Kota Batu di Jawa Timur selain dikenal sebagai kota yang berhawa sejuk juga memiliki spot wisata yang menarik. Salah satunya yang dikunjungi oleh anak wedok adalah Batu Night Spectacular (BNS), yang beralamatkan di Jalan Hayam Wuruk No. 1 Kelurahan Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur pada hari Jumat (27/12/2019). BNS ini laksana miniatur Dufan (Dunia Fantasi) yang berada di Ancol, Jakarta.
Selama tiga tahun bertugas di Kabupaten Malang, baru kali ini berkesempatan mengajak kedua anak wedok dan istri main ke Kota Batu. Berangkat dari Kepanjen selepas sholat Jumat, kami meluncur ke Kota Batu lewat Wagir dengan mobil Toyota Calya dengan nopol L 1593 KW warna merah milik teman kerja.
Foto: Wahana Jump Around |
Perjalanan nyantai memakan waktu sekitar dua jam dari Kepanjen. Sesampainya di Batu, kami menuju ke alun-alun Kota Wisata Batu. Mobil diparkir di halaman Masjid Agung An Nuur sebelah utara alun-alun. Karena masih sore, kuliner di sebelah barat alun-alun belum lengkap, sehingga kami mencari bakso yang lumayan enak yang berada di pojok perempatan, pertemuan antara Jalan Agus Salim dengan Jalan WR Supratman.
Sambil menuju tempat parkir mobil yang berjarak sekitar 400 meter dengan diiringi rintik hujan, kami berusaha mencari penginapan tapi sudah full booking semua. Maklum karena musim liburan sekolah dan menjelang tahun baru. Akhirnya kami pun berkeliling Kota Batu untuk mendapatkan penginapan. Alhasil, kami dapat penginapan di daerah Songgoriti, namanya Villa Swito Songgoriti. Kami diberi dua kamar dengan bangunan baru yang menghadap ke Jalan Arumdalu.
Foto: Wahana Rumah Kaca |
Istirahat sejenak sambil memasukkan tas yang ada di mobil ke dalam kamar. Lepas Maghrib, kami pun berangkat menuju ke BNS. Tiket masuk Rp 40.000,- dan yang terusan sebesar Rp 120.000,- Kedua anak wedok pesan tiket terusan, sedangkan saya dan istri memilih tiket yang bukan terusan.
Lewat pintu masuk dari belakang, pengunjung akan melalui area pasar malam dulu sebelum sampai ke wahana permainan anak di BNS. Di area itu terdapat sejumlah food court, night market, dan panggung hiburan yang berisi live music & dance.
Namun, kedua anak wedok memilih langsung berkeliling ke beberapa wahana yang ada di BNS. Gemerlap lampu atraksi di wahana tersebut menambah semarak BNS. Dimulai dengan wahana permainan kursi terbang, kedua anak wedok awalnya biasa saja akan tetapi setelah kursi terangkat ke atas, anak wedok yang bungsu menangis.
Foto: Wahana Kursi Terbang |
Kemudian kedua anak wedok beralih ke Disco Bumper Cars. Di sana si bungsu sudah bisa mulai bisa ketawa. Sekitar setengah jam di wahana itu, lalu pindah ke Sepeda Udara. Di wahana ini, kedua anak wedok harus mengantri ke stasiun sepeda udara yang letaknya ada di atas dekat dengan Lampion Garden.
Dengan sepeda udara ini, anak wedok akan menikmati gemerlap wahana BNS dari jalur rel yang berada di atas areal BNS. Saya dan istri cukup menunggu di kursi yang berada di depan rumah kaca. Adrenalin tua beda dengan adrenalin anak muda. Adrenalin wong tuwo cukup duduk sambil ngobrol saja, sedangkan adrenalin anak muda masih gemar tantangan dan petualangan.
Foto: Kid Zone |
Turun dari Sepeda Udara, kita semua masuk ke rumah kaca. Di sini episode lucu dimulai. Mengikuti labirin yang terbuat dari kaca semua, pengunjung sering tertipu. Banyak pengunjung yang berbenturan dengan kaca, dikiranya jalan tembus ternyata pengunjung terpental. Yang paling aman, berjalan seperti orang tua. Tangannya sambil meraba-raba.
Keluar dari rumah kaca, kedua anak wedok langsung menuju ke Cinema 4D. Saya dan istri kembali cari tempat duduk di Taman BNS menunggu kedua anak wedok lihat film empat dimensi. Dari Cinema 4D, kedua anak wedok bisa tersenyum. Berarti wahana itu membuat kedua anak wedok merasa senang.
Foto: Depan Rumah Kaca |
Dari Cinema 4D, kedua anak wedok penasaran dengan wahana Hunting Ghost. Kata kakaknya, si bungsu merem terus. Kemudian lanjut wahana yang berada di sampingnya, yaitu Witch Castle. Di sini orangtua agak kawatir tapi setelah keluar mereka merasa senang, kekawatiran itu akhirnya hilang juga. Betapa tidak? Kastil yang penuh para penyihir itu dikawatirkan asal menyihir saja, namun ternyata hanya bajunya saja yang menyerupai penyihir sedangkan lidinya tak bereaksi sihir.
Selepas Kastil Penyihir, si bungsu menuju ke Kid Zone. Di situ, si bungsu main prosotan. Saya, istri dan anak sulung mengawasi dari luar wahana tersebut.
Terakhir, kedua anak wedok bergabung kembali ke dalam wahana Jump Around. Di wahana ini, pengunjung akan diayun-ayun dari pelan hingga kencang. Lengkingan si bungsu mendominasi dalam wahana ini. Setelah selesai, kedua anak wedok merasa mual semua.
Tanpa terasa sudah malam. akhirnya kami undur diri dari BNS untuk berisitirahat di penginapan. Dalam perjalanan, singgah di pusat kuliner alun-alun Kota Batu untuk mengisi perut. Setelah itu baru menuju Hotel Songgoriti untuk melepas capek, dan mengisi tenaga untuk keesokan harinya. *** (271219)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar