Jumat, September 19, 2025

Nicotiana tabacum, Tanaman Tembakau Berbunga Nan Elok

  Budiarto Eko Kusumo       Jumat, September 19, 2025
Sepetak tanah yang tak begitu luas, terletak persis di tusuk sate pertemuan antara Jalan Tugu Hitam dan Jalan Tugu Hitam Gang 3, Dusun Krajan RT 16 RW 04, Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Lokasinya disebelah utara dan di belakang bangunan Ponkesdes Krebet, dan keberadaannya seolah menjadi wajah ramah yang menyambut siapa pun yang melintas.
Selama dua tahun terakhir, tanah ini bukan sekadar lahan kosong. Ia hidup. Berganti rupa mengikuti musim dan tangan-tangan yang menanamnya. Pernah tumbuh kol yang merunduk sejuk, cabe yang menyala merah, tomat montok menggantung, hingga jagung yang menjulang gagah. Namun ada yang berbeda saat saya melintas kemarin, pada Rabu (17/09).
Deretan tanaman tembakau tumbuh subur, berdaun lebar, kokoh, dan di antara hijaunya - bunga-bunga kecil berwarna ungu muda mekar dengan anggun. Tembakau Virginia, warga setempat menyebutnya. Tak hanya dikenal sebagai bahan dasar rokok, tanaman ini menyimpan pesona visual yang mengejutkan: bunga-bunganya bermekaran nan elok dan memukau, seolah menegaskan bahwa keindahan bisa tumbuh dari mana saja, bahkan dari tanaman yang seringkali dipandang sebelah mata.
Nama ilmiah dari tanaman tembakau tersebut adalah Nicotiana tabacum L. Nama genus Nicotiana disematkan untuk menghormati Jean Nicot de Villemain, seorang duta besar Prancis di Portugal yang memperkenalkan tembakau ke Prancis pada tahun 1560 [
1Dani, J. A., & Balfour, D. J. (2011). Historical and current perspective on tobacco use and nicotine addiction. Trends in neurosciences, 34(7), 383–392. https://doi.org/10.1016/j.tins.2011.05.001
].
Sedangkan, julukan khusus tabacum berasal dari bentuk kata Latin dari kata Spanyol "tabaco", yang berasal dari kata Indian Amerika yang digunakan untuk merujuk pada daunnya, yang digulung dan diasapi oleh orang Haiti dan Kuba, seperti yang disaksikan oleh Christopher Columbus (1451-1506) saat mendarat di kepulauan ini [
2Muséum national d’Histoire naturelle. (n.d.). Tobacco. Muséum Ational d’Histoire Naturelle Official Website. Retrieved September 18, 2025, from https://www.mnhn.fr/en/tobacco
].

Bunga tembakau Virginia (Nicotiana tabacum) dalam close up

Nama ilmiah Nicotiana tabacum pertama kali diperkenalkan oleh botanis Swedia Carolus Linnaeus (1707-1778) pada tahun 1753, dan dipublikasikan dalam Species Plantarum, Exhibentes Plantas Rite Cognitas, Ad Genera Relatas, Cum Differentiis Specificis, Nominibus Trivialibus, Synonymis Selectis, Locis Natalibus, Secundum Systema Sexuale Digestas. (Tomus I), atau Sp. Pl. [Linnaeus] 1: 180 (1753).
Selain bersinonim dengan Nicotiana tabaca St.-Lag., Nicotiana tabacum mempunyai nama-nama umum (common names): large tobacco, tobacco, Virginian tobacco (Inggis); tobakk (Norwegia); vanlig tobak (Swedia); virginiantupakka (Finlandia); Virginsk tobak (Denmark); echter Tabak, virginischer Tabak (Jerman); tabak, virginiatabak (Belanda); grand tabac, herbe à la reine, herbe à Nicot (Prancis); hierba de la reina, hierba de la Santa Cruz, tabaco común (Spanyol); erva-de-todos-os-males, erva-do-tabaco, tabaqueira (Portugis); tabacco di Virginia (Italia); tütün (Turki); tamakhu, tamala, tamraparna (Sansekerta); tembakau, bako (Indonesia); tabako (Tagalog); yān cǎo (China); tabako (Jepang); dam bae (Korea); brus (Papua Nugini).
Tanaman tembakau (Nicotiana tabacum) termasuk dalam Solanaceae (suku terong-terongan), dan daerah asalnya dari New World atau Benua Amerika dan sekitarnya, terutama di bioma beriklim tropis kering, seperti di kawasan Amerika Latin.
Nicotiana tabacum (tembakau) merupakan tanaman semusim atau tanaman tahunan berumur pendek, tingginya mencapai 2,5 m. Sistem perakaran tunggang yang bercabang di samping. Batangnya tegak berbulu dengan daun tunggal tersusun spiral, serta bunga malai berbentuk piramidal di ujung tanaman, dan buah berbentuk telur yang menjadi cokelat saat matang.
Dalam sejarah manusia, budidaya Nicotiana tabacum merupakan tradisi panjang yang melintasi berbagai budaya dan benua. Benihnya ditemukan dari permukiman bersejarah (1500–1000 SM), memberikan bukti budidaya tembakau selama fase Chiripa awal di Amerika Selatan [
3Chen, X., Krug, L., Yang, H., Li, H., Yang, M., Berg, G., & Cernava, T. (2020). Nicotiana tabacum seed endophytic communities share a common core structure and genotype-specific signatures in diverging cultivars. Computational and Structural Biotechnology Journal, 18, 287–295. https://doi.org/10.1016/j.csbj.2020.01.004
].
Di antara Suku Maya Kuno, tembakau dianggap sebagai tanaman suci, yang erat kaitannya dengan dewa bumi dan langit, dan digunakan untuk tujuan visioner maupun terapeutik. Suku Maya Tzeltal dan Tzotzil kontemporer di Chiapas Dataran Tinggi merupakan pembawa warisan etnobotani ini, yang melestarikan tradisi penggunaan dan cerita rakyat yang kaya dan beragam.
 
Sekumpulan bunga tembakau Virginia (Nicotiana tabacum)

Seluruh tanaman tembakau dipandang sebagai obat primordial dan "penolong" atau "pelindung" botani yang ampuh. Tergantung pada kondisi yang akan diobati, seluruh daun tembakau digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan herba lain dalam pembuatan berbagai plester dan teh obat. Dalam bentuknya yang paling umum, daun segar atau "hijau" digiling dengan kapur mati untuk menghasilkan tembakau hisap yang memabukkan yang berfungsi sebagai agen pelindung sekaligus terapeutik. Terlepas dari signifikansi historis dan budayanya, penggunaan tembakau tradisional semakin menurun dan digantikan oleh tembakau asap [
4Groark, K. P. (2023). The Angel in the Gourd: Ritual, Therapeutic, and Protective Uses of Tobacco (Nicotiana Tabacum) Among the Tzeltal and Tzotzil Maya of Chiapas, Mexico. Journal of Ethnobiology, 30(1), 5-30. https://doi.org/10.2993/0278-0771-30.1.5 (Original work published 2010)
]. 
Sanchez-Ramos (2020) [
5Sanchez-Ramos, J. R. (2020). The rise and fall of tobacco as a botanical medicine. Journal of Herbal Medicine, 22, 100374. https://doi.org/10.1016/j.hermed.2020.100374
] menceritakan bahwa tembakau pertama kali disebutkan dalam catatan tertulis mengenai penemuan Dunia Baru (New World), tepatnya dalam buku harian Christopher Columbus. Dalam entri tertanggal 15 Oktober 1492, Columbus mencatat bahwa seorang penduduk asli ("Indian") membawa daun-daun kering di dalam kanonya, yang sangat dihargai karena diyakini memiliki manfaat kesehatan. 
Selanjutnya, pada November 1492, Columbus menulis bahwa dua awak kapalnya yang dikirim menjelajahi Pulau Kuba melihat banyak penduduk membawa obor untuk menyalakan api dan mengharumkan tubuh mereka menggunakan ramuan tertentu. Belakangan diketahui bahwa ramuan ini dikonsumsi dalam bentuk silinder yang digulung, yaitu cerutu, yang digunakan untuk mengurangi rasa lelah serta berfungsi sebagai disinfektan.
Pada pelayaran keduanya, Columbus meninggalkan Pastor Ramon Pané di Pulau Hispaniola untuk menyebarkan agama Kristen kepada suku Indian Taino. Dalam laporannya, Pané menggambarkan praktik penggunaan tembakau sedot yang disebut cohoba, yang berasal dari tanaman dengan efek memabukkan, oleh seorang dukun dalam ritual penyembuhan.
 
Daun tembakau Virginia (Nicotiana tabacum)

Sang dukun akan mengikuti pola makan dan penampilan yang sama dengan pasiennya. Baik dukun maupun orang yang sedang dirawat akan menghirup bubuk tembakau tersebut melalui hidung sebagai bagian dari proses pembersihan. 
Penggunaan cohoba juga dilaporkan oleh beberapa penulis sejarah lainnya, seperti Oviedo, Las Casas, dan Columbus sendiri. Meskipun identitas cohoba masih menjadi bahan perdebatan, banyak pihak meyakini bahwa efek yang ditimbulkan tidak hanya berasal dari tembakau, tetapi juga dari campuran bubuk tanaman halusinogen Piptadenia peregrina.
Pada tahun 1500, penjelajah Portugis Cabral melaporkan penggunaan herba obat yang disebut betum (yang kemudian diidentifikasi sebagai tembakau) oleh penduduk asli Brasil untuk berbagai penyakit, termasuk abses, fistula, luka, dan polip. 
Pada tahun 1535, penulis kronik resmi pertama Hindia, Oviedo y Valdes, menerbitkan "The General History of the Indies” (Sejarah Umum Hindia) yang menggambarkan penggunaan tembakau sebagai obat oleh orang Indian, dan juga bahwa beberapa orang Spanyol di pulau itu menggunakannya untuk mengobati penyakit sifilis, yang tidak diketahui orang Eropa hingga saat itu. 
Oviedo adalah orang pertama yang menggunakan kata tabaco dengan tepat dalam tulisan. Tabaco adalah kata untuk alat yang digunakan penduduk asli Hispaniola untuk menghirup asap atau bubuk herba tersebut. Kata tabaco (atau tembakau yang dianglikan) kemudian merujuk pada tanaman itu sendiri.

Tanaman tembakau (Nicotiana tabacum) di samping Ponkesdes Krebet di Jalan Tugu Hitam, Dusun Krajan RT 16 RW 04, Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

Sementara itu, Wenji Zhang et. al. (2024) [
6Zhang, W., Pan, X., Fu, J., Cheng, W., Lin, H., Zhang, W., & Huang, Z. (2024). Phytochemicals derived from Nicotiana tabacum L. plant contribute to pharmaceutical development. Frontiers in pharmacology, 15, 1372456. https://doi.org/10.3389/fphar.2024.1372456
] menjelaskan bahwa penduduk asli Amerika menganggap tembakau sebagai "ramuan suci" (holy herb) atau "obat Tuhan" (God’s remedy) yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti bronkitis, sakit gigi, sakit tenggorokan, radang selaput dada, penyakit kuning, epilepsi, rinitis, gastroenteritis, diare, sakit kepala, otitis media, batuk rejan, sifilis, artritis, dermatitis, pilek, luka bakar, abses bernanah, dan gigitan nyamuk, serta digunakan untuk menghentikan pendarahan, menurunkan demam, anti-kelelahan, dan memutihkan gigi. 
Di Tiongkok, tanaman tembakau juga tercatat sebagai sumber daya pengobatan yang khas. Materia Medica Tiongkok (The Chinese Materia Medica) mendokumentasikan peran pengobatan tembakau, termasuk meningkatkan "Qi" (energi vital) dan meredakan nyeri, menghilangkan kelembapan, detumesens, detoksifikasi, dan membunuh serangga. 
Tembakau terutama digunakan untuk mengobati rasa penuh akibat stagnasi makanan, stagnasi Qi yang disertai nyeri, artralgia, karbunkel, furunkel, kudis, eksim, gigitan ular, keseleo, dan memar. Kompilasi Pengobatan Herbal Tiongkok Nasional menggambarkan khasiat tembakau sebagai penghangat, manis, dan toksik, dengan efek yang berkaitan dengan detumesens, detoksifikasi, dan insektisida. 
Tembakau terutama digunakan untuk mengobati furunkel, tinea kapitis, psoriasis, alopesia, dan gigitan ular, serta penyakit seperti karbunkel leher, karbunkel punggung, dahak angin, dan lutut derek, termasuk tuberkulosis tulang dan artritis lutut supuratif kronis.
Selain itu, tambah Wenji Zhang et. al. (2024), ekstrak tanaman tembakau termasuk ekstrak etil asetat asam, minyak biji, minyak esensial, dan campuran tembakau memiliki aktivitas biologis dalam efek antibakteri dan hemostatik, efek ansiolitik, aktivitas antimikroba, aktivitas pengurangan lipid, aktivitas antioksidan, aktivitas antiinflamasi, aktivitas pemutihan, dan efek penurunan berat badan. *** [190925]


logoblog

Thanks for reading Nicotiana tabacum, Tanaman Tembakau Berbunga Nan Elok

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog