Senin, September 22, 2025

Eryngium foetidum, Tanaman Walangi yang Beraroma Seperti Ketumbar

  Budiarto Eko Kusumo       Senin, September 22, 2025
Di balik rumah-rumah warga Jalan Katu Gang 9 RT 01A RW 02, Kelurahan Kepanjen, tersembunyi sebuah kekayaan alam yang sering dianggap remeh, yaitu tanaman walangi. Tanaman dengan aroma khas yang mirip ketumbar ini ditemukan tumbuh subur dalam pot di sebuah lahan kosong, persis di bawah bayang-bayang gupon (kandang merpati), saat personil Tim Sosisologi Universitas Brawijaya (UB), Ayu Aprilia Ningsih, S.Sos. melakukan kunjungan ke wilayah tersebut, pada Jumat (12/09).
Saya menyaksikan tanaman tersebut saat mendampingi Tim Sosiologi UB. Ketika dalam perjalanan April yang dipandu oleh kader SMARThealth, Kristin Mariana, menuju rumah Ibu Titik Anita, seorang responden yang menjadi bagian dari kegiatan additional piloting kuesioner COM-B. Rumah yang menghadap ke selatan yang depannya berupa jalan paving block yang rapi itu menyimpan sedikit kejutan hijau di samping timur rumahnya.
Secara sekilas, walangi terlihat seperti tanaman rumput biasa. Namun, tumbuhan menahun tropis ini - yang juga dikenal dengan sebutan walangan, ketumbar Jawa, ketumbar mungsi, atau daun walang sangit - adalah salah satu bumbu masak, ramuan kuliner, dan obat herbal alami yang populer. Aromanya yang kuat dan unik, sangat mirip dengan daun ketumbar, tidak mengherankan karena kedua tanaman ini masih termasuk dalam satu kerabat suku adas-adasan (Apiaceae).

Bunga walangi (Eryngium foetidum)

Keberadaan tanaman ini tidak hanya memperkaya keanekaragaman hayati di permukiman padat, tetapi juga menjadi penanda potensi pemanfaatan lahan sempit untuk budi daya tanaman fungsional yang bermanfaat bagi kesehatan dan ekonomi keluarga.
Tumbuhan walangi memiliki nama ilmiah Eryngium foetidum L. Nama genus Eryngium nama Yunani untuk tanaman yang dilatinkan. Nama ini mungkin berasal dari kata Yunani “erugarein” yang berarti “menyembuhkan sendawa”. 
Tabib Yunani Pedanius Dioscorides (40-90 M) merekomendasikan akarnya untuk meredakan gas. Atau bisa juga berasal dari kata “eerungos”, yang berarti 'jenggot kambing'. Lusius Mestrius Plutarkhos, atau dikenal dengan sebutan Plutarch (46-120 M, mencatat efek Sea Holly pada kambing: "Ia pertama-tama membuatnya diam dan kemudian seluruh kawanan, sampai gembala mengambilnya" [
1Deane, G. (n.d.). Eryngo, Tough Sweetie - Eat The Weeds and other things, too. Eat The Weeds and Other Things, Too. Retrieved September 21, 2025, from https://www.eattheweeds.com/eryngiums-elizabethan-eryngo-candy-2/
].
Sedangkan, julukan khusus foetidum berasal dari bahasa Latin “foetidus, -a, -um” yang berarti berbau busuk (foul-smelling), mempunyai bau busuk (having a bad smell/odor), atau bau busuk (stinking) [
2Mahoney, K. D. (n.d.). Latin Definition for: foetidus, foetida, foetidum (ID: 20830) - Latin Dictionary and Grammar Resources - Latdict. Latin-Dictionary. Retrieved September 22, 2025, from https://latin-dictionary.net/definition/20830/foetidus-foetida-foetidum
]. Daunnya menghasilkan bau yang telah dideskripsikan seperti bau kutu busuk atau walang sangit yang tergencet [
3NParks. (n.d.). Eryngium foetidum. NParks. Retrieved September 21, 2025, from https://www.nparks.gov.sg/florafaunaweb/flora/4/8/4850
].

Daun walangi (Eryngium foetidum)

Nama ilmiah Eryngium foetidum pertama kali diperkenalkan oleh botanis Swedia Carolus Linnaeus (1707-1778) pada tahun 1753, dan dipublikasikan dalam Species Plantarum, Exhibentes Plantas Rite Cognitas, Ad Genera Relatas, Cum Differentiis Specificis, Nominibus Trivialibus, Synonymis Selectis, Locis Natalibus, Secundum Systema Sexuale Digestas. (Tomus I), atau Sp. Pl. 1: 232 (1753).
Selain nama binomial, Eryngium foetidum mempunyai nama-nama umum (common names): false coriander, fitweed, shadow-benny, spiritweed (Inggris); Mexikansk koriander (Swedia); Mexikanischer koriander (Jerman); stinkdistel (Belanda); panicaut fétide, azier la fièvre, chardon étoilé (Prancis); culantro coyote (Spanyol); falso-coentro, chicória (Portugis); bahkhawr (India); phakchi-farang, pak horm phay (Thailand); ketumbar Jawa (Malaysia); walangi, walangan, ketumbar Jawa, ketumbar mungsi (Indonesia); kulantro (Tagalog); chi barong (Kamboja); phak hom thet (Laos); ngo gai (Vietnam);  cì qín (China); acapate (El Salvador).
Walangi (Eryngium foetidum) termasuk dalam famili Apiaceae (suku adas-adasan), dan daerah asal spesies ini tersebar dari Meksiko hingga kawasan tropis Amerika. Ia gemar tumbuh di bioma beriklim tropis basah.

Bakal kuncup bunga walangi (Eryngium foetidum)

Eryngium foetidum
(walangi) merupakan herba menahun dengan akar pena kuat, berbau menyengat khas, dan berbatang pipih bergaris setinggi 0,2-0,6 m. Daunnya berkumpul di akar, bertangkai, dan bergerigi seperti duri, berbentuk lanset hingga bulat telur terbalik. Bunga walangi berbentuk bulir panjang 0,5-2 cm yang terkumpul pada karangan bunga bercabang lebar, dengan mahkota putih kehijauan [
4Maulana, A. G. (2016, January 20). Walangan . Kehati. https://biodiversitywarriors.kehati.or.id/artikel/walangan/
].
Tanaman walangi (Eryngium foetidum) cukup dikenal sebagai tanaman rempah yang dibudidayakan di sejumlah daerah, seperti India, Vietnam, Australia, atau di tempat lainnya [
5Paul, J. H., Seaforth, C. E., & Tikasingh, T. (2011). Eryngium foetidum L.: a review. Fitoterapia, 82(3), 302–308. https://doi.org/10.1016/j.fitote.2010.11.010
]. Ia umumnya digunakan sebagai penyedap makanan dengan bau seperti ketumbar yang kuat. Daunnya secara tradisional digunakan untuk memberi rasa pada kari, makanan rebus, sup di anak benua India dan ditambahkan selama tahap akhir memasak [
6Borah, G., Hussain, S., Mondal, A., Saikia, S. P., & Haldar, S. (2024). Insight into a traditional culinary practice: Late-stage addition of spiny coriander (Eryngium foetidum L.) in Indian cooking system. South African Journal of Botany, 168, 26–31. https://doi.org/10.1016/j.sajb.2024.03.002
].
Ekstrak daun Eryngium foetidum (walangi) menunjukkan potensi antioksidan yang tinggi untuk digunakan sebagai antioksidan alami dalam formulasi pangan dan menjanjikan untuk produk nutrasetikal [
7Leitão, D. d. S. T. C., Barbosa-Carvalho, A. P. P., de Siqueira, F. C., Sousa, R. P. e., Lopes, A. S., & Chisté, R. C. (2023). Extracts of Eryngium foetidum Leaves from the Amazonia Were Efficient Scavengers of ROS and RNS. Antioxidants, 12(5), 1112. https://doi.org/10.3390/antiox12051112
].

Tanaman walangi (Eryngium foetidumdi pot hitam di Jalan Katu Gang 9 RT 01A RW 02 Kelurahan Kepanjen, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang

Selain untuk masakan atau kuliner, walangi (Eryngium foetidum) juga telah digunakan secara luas sebagai tanaman obat di sebagian besar wilayah tropis. Hemachandra et. al. (2021) [
8Hemachandra, G. H. T. K., Thuvaragan, S., & Sanmugarajah, V. (2021). Pharmacological screening of Eryngium foetidum Linn – A Review. Borneo Journal of Pharmacy, 4(4), 248–259. https://doi.org/10.33084/bjop.v4i4.2377
] melaporkan bahwa dalam pengobatan tradisional, daun dan akarnya telah digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit, seperti gangguan saraf (kejang, kelumpuhan, nyeri), penyakit kulit, paru-paru, lambung, diabetes, dan infeksi cacing. 
Tanaman ini juga dimanfaatkan sebagai penurun demam, pencahar, diuretik, dan obat cacing. Selain itu, digunakan untuk mengobati pilek, flu, hipertensi, malaria, sembelit, dan komplikasi infertilitas. Akarnya bersifat lambung, berkeringat, dan diuretik, sedangkan rebusan daunnya merangsang usus. 
Di Afrika Barat, tanaman ini dipakai untuk gangguan pernapasan, pencernaan, dan rematik. Dalam pengobatan tradisional Tiongkok, Eryngium foetidum digunakan sebagai antiinflamasi. Tanaman aromatik ini juga memiliki berbagai potensi farmakologis, termasuk antioksidan, antimikroba, antikonvulsan, antikanker, hepatoprotektif, dan lainnya, tanpa menunjukkan efek toksik. *** [220925]


logoblog

Thanks for reading Eryngium foetidum, Tanaman Walangi yang Beraroma Seperti Ketumbar

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog