Sabtu, Agustus 05, 2023

Pluchea indica, Tanaman Luntas Yang Beraroma Khas

  Budiarto Eko Kusumo       Sabtu, Agustus 05, 2023
Di sebelah utara Grajen Coffee Shop Kepanjen, tumbuh tanaman luntas dengan suburnya. Ia tumbuh berdampingan dengan tanaman bunga Batavia (Jatropha integerrima) dan temurui (Murraya koenigii).
Tanaman perdu kecil yang tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 2 m itu memiliki daun yang beraroma khas bila diremas atau disobek. Tanaman luntas berbau langu dan terasa getir. Kekhasan aroma ini menjadikan tanaman luntas banyak dikenal.
Di Indonesia, tanaman luntas mempunyai nama umum di berbagai daerah, seperti beluntas (Melayu), baruntas (Sunda), luntas (Jawa), baluntas (Madura), lamutasa (Makasar), dan lenabou (Pulau Timor).
Nama umum tanaman ini di Malaysia dan Indonesia sama, yaitu beluntas. Kuo bao ju (Tiongkok), cúc tần, lá lức (Vietnam), nat luat (Laos), pros anlok (Kamboja), khlu (Thailand), kalapini (Filipina), dan a’apu (Papua Nugini). Sedangkan, dalam bahasa Inggrisnya, tanaman luntas dikenal dengan Indian camphorweed, Indian fleabane atau Indian pluchea.

Tanaman Pluchea indica di sebelah utara Grajen Coffee Shop Kepanjen

Di dunia botani, tanaman luntas memiliki nama ilmiah Pluchea indica (L.) Less. Nama genus Pluchea disematkan untuk mengenang Noël-Antoine Pluche (1688–1761), seorang naturalis dan penulis karya sejarah alam populer Prancis.
Sementara, julukan khusus bagi spesies ini, indica, berasal dari kata Latin yang berarti India, tetapi juga berlaku untuk tumbuhan yang berasal dari seluruh Hindia Timur, mengacu pada satu lokasi dalam persebaran alami spesies ini [
1https://www.nparks.gov.sg/florafaunaweb/flora/5/0/5078
].
Konon, spesimen herbarium luntas yang menjadi koleksi The Royal Botanical Gardens Kew, Inggris, dikumpulkan oleh Thomas Walker Horsfield (1773-1859), seorang dokter dan naturalis berkebangsaan Amerika, dari Jawa, Indonesia [
2https://plants.jstor.org/stable/10.5555/al.ap.specimen.k000974680
].
Tumbuhan luntas awalnya dideskripsikan oleh Carolus Linnaeus (1707-1778), seorang ahli botani Swedia, pada tahun 1753 sebagai Baccharis indica. Lalu, dipindahkan ke dalam genus Pluchea oleh Christian Friedrich Lessing pada tahun 1831 dan meskipun telah dimasukkan ke dalam Conyza oleh beberapa penulis, saat ini tidak ada alternatif yang digunakan untuk Pluchea indica [
3Parker, C. (2022) ‘Pluchea indica (Indian camphorweed)’, CABI Compendium. CABI International. doi: 10.1079/cabicompendium.116400.
].

Daunnya berwarna hijau pucat dan bergerigi

Dalam Taxonomic literature: a selective guide to botanical publications and collections with dates, commentaries and types, Volume II: H-Le [
4Stafleu, Frans A. & Cowan, Richard S. (1979). Taxonomic literature : a selective guide to botanical publications and collections with dates, commentaries and types, Volume II: H-Le. Utrecht: Bohn, Scheltema & Holkema. Retrived from https://www.biodiversitylibrary.org/item/103253
] disebutkan bahwa Christian Friedrich Lessing (1809-1862) adalah seorang ahli botani Jerman yang lahir di Wartenburg, Polandia dan merupakan cucu seorang penyair. Ia menyelesaikan studi Ph.D di Berlin pada tahun 1832. Kemudian berkesempatan bepergian di Norwegia, Eropa, Asia, dan akhirnya menetap di di Krasnojarsk di Siberia, Rusia.
Tanaman luntas merupakan tanaman dari suku atau famili Asteraceae. Menurut laman Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT), tanaman luntas mempunyai batang berambut halus, dan daunnya berbentuk bulat telur, hijau muda, panjang 2-9 cm, ujung lancip, letak berseling, serta berbau khas. Bunganya majemuk, bentuk malai, keluar dari ketiak daun, bercabang-cabang, warna putih kekuningan. Buah kecil, keras, warna cokelat, biji cokelat keputih-putihan. Perbanyakan dengan biji atau stek.
Daun luntas yang muda bisa dilalap mentah, dikukus, atau direbus dan disantap sebagai urap (sayuran dengan kelapa parut yang dibumbui). Selain itu, dalam kajian etnobotani, tanaman luntas juga dikenal dalam sejumlah pengobatan tradisional.
Di Indonesia, infus/rebusan daun digunakan sebagai perangsang nafsu makan, antipiretik (penurun panas), melancarkan pencernaan, deodoran, larutan diare, antitusif (mengurangi gejala batuk), dan emolien (pelembut dan penenang kulit). Rebusan akar digunakan sebagai astringen (memampetkan darah) dan antipiretik [
5Ibrahim, S., Bagalagel, A.A., Diri, R.M., Noor, A., & Mohamed, G.(2022, May 25). Pharmacological Activities of Indian Camphorweed (Pluchea indica). In Encyclopedia. https://encyclopedia.pub/entry/23329
]. Daunnya dicampur dengan bahan lain menjadi tapal untuk bisul, koreng,dan linu [
6Chan, E.W., Ng, Y.K., Wong, S.K., & Chan, H.T. (2022). Pluchea indica: An updated review of its botany, uses, bioactive compounds and pharmacological properties. Pharmaceutical Sciences Asia. Retrieved from https://www.semanticscholar.org/paper/Pluchea-indica%3A-An-updated-review-of-its-botany%2C-Chan-Ng/cb4513a46dcec89ef48e4817e3d7e51d177b68a8
].

Tanaman Pluchea indica bergerombol dan cocok untuk tanaman pagar

Di Yogyakarta, Indonesia, daunnya digunakan sebagai galactagogue untuk memelihara, menginduksi, dan meningkatkan produksi ASI [
7Sumanth, M.; Narasimharaju, K. Evaluation of galactagogue activity of lactovedic: A polyherbal formulation. Int. J. Green Pharm. 2011, 5, 61–66
,
8NAHDI, MAIZER. (2016). The ethnobotany of medicinal plants in supporting the family health in Turgo, Yogyakarta, Indonesia. Biodiversitas, Journal of Biological Diversity. 17. 900-906. 10.13057/biodiv/d170268.
]. Di Lombok, daun luntas (Pluchea indica) direbus dan diminum untuk mengurangi panas (feverish) [
9Damayanti, R., Umami, S.S. & Suhirman. (2021). The ethnobotany study of medicinal plants in Lombok Island. Biota: Biologi dan Pendidikan Biologi, 14 (2). pp. 56-73. ISSN 2460-8483. Retrieved from https://biota.ac.id/index.php/jb/article/view/386
].
Pada suku Dayak Pesaguan, kelompok masyarakat asli yang mendiami wilayah Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, daun Pluchea indica dimanfaatkan untuk menghilangkan bau badan yang tidak sedap, menambah nafsu makan, dan mengatasi gangguan pencernaan [
10Due, R., & Marlina, R. (2013). Etnobotani tumbuhan obat Suku Dayak Pesaguan dan implementasinya dalam pembuatan flash card biodiversitas. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 3(2). Retrieved from https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/4616
].
Di Thailand, daun luntas dikeringkan dan ekstraknya telah tersedia secara komersial di toko-toko sebagai teh herbal karena berpotensi menurunkan glukosa darah [
11Widyawati, Paini Sri, Budianta, Tarsisius Dwi Wibawa, Gunawan, Dian Ivan and Wongso, Ribka Stefanie. (2015). Evaluation antidiabetic activity of various leaf extracts of Pluchea indica Less. International Journal of Pharmacognosy and Phytochemical Research, 7 (3). pp. 597-603. ISSN 0975-4873. Retrieved from http://repository.wima.ac.id/id/eprint/10686/
]. Teh daun banyak dikonsumsi di Thailand sebagai minuman penambah kesehatan. Namun, meminum teh ini dalam jumlah banyak meningkatkan rasa ingin buang air kecil karena efek diuretiknya [
12Pramanik, K. C., Biswas, R., Mitra, A., Bandyopadhyay, D., Mishra, M., & Chatterjee, T. K. (2007). Tissue culture of the plant Pluchea indica (L.) Less. and evaluation of diuretic potential of its leaves. Oriental Pharmacy and Experimental Medicine, 7(2), 197–204. https://doi.org/10.3742/OPEM.2007.7.2.197. Retrieved from https://www.academia.edu/8912116/Tissue_culture_of_the_plant_Pluchea_indica_L_Less_and_evaluation_of_diuretic_potential_of_its_leaves
].
Tanaman luntas (Indian camphorweed) memiliki banyak kandungan senyawa kimia, yaitu mengandung flavonoid, tanin dan minyak atsiri. Berdasarkan beberapa penelitian diketahui tanaman luntas memiliki aktivitas farmakologi seperti antimikroba, antidiabetes, antioksidan, antiinflamasi dan analgesic serta penyembuh luka maupun penetral racun. *** [050823]


logoblog

Thanks for reading Pluchea indica, Tanaman Luntas Yang Beraroma Khas

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog