“Pohon memberikan kedamaian bagi jiwa manusia.” -- Nora Waln
Selesai memetakan sumber polutan di Desa Bakalan, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang bersama personil dari Nafas Indonesia pada Selasa (05/11), kami diajak makan bakso dan minum es degan di bawah pohon yang rindang di Jalan Bakalan, Dusun Bakalan RT 02 RW 01 Desa Bakalan. Tepatnya berada di utara mushola Sunan Kalijaga atau Pos Kamling RT 02 RW 01.
Bakso Cak Bedjo dan Es Degan Pak Ali mangkal di kebun atau lahan kosong yang teduh dinaungi banyak pohon, seperti kelapa, sengon, ceri, dan lain-lain. Tim NIHR dan Nafas Indonesia diajak makan bakso dan minum es degan dengan suasana asri oleh Kaur Umum Desa Bakalan Sandi Cahyadi.
Bakso Cak Bedjo dan Es Degan Pak Ali di timur Mushola Sunan Kalijaga, Dusun Bakalan 1 RT 02 RW 01 Desa Bakalan, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang |
Tim NIHR adalah Tim Penelitian kolaboratif yang diinisiasi oleh Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) yang sedang mengidentifikasi dan menerapkan solusi untuk mengurangi dampak pembakaran plastik terhadap penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia (identifying and implementing solutions to reduce the impat of plastics burning on NCDs in Indonesia).
Sedangan, Tim PT Nafas Aplikasi Indonesia (Nafas Indonesia) adalah tim dari perusahaan teknologi kualitas udara yang menggabungkan perangkat keras yang terhubung dan AI untuk mengukur dampak kesehatan dari polusi udara dan perubahan iklim yang berkantor pusat di Jakarta.
Makan bakso dan minum es degan di bawah pohon menghadirkan kegembiraan unik yang terasa membumi dan damai, hampir seperti Anda terhubung kembali dengan alam itu sendiri. Keteduhan yang sejuk, gemerisik lembut dedaunan yang tertiup angin, dan sinar matahari yang menembus ranting-ranting menciptakan suasana yang menenangkan sekaligus menyegarkan.
Tim Nafas Indonesia sedang mengantre ambil bakso secara swakelola |
Ada sesuatu tentang dikelilingi oleh alam yang membuat makanan terasa lebih nikmat. Mungkin aroma udaranya - bersahaja dan segar - atau rasa tenang yang memungkinkan Anda fokus pada setiap gigitan. Baik itu piknik bersama teman atau makan siang sendirian, pengalaman itu terasa seperti jeda dari kesibukan kehidupan sehari-hari.
Pohon itu sendiri menawarkan rasa perlindungan dan kenyamanan, ranting-rantingnya menjulur ke atas seperti payung alami, melindungi Anda dari matahari atau bahkan gerimis. Kontras antara hijaunya dedaunan yang cerah dan makanan di hadapan Anda menambah kenikmatan bagi mata dan juga perut.
Nora Waln (1895-1964), seorang penulis dan jurnalis Amerika terlaris pada tahun 1930an – 1950an, pernah berujar, “Trees give peace to the souls of men” (Pohon memberikan kedamaian bagi jiwa manusia).
Tim NIHR laki-laki makan bakso di bawah pohon ceri |
Kutipan (quote) Waln ini menunjukkan bahwa menghabiskan waktu di alam, khususnya di antara pepohonan, memiliki efek menenangkan yang mendalam pada emosi dan kesejahteraan mental kita. Pohon, dengan kehadirannya yang tenang, umur panjang, dan keindahan alamnya, sering dianggap sebagai simbol stabilitas, pertumbuhan, dan ketahanan.
Dalam arti yang lebih luas, hal tersebut menyiratkan bahwa alam menawarkan semacam kedamaian dan ketenangan yang mungkin tidak dimiliki oleh lingkungan buatan manusia atau kehidupan sehari-hari. Tindakan berada di alam atau sekadar mengamati pohon dapat membantu orang terhubung kembali dengan rasa tenang batin, menemukan kejelasan, dan merasa membumi.
Gagasan ini sering dikaitkan dengan manfaat terapeutik dari menghabiskan waktu di luar ruangan, yang sering disebut sebagai mandi hutan atau ekoterapi, yang telah terbukti mengurangi stres dan meningkatkan rasa kesejahteraan.
Yang lainnya makan di bawah pohon sengon dan kelapa |
Sehingga, makan bakso Cak Bedjo dan minum es degan Pak Ali di bawah pohon yang rindang itu terasa nikmat, karena hal ini mengundang cara makan yang lebih lambat dan lebih penuh perhatian. Sulit untuk tidak menikmati setiap gigitan ketika lingkungan mendorong Anda untuk makan dengan perlahan.
Anda dapat mendengar kicauan burung di kejauhan, angin sepoi-sepoi, dan irama pikiran Anda sendiri, yang membuat momen ini terasa seperti momen kecil sakral dalam hari Anda. Dan bagian terbaiknya? Tidak ada yang terburu-buru—hanya kenikmatan yang tenang dari makanan, alam, dan perasaan hadir sepenuhnya. *** [301124]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar