Matahari menjelang siang yang mulai menyengat, menemani langkah saya di halaman rumah Ibu Sunarni, pemilik usaha “Dua Putri Laundry” di Dusun Krajan 2, Desa Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, pada Senin (13/10).
Niat awal adalah mengabadikan keindahan bunga sangketan yang tumbuh liar di bahwa pohon rambutan (Nephelium lappaceum). Dengan rimbunnya bunga kecil berwarna putih keunguan yang menjadi magnet bagi berbagai serangga. Namun, hari itu, nasib baik sungguh berpihak. Di balik lensa kamera HP Redmi Note 14 Pro, sebuah keajaiban kecil tengah terjadi.
Seekor lebah mungil, dengan tekun mengisap sari manis dari setiap kuntum bunga sangketan (Heliotropium indicum). Ia bukan lebah madu biasa yang kita kenal. Tubuhnya yang gelap memantulkan kilau metalik kebiruan dan kehijauan saat diterpa sinar matahari, bagai permata hidup yang sedang berpesta.
![]() |
| Ceratina collusor sedang menghisap sari bunga sangketan (Heliotropium indicum) |
Beberapa bercak kuning menghiasi wajah, dada, dan kakinya, menambah kesan anggun pada penampilannya yang kompak. Inilah Ceratina collusor, si "lebah tukang kayu kecil" yang jarang disadari kehadirannya, namun memainkan peran vital dalam keseimbangan alam.
Keberadaan saya sangat beruntung pada saat berkunjung ke rumah Ibu Sunarni itu. Tidak hanya sekadar memotret tumbuhan sangketan, tetapi juga menyaksikan langsung salah satu penyerbuk ulung yang sering luput dari perhatian.
Sambil bergerak lincah dari satu bunga ke bunga lainnya, ia tanpa sadar menjadi duta penyerbukan bagi tanaman sangketan, memastikan kelangsungan hidup generasi berikutnya.
![]() |
| Ceratina collusor berpindah dari kelopak yang satu ke kelopak bunga yang lain untuk menghisap sarinya |
Secara ilmiah, perjumpaan ini memiliki cerita yang panjang. Spesies ini pertama kali dideskripsikan pada tahun 1919 oleh ahli entomologi Amerika Serikat Theodore Dru Alison Cockerell (1866-1948). Ia termasuk dalam genus Ceratina, yang merupakan satu-satunya garis keturunan dalam suku Ceratinini dan berkerabat dekat dengan lebah tukang kayu yang lebih besar.
Berbeda dengan lebah madu yang hidup dalam koloni, sebagian besar Ceratina adalah lebah soliter yang tidak menghasilkan madu. Meski demikian, nilai mereka sebagai penyerbuk bagi tanaman pangan dan tanaman liar sama pentingnya.
Nama Ceratina collusor sendiri menyimpan makna yang menarik. Nama genusnya, Ceratina, berasal dari bahasa Yunani “keras” yang berarti "tanduk". Ini merujuk pada tonjolan mirip tanduk yang dimiliki beberapa spesies dalam genus ini. Sementara julukan spesifiknya, collusor, berasal dari bahasa Latin yang berarti "penipu" atau "orang yang suka menipu".
![]() |
| Ceratina collusor menuju ke kelopak bunga sangketan yang bawah |
Mengapa disebut "penipu"? Apakah karena penampilannya yang metalik dan anggun itu menutupi sifatnya yang ganas? Ternyata tidak. Kemungkinan besar, nama ini merujuk pada kemiripannya dengan spesies lebah lain atau kemampuannya dalam menipu musuh, sebuah strategi bertahan hidup di dunia serangga yang keras.
Namun, bagi mata yang beruntung menyaksikannya, seperti saya menjelang siang itu, ia bukanlah penipu, melainkan anugerah. Sebuah permata kecil yang bekerja keras, menjaga ritme alam tetap berdetak di antara tumpukan baju dan suara mesin cuci.
Jadi, lain kali ketika Anda melihat sekuntum bunga, luangkan waktu sejenak. Perhatikanlah lebih dekat. Bisa jadi, Anda sedang diawasi oleh "sang penipu" yang ramah, Ceratina collusor, sang penjaga biodiversitas yang setia. *** [181025]




Tidak ada komentar:
Posting Komentar