“Improve your spare moments and they will become the brightest gems in your life.” -- Ralph Waldo Emerson
Perjalanan menuju Hyderabad, India, untuk menghadiri Third Annual Symposium (9-10/12) dan Writing Workshop (11-13/12) membawa saya singgah sejenak di Bandara Changi, Singapura. Transit selama enam jam yang awalnya terasa panjang justru berubah menjadi pengalaman berharga ketika saya memutuskan mengikuti teman-teman NIHR Universitas Brawijaya (UB) menuju Jewel Changi Airport - sebuah destinasi ikonik yang kerap disebut sebagai “permata” bandara terbaik dunia.
Jewel Changi Airport merupakan kompleks perbelanjaan, kuliner, dan hiburan umum yang terhubung langsung dengan Terminal 1, serta terkoneksi dengan Terminal 2 dan 3 melalui jembatan penyeberangan dan skytrain Changi, sementara Terminal 4 dapat dicapai dengan bus antar-jemput.
![]() |
| Jewel Changi Airport Dome |
Meski berdekatan dengan area transit, Jewel berada di sisi darat (area publik). Artinya, penumpang transit perlu keluar imigrasi untuk berkunjung. Namun, kabar baiknya, tempat ini terbuka untuk siapa saja - baik yang datang, berangkat, maupun sekadar singgah.
Dibuka pada tahun 2019, Jewel Changi Airport adalah hasil proyek ambisius yang dibangun selama delapan tahun dengan biaya mencapai 1,78 miliar dolar AS. Ribuan pekerja dan teknisi menghabiskan lima tahun di lokasi untuk mewujudkan kubah elips setinggi 10 lantai dengan luas 135.700 meter persegi.
Struktur kaca dan baja berbentuk sarang lebah yang anggun ini dirancang oleh arsitek legendaris Israel–Kanada, Moshe Safdie. Jewel berdiri megah di sisi Terminal 1 yang telah direnovasi, seolah menjadi mahkota yang menyempurnakan wajah Bandara Changi.
![]() |
| Berpose dengan latar belakang Rain Vortex atau Air Terjun Pusaran Hujan di Jewel Changi Airport Singapura |
Begitu memasuki area utama, pandangan langsung tertuju pada Rain Vortex, air terjun dalam ruangan tertinggi di dunia dengan ketinggian 40 meter. Deburan air yang jatuh dari kubah kaca menciptakan suasana menenangkan, seolah menyapu lelah setelah berjam-jam penerbangan. Air terjun ini dikelilingi oleh Shiseido Forest Valley, taman bertingkat yang rimbun dan asri, menghadirkan nuansa hutan tropis di tengah bandara internasional.
Jewel hampir tak pernah sepi. Penumpang transit, wisatawan, hingga warga lokal Singapura tampak berbaur menikmati atmosfer unik yang ditawarkan. Bahkan, Jewel Changi Airport kerap menjadi panggung dunia petualangan tematik.
Saat saya berkunjung bersama Tim NIHR Universitas Brawijaya (UB) pada Senin (08/12), suasana Natal terasa begitu kuat. Di Forest Valley berdiri Pohon Natal setinggi 16 meter yang spektakuler, sementara di Canopy Park terpajang instalasi unik bertema Disney Adventure dan Disney Cruise Line, menambah kesan magis di dalam kubah Jewel.
![]() |
| Hutan tropis dalam kubah (dome) di Jewel Changi Airport |
Sebagai peminat tumbuhan, saya menikmati kehadiran beragam koleksi tanaman yang membuat kompleks ini terasa hidup. Di antaranya saya mengenali paku pohon lunak (Dicksonia antarctica), paku siur (Alsophila laterbrosa), ponderosa (Xiphidium caeruleum), hingga pohon damar (Agathis dammara) yang menjulang dan bambu kuning (Bambusa vulgaris ‘Striata’). Yang paling mencuri perhatian adalah Poinsettia alaska yang tengah bermekaran. Bunganya yang putih berbentuk bintang Natal terasa selaras dengan suasana akhir tahun di Bandara Changi.
Di dalam kubah Jewel, skytrain yang melintas antarterminal bandara menambah dinamika visual. Duduk santai di sekitar Rain Vortex, menikmati udara sejuk dan rimbunnya pepohonan, menjadi pengalaman yang sulit dilupakan. Waktu enam jam transit terasa berlalu begitu cepat - tanpa penyesalan sedikit pun.
Pengalaman ini mengingatkan saya pada kata bijak Ralph Waldo Emerson (1803-1882), seorang penceramah, penyair, dan penulis esai Amerika, tokoh terkemuka Transendentalisme New England:
![]() |
| Skytrain melaju di dalam kubah Jewel Changi Airport, Singapura |
“Manfaatkan waktu luang Anda sebaik-baiknya, dan waktu luang itu akan menjadi permata paling berharga dalam hidup Anda.”
Jewel Changi Airport benar-benar membuktikan makna kutipan tersebut. Transit lebih dari lima jam di Bandara Changi bukan lagi waktu yang terbuang, melainkan kesempatan untuk menemukan keindahan, ketenangan, dan inspirasi - sebuah petualangan singkat yang layak dikenang sebelum melanjutkan perjalanan panjang ke tujuan berikutnya. *** [171225]





Tidak ada komentar:
Posting Komentar