“Aviation is poetry. It’s the finest kind of moving around, you know, just as poetry is the finest way of using words.” -- Jessie Redmon Fauset
Pagi itu, udara Malang masih menyimpan sisa-sisa dingin malam. Bakda Shubuh di hari Senin (08/12), delapan orang dari NIHR Universitas Brawijaya (UB) telah berkumpul rapi di depan UB Guest House, Malang. Salah satu di antaranya, saya berkesempatan berangkat.
Wajah-wajah yang masih menyimpan kantuk berpadu dengan semangat, sebab perjalanan panjang telah menanti untuk mengikuti Third Annual Symposium dan Writing Workshop di Hyderabad, Telangana, India, pada 9–13 Desember 2025.
![]() |
| Check in di Banda Internasional Juanda Surabaya pukul 06.53 WIB di hari Senin (08/12) |
Tepat pukul 05.12 WIB, sebuah Toyota HIACE membawa rombongan meninggalkan Kampus UB menuju Bandara Internasional Juanda Surabaya (SUB-Juanda). Langit perlahan berubah warna ketika kami tiba di bandara.
Proses check in dimulai pukul 06.35 WIB, dan ternyata memakan waktu cukup lama meski antrean tidak terlalu panjang. Banyak dokumen yang harus disiapkan dan diisi lebih dulu secara daring, mulai dari Singapore Arrival Card hingga Indian Arrival Card. Setelah semuanya rampung, barulah tiket pesawat dicetak oleh petugas. Selanjutnya, kami menuju imigrasi untuk pengecekan paspor dan visa.
Pukul 07.48 WIB, rombongan NIHR UB akhirnya masuk ke ruang tunggu. Penerbangan pertama kami menggunakan Singapore Airlines (SIA) dengan kode SQ 923, pesawat yang terparkir di Gate 6. Sekitar pukul 08.12 WIB, kami tiba di ruang tunggu Gate 6 yang berada di sisi paling timur bandara. Waktu terasa berjalan pelan, hingga pada 09.48 WIB petugas Gate 6 mulai memanggil penumpang untuk pengecekan tiket.
![]() |
| Menuju ke imigrasi Bandara Internasional Juanda Surabaya setelah tiket dicetak |
Giliran saya masuk pesawat pada 09.54 WIB. Nomor kursi saya 60 E, sebuah kursi di tengah baris tengah dari konfigurasi 3-3-3 yang menandakan besarnya pesawat. Di sebelah kiri duduk seorang penumpang bule, sementara di sebelah kanan saya adalah Dr. Ismiarta Aknuranda, S.T., M.Sc., Ph.D, atau yang akrab disapa Pak Tatang, salah satu anggota Tim NIHR UB yang juga berangkat ke India.
Pesawat lepas landas pada 10.15 WIB. Setelah take off, layar hiburan di kursi masing-masing menyala, lengkap dengan headset. Di ketinggian, dunia seolah mengecil. Awan berbaris seperti kapas, lautan membentang tanpa tepi.
Pada 11.04 WIB, makan siang disajikan para pramugari. Saya memilih beef gulasta ditemani air mineral. Usai makan, saya dan Pak Tatang melanjutkan menonton film Mulan. Namun, belum sempat larut sepenuhnya, layar tiba-tiba mati - tanda pesawat telah mendarat di Bandara Internasional Changi Singapura (SIN-Changi).
![]() |
| Penumpang memasuki pesawat SIA melewati garbarata |
Transit di Changi berlangsung lebih dari enam jam lamanya. Pukul 12.56 SGT, kami keluar menuju lobi bandara setelah memindai paspor. Sebagian tim memilih beristirahat, sementara sebagian lain - termasuk saya - memanfaatkan waktu untuk berkeliling.
Bandara Changi memang layak disebut bandara kelas dunia. Kami menjelajah Jewel Changi Airport, menikmati mall dan kuliner, hingga mencoba skytrain yang menghubungkan terminal-terminal keberangkatan. Rasanya bukan sekadar transit, melainkan pengalaman wisata singkat. Kami juga sempat bersantap di ActionCity Café. Menyenangkan, dan menyegarkan sebelum penerbangan berikutnya.
Menjelang sore, tepat pukul 17.00 SGT, Tim NIHR UB berkumpul kembali di Terminal 3 untuk check in penerbangan lanjutan SQ 522 menuju Hyderabad. Pesawat lepas landas dari Changi pada 19.55 SGT, membawa kami menembus langit malam Asia.
![]() |
| Transit 6 jam di Changi Airport dimanfaatkan untuk jalan-jalan |
Di penerbangan ini, kami satu pesawat dengan Laura Downey, Ph.D. dari The George Institute for Global Health (TGI) Australia serta Dr. Ian Hamilton dari University College London (UCL). Pertemuan ini kelak menyatukan kami dalam perjalanan setibanya di India.
Pesawat mendarat di Bandara Internasional Rajiv Gandhi, Hyderabad (HYD) pada 21.52 IST. Malam menyambut kami dengan hening yang khas, diselingi kerlap-kerlip lampu kota dari kejauhan. Dari bandara, kami bersama-sama menuju The Golkonda Resorts & Spa, Gandipet, Telangana, lokasi perhelatan Third Annual Symposium. Kami tiba menjelang pergantian malam ke dini hari - lelah, tetapi hati terasa penuh.
Perjalanan panjang ini mengajarkan bahwa penerbangan bukan sekadar perpindahan ruang. Di siang hari, kami menyaksikan awan, laut, dan kota dari atas; di malam hari, kami menikmati kesunyian gelap di ketinggian, sebelum disambut cahaya kota saat hendak mendarat.
![]() |
| Tiba di Hyderabad Airport pada pukul 21.52 IST (Waktu Hyderabad) |
Seperti kata Jessie Redmon Fauset (1882-1961), seorang novelis, kritikus, penyair, dan editor Afrika-Amerika yang dikenal karena penemuan dan dukungannya terhadap beberapa penulis Harlem Renaissance:
“Penerbangan adalah puisi. Itu adalah cara terbaik untuk bergerak, Anda tahu, sama seperti puisi adalah cara terbaik untuk menggunakan kata-kata.”
Dan perjalanan Surabaya–Singapura–Hyderabad ini, bagi saya yang diberangkatkan ke Third Annual Symposium, benar-benar menjadi puisi yang ditulis di langit. *** [171225]






Tidak ada komentar:
Posting Komentar