Minggu, September 07, 2025

Ludwigia octovalvis, Tanaman Cacabean Berbunga Kuning yang Menawan di Tepi Kolam

  Budiarto Eko Kusumo       Minggu, September 07, 2025
Bakda Jumat (29/08), cuaca tidak mendung di Kepanjen. Saya berkendara motor menuju rumah kader SMARThealth, Ibu Masito, di Dukuh Sonokembang RT 05 RW 05, Desa Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Agenda siang itu adalah briefing persiapan kegiatan pemeriksaan kesehatan dalam skema ISPF bersama para kader SMARThealth Desa Sepanjang.
Sambil menanti para kader berkumpul, saya berjalan-jalan ke belakang rumah, menyusuri kolam ikan yang seolah menjadi oase kecil di tengah lingkungan pedesaan. Di salah satu sudut kolam, pandangan saya tertumbuk pada sekumpulan tanaman liar yang tengah berbunga kuning cerah. Bunganya kecil, namun menyala terang di antara dedaunan hijau yang lebat. Seolah mengundang, saya mendekat untuk mengamati lebih saksama.
Ternyata, tanaman itu adalah tumbuhan yang dikenal dengan nama cacabean. Tanaman ini bukan sekadar penghias tepian kolam - ia adalah salah satu pionir ekosistem basah yang mampu tumbuh dengan gigih di berbagai kondisi, mulai dari tanah berpasir hingga berlumpur, dari parit hingga danau, dari tepian sawah hingga rawa-rawa.

Bunga cacabean (Ludwigia octovalvis) berwarna kuning cerah

Menariknya, di berbagai daerah di Indonesia, cacabean memiliki banyak nama lokal yang menunjukkan kedekatannya dengan budaya setempat: lakum air, jebungan (Melayu), cacabean, gagabusan (Sunda), salah nyowo (Jawa), kalamenja (Madura), pangambo (Sumbawa Timur), keletele tengen (Minahasa), hingga daun panu (Ambon).
Kemunculannya di tepi kolam rumah Ibu Masito hari itu bukan sekadar penanda keberadaan air atau kelembapan tanah. Ia seperti simbol keuletan dan kecantikan yang tersembunyi di tempat-tempat sederhana. 
Dalam keheningan siang itu, cacabean berbunga kuning memberi saya jeda refleksi tentang keindahan yang kerap luput dari pandangan - bahwa alam selalu punya cara untuk tampil memesona, bahkan di sela-sela agenda kesehatan masyarakat.

Pucuk daun cacabean (Ludwigia octovalvis)

Tanaman cacabean memiliki nama ilmiah Ludwigia octovalvis (Jacq.) P.H.Raven. Nama genus Ludwigia disematkan untuk menghormati Christian Gottlieb Ludwig (1709-1773), seorang ahli botani dan dokter dari Leipzig, Jerman [
1Flora of North America Association. (n.d.). Ludwigia - FNA. Flora of North America. Retrieved September 07, 2025, from https://floranorthamerica.org/Ludwigia
].
Sedangkan, julukan khusus octovalvis berasal dari bahasa Latin dari gabungan kata “octo” (delapan) dan “valvis” (katup), mengacu pada delapan katup atau segmen dalam polong biji, yaitu kapsul ramping sepanjang sekitar 5 cm yang mengering hingga berwarna cokelat tua, lalu terbelah dan menampakkan banyak biji kecil [
2Beek, A. V. (n.d.). Nursery Manager’s Plant of the Month - Native Primrose, Ludwigia octovalvis - Gympie District Landcare. Gympie District Landcare. Retrieved September 07, 2025, from https://gympielandcare.org.au/nursery-managers-plant-of-the-month-native-primrose-ludwigia-octovalvis/
].
Spesies tanaman ini mila-mula dideskripsikan oleh botanis Austria kelahiran Belanda, Nikolaus Joseph von Jacquin (1727-1817), pada tahun 1760 sebagai Oenothera octovalvis, dan dipublikasikan dalam Enumeratio Systematica Plantarum, Quas In Insulis Caribaeis vicinaque Americes continente detexit novas, aut jam cognitas emandavit, atau Enum. Syst. Pl. 19 (1760).

Benang sari cacabean (Ludwigia octovalvis) yang dikelilingi kelopak berwarna hijau muda

Kemudian pada tahun 1962, ahli botani dan lingkungan Amerika Peter Hamilton Raven (1936-) merevisi dan mereklasifikasikan spesies Oenothera octovalvis ke dalam genus Ludwigia menjadi Ludwigia octovalvis, dan dipublikasikan dalam Kew Bulletin Volume 15 page 476, 1962, atau Kew Bull. 15(3): 476 (1962).
Selain bersinonim dengan Jussiaea suffruticosa L., Ludwigia octovalvis mempunyai nama-nama umum (common names): Mexican primrose-willow, swamp primrose, water primrose (Inggris); herbe à pique (Prancis); chile de rata, clavito, hierba de Santa Cruz, sulfatillo (Spanyol); ibindawe (Burundi); bhu lavangah (Sansekerta); thian nam, yaa raknaa (Thailand); lakum air, buyung semalam (Malaysia); cacabean (Indonesia); tayilakton (Tagalog); rau murong dung, mu[uw][ow]ng d[aas]t (Vietnam); cao li jin chai (China); tïtänia (Tahiti); long-fruited primrose willow (Amerika); flor de clavo (Bolivia); cruz-de-malta (Brasil).
Tanaman cacabean (Ludwigia octovalvis) termasuk dalam famili Onagraceae, dan daerah asalnya diduga dari Amerika Tropis (Neotropis), tetapi telah menyebar secara alami dan melalui aktivitas manusia ke hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Tanaman cacabean (Ludwigia octovalvis) yang tumbuh di tepi kolam di Dusun Sonokembang, Desa Sepanjang, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang

Ludwigia octovalvis
(cacabean) merupakan tumbuhan semiakuatik. Habitatnya Ludwigia octovalvis lebih menyukai lahan basah daripada tanaman air yang terendam. Tanaman ini tumbuh cepat dan membentuk semak bundar, biasanya setinggi 1-2 m saat dewasa. 
Di alam, tanaman ini terlihat agak kurus karena pertumbuhannya pesat di musim hujan, kemudian menggugurkan daun dan bahkan mengalami penuaan di ujung-ujungnya saat musim kemarau. Namun, pada fase basah berikutnya, tanaman ini akan beregenerasi dari pangkal atau batangnya yang berkayu. Bunganya berwarna kuning, tetapi hanya memiliki empat kelopak, bukan lima seperti kerabatnya yang eksotis.
Selalin cocok dimanfaatkan sebagai tanaman hias dengan bunganya yang mencolok, cacabean juga memiliki beragam kegunaan etnobotani di berbagai wilayah. Martin Boadi et. al. (2024) [
3Boadi, M., Gbedema, S. Y., Boakye, Y. D., Bayor, M. T., & Aboagye, E. A. (2024). Wound Healing and Acute Dermal Toxicity Studies of Ludwigia octovalvis (Jacq.) P. H. Raven (Onagraceae) in Sprague-Dawley Rats. Journal of tropical medicine, 2024, 9576349. https://doi.org/10.1155/2024/9576349
] melaporkan bahwa di beberapa wilayah Asia, tanaman ini secara tradisional dikonsumsi sebagai minuman untuk mengobati dan mengelola berbagai kondisi termasuk edema, nefritis, hipotensi, dan diabetes. Tanaman ini juga digunakan dalam pengobatan luka dan penyakit kulit. Di Meksiko, rebusan seluruh tanaman digunakan untuk mengelola cacar air, diare, disentri, batuk, demam, sakit kepala, penyakit kulit, dan infeksi jamur pada jari kaki. *** [070925]


logoblog

Thanks for reading Ludwigia octovalvis, Tanaman Cacabean Berbunga Kuning yang Menawan di Tepi Kolam

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog