Sebagai orangtua, Anda mungkin pernah mengalami anaknya rewel. Tentu saja Anda tidak menginginkan hal ini terjadi pada anaknya. Terkadang kita benar-benar bingung memikirkan mengapa anak kita jadi rewel?
Sebuah jawaban yang indah diberikan oleh Herbert Spencer bahwa “Ibu, ketika anak-anakmu mudah tersinggung, jangan membuatnya lebih marah dengan memarahi dan mencari-cari kesalahan, tetapi perbaiki sifat mudah marah mereka dengan sifat baik dan kegembiraan. Lekas marah berasal dari kesalahan dalam makanan, udara yang buruk, terlalu sedikit tidur, kebutuhan untuk mengubah suasana dan lingkungan; dari kurungan di kamar tertutup, dan kurangnya sinar matahari ” (Mother, when your children are irritable, do not make them more so by scolding and fault-finding, but correct their irritability by good nature and mirthfulness. Irritability comes from errors in food, bad air, too little sleep, a necessity for change of scene and surroundings; from confinement in close rooms, and lack of sunshine).
Menurut Herbert Spencer, kebenaran selalu berasal dari benturan pikiran yang berbeda! Harus ada persahabatan antara orangtua dan anak. Akibatnya hubungan antara orangtua dan anak menjadi sangat positif secara alami. Hal itu lebih dapat dipercaya.
Herbert Spencer adalah salah seorang filsuf dan pemikir teori liberal klasik terkemuka di dunia. Ia lahir di Derbyshire, Midlands, Inggris, pada 27 April 1820 dan meninggal di Brighton, Sussex, Inggris, pada 8 Desember 1903.
Nama Herbert Spencer dikenal oleh masyarakat dunia karena karya-karyanya. Sepanjang hidupnya, filsuf asal Inggris ini telah melahirkan beberapa karya, di antaranya Social Statistics (1850), Principles of Psychology (1855), Principles of Biology (1861 dan 1864), First Principles (1862), The Study of Sociology (1873), Principles of Sociology (1877), Descriptive Sociology (1878), dan Principles of Ethics (1893).
Tak hanya itu, Herbet Spencer juga banyak menyelipkan kata-kata bijak yang bisa dijadikan inspirasi. Salah satunya adalah yang dicomot untuk menjadi judul dalam tulisan ini. Namun saking panjangnya, kutipan ujaran (quote) Herbert Spencer terpaksa dipenggal seperti di atas.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa lekas marah (irritability) memberikan dampak yang kurang baik kepada anak. Iritabilitas atau lekas marah didefinisikan sebagai suasana hati atau keadaan di mana seseorang memiliki kecenderungan tinggi untuk menanggapi frustasi, bahkan yang kecil, dengan kemarahan yang berlebihan mengingat apa yang mungkin diharapkan dalam situasi tersebut (Guy Winch, 2021, dalam ideas.ted.com).
Suasana hati yang mudah tersinggung sering terjadi pada anak-anak. Oleh karena itu, mengelola masalah perilaku dini pada anak-anak yang mudah tersinggung sangat diperlukan oleh para orangtua (Mulraney, dkk., 2017, https://doi.org/10.1177/0004867416659365).
Orangtua perlu mengenali hal-hal yang menyebabkan anak lekas marah. Kalau dalam ujaran Herbert Spencer dikatakan bahwa iritabilitas berasal dari kesalahan dalam makanan, udara yang buruk, terlalu sedikit tidur, kebutuhan untuk mengubah suasana dan lingkungan; dari kurungan di kamar tertutup, dan kurangnya sinar matahari.
Kesalahan dalam makanan (errors in food)
Sebuah penelitian terhadap anak-anak berusia 9-16 tahun di South Carolina menemukan bahwa anak-anak menunjukkan kesadaran kognitif, emosional dan fisik dari kerawanan pangan rumah tangga, dengan kesadaran emosional yang ditandai dengan perasaan khawatir, sedih, dan marah (Maryah Stella Fram, dkk., 2017, doi: 10.3945/jn.110.135988).
Udara yang buruk (bad air)
Dalam sebuah artikel di rubrik Health pada Hindustan Times (28/12/2017), yang berjudul “Moms-to-be, beware. Exposure to air pollution can lead to birth defects, low IQ in kids”, Dr Praveen Gupta, Direktur Neurologi, Fortis Gurgaon, mengatakan, “Dengan skenario saat ini, situasinya semakin buruk. Polusi udara memiliki efek buruk pada anak-anak - menyebabkan lekas marah, mati lemas, penurunan perhatian dan konsentrasi yang menyebabkan kinerja yang buruk. Polutan melalui darah mereka mengalir ke berbagai bagian tubuh termasuk otak, yang menyebabkan penurunan tingkat IQ dan masalah terkait lainnya.”
Terlalu sedikit tidur (too little sleep)
Dilansir dari About Kids Health, sebuah artikel berjudul “Sleep: Benefits and recommended amounts” (13 April 2020) menjelaskan bahwa tidak cukup tidur setiap malam dapat memiliki konsekuensi negatif bagi anak Anda. Ini tidak selalu dapat dihapus dengan tidur ekstra malam berikutnya. Seiring waktu, tidak cukup tidur berkualitas setiap malam dapat menghasilkan berbagai gejala perilaku, kognitif (mental) dan emosional.
Di artikel itu, pada gejala emosional (emotional symptoms) bisa berwujud dalam peningkatan kemurungan dan lekas marah (increased moodiness and irritability), impulsif (impulsivity) dan stres sepanjang hari (stress throughout the day).
Kebutuhan untuk mengubah suasana dan lingkungan (a necessity for change of scene and surroundings)
Sementara itu, pada artikel dengan judul “Challenging behaviour-school-aged-children” yang muncul di laman The Royal Children’s Hospital Melbourne: A great children’s hospital, leading the way (Oktober 2018) dijelaskan perihal apa yang menyebabkan perilaku menantang pada anak. Terkadang, perilaku menantang yang berkelanjutan dapat mengindikasikan masalah kesehatan lainnya, terutama jika hal itu mempengaruhi kemampuan anak Anda untuk mengatasi kehidupan sehari-hari.
Penting juga mempertimbangkan situasi atau lingkungan mereka saat ini dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi mereka, seperti adanya perubahan suasana dan lingkungan dalam keluarga itu sendiri.
Kurungan di kamar tertutup (confinement in close rooms)
Pada artikelnya, Why Time-Outs Need a Time Out: Children respond just as poorly to a timeout as they do to physical punishment, yang terbit di laman Psychology Today (25 Juni 2016), berisi perihal benarkah langkah orangtua memberi hukuman mengurung anak?
Secara psikologis, memberi hukuman mengurung anak sebenarnya bukanlah hal yang tempat untuk dilakukan orangtua. Mary C. Lamia, Ph.D, seorang psikolog klinis di Marin County California mengatakan, dengan mengurung anak di kamar, orangtua akan sulit mengarahkan kembali atau membantu anak memahami tentang kesalahannya.
Kurangnya sinar mentari (lack of sunshine)
Artikel “Sunlight for ADHD? What the Science Says” yang terbit di situs chadd.org pada 23 Agustus 2018, membahas studi yang membawa anak-anak terdiagnosis ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder) ke lingkungan alami (taman dan lingkungan hijau lainnya) dan lingkungan buatan atau dalam ruangan untuk kegiatan sepulang sekolah dan akhir pekan.
Anak-anak semua berpartisipasi dalam kegiatan serupa, terlepas dari pengaturannya. Pada akhir penelitian, anak-anak di lingkungan alami, atau hijau, tampaknya telah mengurangi gejala ADHD, termasuk penurunan kurangnya perhatian dan hiperaktif.
Mengacu kembali ke ritme srikadian dan siklus tidur/bangun, Eugene Arnold, MD, seorang psikiater dan ahli ADHD di The Ohio State University Wexner Medical Center’s Nisonger Center, mencatat bahwa gejala ADHD berupa lekas marah, impulsif, dan kurangnya perhatian juga terkait dengan kurangnya tidur yang memulihkan.
Anak-anak, katanya, yang mengalami kurang tidur pada 10 atau 20 tahun lalu, terkait dengan elektronik dan gaya hidup keluarga. Paparan sinar matahari membantu mengatur siklus tidur/bangun dan membantu anak-anak untuk tidur lebih baik – umumnya mengurangi iritabilitas dan perilaku impulsif dan lalai. *** [271221]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar