan.
Dan setelah itu, suasana menjadi lebih cair dalam kebersamaan makan siang bersama - sebuah penanda hangatnya hubungan dua keluarga yang kini akan bersatu.
CA Vikram Verma dengan nama pena Vikrmn pernah menuliskan sebuah puisi terkait sebuah lamaran dalam Guru with Guitar (2015):

PUISI HARI LAMARAN
Ketekunan..
Jika.. kudefinisikan..
itu kamu.. yoo hoo!

Kebahagiaan adalah..
yang membuatku merasa luar biasa..
tersenyum padamu.. yoo hoo!!

Seperti apa mawar di antara bunga..
Seperti apa bulan di antara bintang..
Itulah dirimu bagiku..
Kau dan aku akan menjadi kita..
Kau hidupku.. Aku.. Aku..
Kau hidupku.. Aku.. Aku..
Aku mencintaimu.. yoo hoo
Aku mencintaimu.. yoo hoo

O gadis, O gadis, O.. O.. gadis..
kau jadi milikku..
Aku mencintaimu..
Aku mencintaimu..
Aku mencintaimu.. yoo hoo..
Kau jadi..
Valentine-ku.

Jadilah milikku..
Aku mencintaimu..
O O Valentine!!!

Hari itu, bukan hanya tentang lamaran. Tapi tentang dua hati yang telah saling menemukan. Dan dua keluarga yang sepakat untuk memulai babak baru: perjalanan menuju kehidupan bersama. *** [110825]


logoblog

Thanks for reading Kalpika-Tresna di Ahad Pagi: Lamaran Galih kepada Dhita

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog