Sabtu, September 10, 2022

Penyakit Mental Bukanlah Hal Yang Memalukan, Tapi Stigma dan Prasangka Mempermalukan Kita Semua

  Budiarto Eko Kusumo       Sabtu, September 10, 2022
Mental illness is nothing to be ashamed of, but stigma and prejudice shame us all -William J. Clinton (Ilustrasi gambar: Photo via Unsplash By Mattew Ball)

Penyakit mental (mental illness) adalah kondisi kesehatan yang melibatkan perubahan emosi, pemikiran atau perilaku (atau kombinasi dari semuanya). Penyakit mental berhubungan dengan distres dan/atau masalah yang berfungsi dalam aktivitas sosial, pekerjaan atau keluarga. Dalam beberapa literatur ada juga yang menyebut mental illness dengan gangguan mental atau jiwa.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan tingkat prevalensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia cukup tinggi, dan meningkat akibat pandemi COVID-19. Data menunjukkan 20 persen populasi berpotensi mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa dan perlu mendapatkan pelayanan kesehatan mental di seluruh fasilitas kesehatan. [
1https://www.voaindonesia.com/a/kemenkes-gangguan-jiwa-meningkat-akibat-pandemi/6259880.html
]


Mereka yang memiliki penyakit mental tidak boleh malu dengan kondisi mereka, karena gangguan jiwa dapat mengenai siapa saja dengan tingkatan ringan sampai sangat berat.  Dikatakan 1 dari 4 orang memiliki risiko untuk terkena gangguan jiwa untuk semua tingkatan usia dari berbagai latar belakang kehidupan.
Penyakit mental bukanlah hal yang memalukan. Ini adalah masalah medis, seperti penyakit jantung atau diabetes. Mereka yang bisa diobati, sebagian besar individu dengan penyakit mental terus berfungsi dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Mereka membutuhkan dukungan dari lingkungan, seperti keluarga, teman, dan masyarakat, untuk mendapatkan kesembuhan dan kembali normal. Dukungan lingkungan tersebut bagian dari program Primary Group Support atau kelompok sosialisasi manusia, yang mendukung berbagai upaya penyembuhannya.


Tidak hanya ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa), akan tetapi ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan) juga membutuhkan dukungan serupa. ODGJ adalah orang yang didiagnosis mengalami gangguan pada kejiwaannya, sedangkan ODMK adalah orang yang rentan mengalami gangguan kejiwaan dengan penampakan gejala-gejala masalah kejiwaan.
Banyak orang yang memiliki penyakit mental tidak mau membicarakannya. Salah satu di antara banyak faktor yang menghambat ODGJ dan ODMK enggan mencari pertolongan adalah stigma dan diskriminasi masyarakat. Sikap keluarga dan masyarakat yang masih menganggap sebagai aib keluarga apabila salah seorang anggota keluarganya menderita ODGJ seperti skizofrenia seringkali membuat penderita disembunyikan, dikucilkan, bahkan sampai di pasung.
William Jefferson Clinton, menyindirnya melalui ujaran yang kerap menjadi kutipan, yang berbunyi, “Penyakit mental bukanlah hal yang memalukan, tapi stigma dan prasangka mempermalukan kita semua” (Mental illness is nothing to be ashamed of, but stigma and prejudice shame us all). [
2https://www.newsdelivers.com/2021/10/25/75-words-of-wisdom-about-mental-health-keep-negative-thoughts-away/
]


William Jefferson Clinton adalah seorang politikus Amerika dari Arkansas yang menjabat sebagai Presiden Serikat ke-42 (1993-2001), yang lebih dikenal dengan Bill Clinton. Terlahir dengan nama asli William Jefferson Blythe III pada 19 Agustus 1945 di Hope, Arkansas, AS.
Erving Goffman, sosiolog kelahiran Kanada, dalam bukunya, Stigma: Notes on the Management of Spoiled Identity (1963), menjelaskan bahwa stigma adalah pandangan ke dalam dunia orang-orang yang dianggap tidak normal oleh masyarakat. Orang yang terstigmatisasi adalah mereka yang tidak memiliki penerimaan sosial penuh dan terus-menerus berusaha untuk menyesuaikan identitas sosial mereka: orang cacat fisik, pasien gangguan jiwa, pecandu narkoba, pelacur, dan lain-lain. [
3Crossman, Ashley. (2020, August 28). Stigma: Notes on the Management of Spoiled Identity. Retrieved from https://www.thoughtco.com/stigma-notes-on-the-management-of-spoiled-identity-3026757
]
Stigma Goffman ini ditandai sebagai karakteristik atau atribut yang membuat seseorang direndahkan, dinodai, atau dianggap memalukan atau diskreditkan. Stigma menggambarkan  “situasi individu yang didiskualifikasi dari penerimaan sosial penuh." Sehingga stigma kesehatan mental ini sering dianggap sebagai aib, ketidaksetujuan, atau pendiskreditan sosial individu dengan masalah kesehatan mental. [
4Fitzpatrick M. (2008). Stigma. The British journal of general practice : the journal of the Royal College of General Practitioners, 58(549), 294. https://doi.org/10.3399/bjgp08X280092
]


Kutipan (quote) Bill Clinton ini memang menggambarkan situasi yang banyak dijumpai di tengah-tengah masyarakat, terutama di negara-negara berkembang. Di Indonesia, pengalaman stigma di antara pasien gangguan jiwa kian waktu semakin meluas dan berdampak negatif terhadap penggunaan layanan kesehatan jiwa. Hal ini karena akibat dari pemahaman umum yang salah tentang penyakit mental.
Stigma juga dapat menghalangi keluarga untuk bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya. Selain itu, orang lain mungkin menyalahkan anggota keluarga atas penyakit orang tersebut, yang berarti pasien mengalami perasaan malu dan bersalah lebih lanjut. [
5Subu, M.A., Wati, D.F., Netrida, N. et al. Types of stigma experienced by patients with mental illness and mental health nurses in Indonesia: a qualitative content analysis. Int J Ment Health Syst 15, 77 (2021). https://doi.org/10.1186/s13033-021-00502-x
]
Melihat itu semua, intervensi dan edukasi tentang kesehatan mental terhadap keluarga dan masyarakat di lingkungan pasien ODGJ/ODMK sangatlah penting.


Intervensi dan edukasi yang dijalankan dengan berkesinambungan, lambat laut akan mengubah persepsi keluarga maupun masyarakat mengenai kesehatan mental yang sesungguhnya. Hal ini tentunya akan mengurangi atau bahkan meniadakan stigma kesehatan mental yang berkembang selama ini. Keluarga dan masyarakat akan menjadi sadar bahwa gangguan mental/jiwa itu bukanlah sebuah aib atau kutukan, melainkan hanya masalah medis.
Sebaliknya, bila intervensi maupun edukasi tidak disegerakan maka kutipan Bill Clinton ini akan terngiang terus: “Penyakit mental bukanlah hal yang memalukan, tapi stigma dan prasangka mempermalukan kita semua.” *** [100922]


logoblog

Thanks for reading Penyakit Mental Bukanlah Hal Yang Memalukan, Tapi Stigma dan Prasangka Mempermalukan Kita Semua

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog