Sabtu, Juni 01, 2024

Poskoffie dan Eric Weiner

  Budiarto Eko Kusumo       Sabtu, Juni 01, 2024
Poskoffie merupakan café resto nyaman berkonsep kekinian, modern, dengan latar sawah yang luas. Lokasinya berada di Jalan Panji No. 200 A Kelurahan Penarukan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Tempatnya tak jauh dari Kantor Bupati Malang maupun Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Malang.
Café ini dikemas dengan konsep fancy, yang memiliki beberapa jenis ruangan yang bisa kita pilih sesuai dengan selera dan kebutuhan. Ada yang indoor maupun outdoor. Di indoor, pengunjung bisa menikmati gemerlap lampu dan lukisan/ornamen dinding. Sementara itu, yang outdoor menawarkan sensasi luar ruangan yang bisa melihat hamparan sawah dan menyatu dengan taman yang di kala senja maupun malam, lampu-lampu taman bergelantungan.

Trio nongkrong di Poskoffie Kepanjen, Kabupaten Malang

Soal menu tergolong komplet. Poskoffie menawarkan beraneka macam menu foods, snack Poskoffie, roti dan pisang, manual brew, hot coffee and chocolate, espresso based, cappuccino, tea, healty juice, pure juice, traditional drink, mocktail, latte, special ice, dan lain-lain.
Jumat senja paska Maghrib, peneliti Yayasan Percik Salatiga (YPS) mengajak fasilitator NIHR dan seorang nurse nongkrong di Poskoffie. Mereka memilih meja nomor 47 yang semi-outdoor. Dikatakan semi outdoor, karena letaknya berada di serambi suatu bangunan indoor bagian tengah tapi menghadap ke kursi-kursi yang outdoor di taman.


Sambil duduk di kursi penjalin yang mengitari meja berbentuk oval, mereka pun bercengkerama sambil bersendai gurai. Terkadang bertukar pikiran namun bersifat santai, sesantai menunggu menu pesanannya, seperti nasi goreng Jawa, wedang uwuh, crispy, dan lain-lain.

Logo Poskoffie yang terpampang di tembok ruangan outdoor

Café
(kedai kopi) adalah tempat di mana orang bisa berinteraksi dan menjalin ikatan dengan orang lain. Eric Wiener pernah berujar, “I think we should have more coffeehouses, more cafes, more “third places.” More places where people can get together that’s not work, not home, and where they can interact with people who are different from them” (Saya pikir kita harus memiliki lebih banyak kedai kopi, lebih banyak café, lebih banyak “tempat ketiga.” Lebih banyak tempat di mana orang-orang dapat berkumpul selain di tempat kerja, bukan di rumah, dan di mana mereka dapat berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda dari mereka).


Eric Weiner adalah seorang penulis dan pembicara publik Amerika. Dikutip dari laman belbuk.com, Weiner bekerja selama satu dekade sebagai koresponden asing untuk National Public Radio (NPR). Dia berkantor di New Delhi, Yerusalem, dan Tokyo, serta menyampaikan laporan dari lebih 30 negara. Dia juga telah menjadi koresponden untuk NPR di New York, Miami, dan sekarang ini, Washington DC.
Weiner adalah seorang mantan reporter untuk The New York Times dan seorang Knight Journalism Fellow di Stanford University. Komentarnya telah diterbitkan di beberapa penerbitan, di antaranya adalah Los Angeles Times, 8, dan The New Republic. Setelah melakukan perjalanan keliling dunia, dia tinggal dengan seakan-akan bahagia, di daerah Washington, tempat dia membagi waktunya antara ruang tamu dan dapurnya.

Nasi goreng Jawa dan wedang uwuh Poskoffie

Tempat. Demikianlah apa yang dimaksud dengan The Geography of Bliss (Eric Winer, 2008). Bagaimana tempat—dalam setiap aspek kata—membentuk kita, mendefinisikan kita. Ini juga tersirat dalam ujaran (quote) lainnya, “When you're stuck on something creatively, you can't solve a problem, you go to a coffee shop” (Ketika Anda terjebak pada sesuatu yang kreatif, Anda tidak dapat menyelesaikan masalah, Anda pergi ke kedai kopi).
Ujaran ini mengimplikasikan pengalaman Weiner bahwa kebuntuan dalam sebuah aktivitas bisa di atasi atau dipecahkan tatkala bertemu di kedai kopi (café). Sebagai penulis, kebuntuan ide terkadang mandek begitu saja. Begitu pula dengan profesi lainnya, adakalanya mengalami stagnan, dan fenomena café (kedai kopi) diyakini membantu membuka tabir. *** [010624]


logoblog

Thanks for reading Poskoffie dan Eric Weiner

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog