Di rumah kader kesehatan Desa Sepanjang, Usfatul Ulumiyah, ketika saya berkunjung, terlihat tanaman suweg di halaman depan. Ada 4 tanaman suweg berukuran sedang tumbuh di antara 2 pohon yang besar, yaitu rambutan (Nephelium lappaceum) dan mangga.
Lalu, ketika diajak kader kesehatan berkunjung ke rumah warga bernama Suliyah di Dusun Krajan 1 RT 03 RW 01 Desa Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, saya melihat tanaman suweg yang ukurannya lebih besar. Ia tumbuh di dekat kandang mentok dan bebek.
Di kala kemarau, tanaman suweg jarang bisa ditemui. Akan tetapi manakala musim hujan datang, biasanya tanaman ini akan bermunculan. Tanaman ini mudah dikenali dengan kekhasan batangnya yang muncul bercak-bercak putihnya, mirip dengan kerabatnya yakni porang (Amorphophallus muelleri).
Tanaman suweg (Amorphophallus paeoniifolius) yang tumbuh di dekat kandang mentok di Dusun Krajan 1 RT 03 RW 01 Desa Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang |
Bedanya pada pola bercak putihnya yang terdapat dalam batang tanaman. Kalau suweg umumnya mempunyai bercak putih yang agak membentuk bulatan, sedangkan porang, pola bercaknya menyerupai bentuk ketupat.
Tanaman suweg memiliki nama ilmiah Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson. Nama genus Amorphophallus berasal dari bahasa Yunani Kuno dari gabungan kata “ἄμορϕος (amorfos)” (tanpa bentuk, cacat) dan “ϕαλλός (phallos)” (penis), mengacu pada bentuk spadix yang menonjol. Sedangkan, julukan khusus paeoniifolius berasal dari bahasa Latin dari kombinasi kata “paeonii” (mirip peony atau genus Paeonia) dan “folius” (daun, dedaunan) [
1Bihrmann’s CAUDICIFORMS. (n.d.). Amorphophallus paeoniifolius. Bihrmann. Retrieved December 11, 2024, from https://bihrmann.com/Caudiciforms/subs/amo-pae-sub.asp
].Spesies ini mula-mula dinamai dan dideskripsikan oleh seorang dokter dan ahli botani Jerman August Wilhelm Dennstedt (1776-1826) pada tahun 1818 sebagai Dracontium paeoniifolium, dan dipublikasikan dalam Schlüssel zum Hortus Indicus Malabaricus, oder dreifaches Register zu diesem Werke [
2Dennstedt, A.W. (1818). Schlüssel zum Hortus Indicus Malabaricus, oder dreifaches Register zu diesem Werke. Weimar: Verlage des Landes – Industrie – Com. Retrieved from https://babel.hathitrust.org/cgi/pt?id=hvd.32044106337504&seq=9
], atau Schlüssel Hortus Malab. 13 (21, 38) (1818).Daun suweg (Amorphophallus paeoniifolius) |
Kemudian pada tahun 1977, spesies Dracontium paeoniifolium direvisi dan diklasifikasikan ke dalam genus Amorphophallus oleh botaniwan Amerika Serikat Dan Henry Nicolson (1933-2016) menjadi Amorphophallus paeoniifolius, dan dipublikasikan dalam Proposal to Change the Typification of 723 Amorphophallus, nom. cons. (Araceae) [
3Nicolson, D. H. (1977). (429) Proposal to Change the Typification of 723 Amorphophallus, nom. cons. (Araceae). Taxon, 26(2/3), 337–338. https://doi.org/10.2307/1220579
], atau Taxon 26: 338 (1977).Selain nama ilmiah (scientific preferred name), Amorphophallus paeoniifolius juga mempunyai nama-nama umum (common names): elephant foot yam, elephant yam, telingo potato, voodoo lily, white-spot giant arum, whitespot giant arum (Inggris); Glockendickkolben, Elefantenkartoffel (Jerman); songe pâté, songe des mers du Sud (Prancis); suran (Spanyol); suranah (Sansekerta); ole (Nepal); nua chuong (Vietnam); buk khang (Thailand); loki, lokai, ular-ularan (Malaysia); suweg, ubi kekek, badur, iles-iles, walur (Indonesia); apon, apong-apong, pungapung (Tagalog); yóu bǐng mó yù (China); koniaku, konjac, konnyaku (Jepang).
Tanaman suweg (Amorphophallus paeoniifolius) termasuk dalam famili Araceae (suku talas-talasan), dan daerah asal spesies ini adalah Asia Tropis dan Subtropis hingga Australia, termasuk tanaman asli Indonesia. Ia gemar tumbuh terutama di bioma tropis yang kering secara musiman.
Batang suweg (Amorphophallus paeoniifolius) |
Amorphophallus paeoniifolius (suweg) merupakan geofit umbi-umbian. Umbi berukuran cukup besar, bentuk yang bulat cekung, kulit berwarna cokelat dengan bagian dalam berwarna putih kemerahan. Batangnya lunak, berbentuk silindris, berwarna hijau dengan bercak-bercak putih kecokelatan. Daunya berwarna hijau mengkilap, tunggal, menjari, tepi rata, ujung lancip, pangkal berlekuk, dan urat-uratnya menonjol di atas. Bunganya majemuk, bentuk bongkol, warna terang hampir gelap seperti merah keunguan. Buahnya beri dan bijinya bulat berwarna merah.
Tanaman suweg (Amorphophallus paeoniifolius) yang umumnya tumbuh di pekarangan rumah atau kebun, umbinya dapat dikonsumsi sebagai makanan dan sayuran. Selain itu, umbinya juga banyak digunakan dalam praktik etnomedisinal.
Umbi Amorphophallus paeoniifolius (suweg) dikonsumsi untuk mengobati wasir, sakit perut, dan sembelit serta sebagai obat perut oleh suku-suku di distrik Wayanad, Kerala, India. Umbinya mengandung fitokimia seperti β-sitosterol, lupeol, quercetin, asam galat, dan asam betulinic [
4Dey, Y. N., Sharma, G., Wanjari, M. M., Kumar, D., Lomash, V., & Jadhav, A. D. (2016). Beneficial effect of Amorphophallus paeoniifolius tuber on experimental ulcerative colitis in rats. Pharmaceutical Biology, 55(1), 53–62. https://doi.org/10.1080/13880209.2016.1226904
].Sementara itu, Fahadul Islam et. al. (2023) [
5Islam, F., Labib, R. K., Zehravi, M., Lami, M. S., Das, R., Singh, L. P., Mandhadi, J. R., Balan, P., Khan, J., Khan, S. L., Nainu, F., Nafady, M. H., Rab, S. O., Emran, T. B., & Wilairatana, P. (2023). Genus Amorphophallus: A Comprehensive Overview on Phytochemistry, Ethnomedicinal Uses, and Pharmacological Activities. Plants, 12(23), 3945. https://doi.org/10.3390/plants12233945
] dalam tabel 1 mengenai penggunaan etnomedisinal spesies utama Amorphophallus, menjelaskan bahwa dalam pengobatan tradisional di India, umbinya digunakan sebagai agen untuk antiinflamasi, antihemoroid, hemostatik, karminatif, ekspektoran, pencernaan, perut, pembuka selera, anthelmintik, afrodisiak, tonik hati, emmenagogue, wasir, peremajaan dan tonik, pendarahan, batuk, muntah. *** [121224]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar