Sabtu, Mei 20, 2023

Bronchocela jubata, Reptilia Yang Bisa Berubah Warna

  Budiarto Eko Kusumo       Sabtu, Mei 20, 2023
Bunglon surai di antara rerimbunan daun pepaya California di halaman belakang Sekretariat SMARThealth Kepanjen

Sekelebat gerakan itu mendorong perhatian saya tertuju ke arah dedaunan pohon pepaya yang tidak terlalu tinggi, ketika sedang bersih-bersih rumput di halaman belakang Sekretariat SMARThealth Kepanjen.
Seekor bunglon terlihat bergerak di antara cabang daun pepaya yang cukup lebat pasca ditebang beberapa bulan yang lalu. Dari satu cabang menjadi tujuh cabang berukuran lebih kecil ketimbang belum ditebang, dan ketinggiannya pun menjadi pendek, antara 1 hingga 2 meter.
Setelah saya mendekat, ternyata bunglon itu telah bertengger di salah satu cabangnya yang berdekatan dengan tembok pembatas dengan tetangga. Itu pun kalau tidak seksama sudah sulit melihatnya karena warna bunglon sama-sama hijaunya dengan daun pepaya. Begitu mengenali, saya langsung mengambil handphone untuk memotretnya.
Bunglon yang saya jumpai itu dikenal dengan bunglon surai, karena duri-duri di tengkuk dan punggungnya lebih menyerupai surai. Orang Jawa menyebutnya bunglon, dan orang Sunda menamai londok atau lunduk.
Bunglon surai memiliki nama ilmiah Bronchocela jubata Duméril & Bibron, 1837 [
1https://www.gbif.org/species/2466849
]. Hewan bunglon surai ini pertama kali dideskripsikan oleh André Marie Constant Duméril (1774 - 1860), seorang ahli zoologi Prancis. Dalam mendeskripsikan itu, Duméril dibantu oleh Gabriel Bibron (1806-1848), seorang zoologis dan herpetologis asal Prancis yang menjadi  aide-naiuraliste (asisten naturalis) [
2https://mndi.museunacional.ufrj.br/aracnologia/pdfliteratura/papers%20dumeril.htm
,
3"Duméril, André-Marie-Constant ." Complete Dictionary of Scientific Biography. . Retrieved May 07, 2023 from Encyclopedia.com: https://www.encyclopedia.com/science/dictionaries-thesauruses-pictures-and-press-releases/dumeril-andre-marie-constant
]. Hasil penjabaran kedua zoologis itu diterbitkan di Erpétologie générale ou Histoire naturelle complète des Reptiles, Tome quatrième atau Volume 4 (Paris: Librairie Encyclopédique de Roret, 1837) [
4https://www.biodiversitylibrary.org/item/99856#page/9/mode/1up
].
Selain nama ilmiah, bunglon surai mempunyai nama umum di berbagai negara, antara lain Maned forest lizard (Inggris), Mähne-Schönechse (Jerman), dan Bronchocèle (Prancis).
Bunglon surai merupakan hewan reptilia dari keluarga Agamidae yang umum dijumpai di semak, perdu dan pohon-pohon peneduh di kebun maupun pekarangan. Sebagai hewan insektivora, bunglon surai memiliki peranan penting dalam rantai makanan. Ia termasuk karnivora yang memangsa kupu-kupu, ngengat (kaper), capung, lalat dan serangga kecil lainnya.
Spesies ini dicirikan dengan panjang tubuh dari moncong sampai ekor bisa mencapai 55 cm. Hewan ini mempunyai gerigi atau duri-duri di tengkuk dan punggungnya yang menyerupai surai yang terdiri dari banyak sisik yang pipih panjang meruncing namun lunak.
Hewan reptilia ini tersebar di Asia Tenggara hingga Papua Nugini pada ketinggian antara 100 hingga 1400 m di atas permukaan laut, namun terbanyak ada di di Indonesia, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Bali dan pulau-pulau kecil yang berdekatan.
Reptilia ini masih satu golongan dengan clreret gombel dan soa-soa, akan tetapi bunglon surai memiliki kemampuan merubah kulit saat kamuflase atau mimikri meskipun tidak sesensitif suku Chamaeleonidae [
5https://www.planterandforester.com/2019/12/bronchocela-jubata-amc-dumeril-bibron.html
].
Di saat bunglon surai atau Bronchocela jubata merasa terancam, ia akan mengubah warna kulitnya menjadi serupa dengan warna lingkungan sekitarnya, sehingga keberadaannya tersamarkan. Warna utamanya adalah hijau, tapi bila berada di batang yang warna cokelat, warna kulitnya akan berubah menjadi cokelat. *** [200523]


logoblog

Thanks for reading Bronchocela jubata, Reptilia Yang Bisa Berubah Warna

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog