An archaeologist is the best husband any woman can have; the older she gets, the more interested he is in her (Ilustrasi gambar: Photo via Unsplash By Andrea De Santis) |
Judul di atas merupakan ujaran yang sering dikutip Agatha Christie dalam obrolan biasa dengan teman-temannya. Agatha Christie adalah penulis buku terlaris sepanjang masa. Dia terkenal karena 66 novel dan 14 koleksi cerpen serta drama terlama di dunia – The Mousetrap. Buku-bukunya telah terjual lebih dari satu miliar eksemplar dalam bahasa Inggris dan satu miliar dalam terjemahan. [
1https://www.agathachristie.com/about-christie#discover-more
]Agatha Christie lahir pada 15 September 1890 dengan nama lengkap Agatha Mary Clarissa Miller di Torquay, Devon, Inggris Barat Daya, dalam keluarga kelas menengah yang nyaman. Ia anak bungsu dari tiga bersaudara. Keluarga Miller memiliki dua anak lain: Margaret Frary Miller (1879–1950), bernama Madge, yang sebelas tahun lebih tua dari Agatha, dan Louis Montant Miller (1880–1929), bernama Monty, sepuluh tahun lebih tua dari Agatha. [
2https://www.goodreads.com/author/show/123715.Agatha_Christie
]Ujaran yang sering disitir Agatha Christie ini bukan tanpa alasan. Arkeologi menjadi penting dalam kehidupan Agatha Christie dan suami keduanya, Sir Max Edgar Lucien Mallowen (Max Mallowen). Agatha menikah untuk kedua kalinya pada tahun 1930 setelah menjanda selama dua tahun dari pernikahan pertamanya dengan Archie Christie, seorang penerbang yang kemudian tergoda dengan teman golfnya, Nancy Neela.
Suami kedua Agatha Christie, adalah seorang arkeolog. Kecintaannya pada arkeologi, yang membawa Max Mallowen dan istrinya melintasi Afrika Utara maupun Timur Tengah, sejajar dengan kebanggannya yang nyata pada kejeniusan sastra Agatha.
Baca juga: Menuju Museum Berkelas Dunia
Selama pernikahan pertamanya, Agatha hanya menerbitkan enam novel, kumpulan cerpen, dan sejumlah cerpen, dan sejumlah cerpen di majalah. Kemudian setelah menikah untuk kedua kalinya, kemampuan menulis Agatha maju pesat, karena mereka merasa bahagia dalam pernikahannya. Karya-karya Agatha Christie menampilkan lebih dari dua puluh karakter yang merupakan arkeolog.
Kisah-kisah yang melibatkan penggalian arkeologis, di antaranya The Adventure of the Egyptian Tomb (1923), Murder in Mesopotamia (1936), Appointment with Death (1938), dan They Came to Baghdad (1951). [
3https://agathachristie.fandom.com/wiki/Archaeology
]Tak hanya itu saja, di sebuah pesta, seorang tamu yang penasaran bertanya apakah orang yang imajinatif seperti itu pantas menikah dengan seorang mahasiswa barang antik. Ledekan tamu terhadap Agatha Christie, penulis masyhur yang mau menikah dengan Max Mallowen, yang kala menikah masih berumur 25 tahun (saat masih magang menjadi arkeolog), sementara Agatha Christie sudah berumur 40 tahun.
“Seorang arkeolog,” Agatha Christie berkata dengan yakin, “adalah suami terbaik yang bisa didapatkan oleh wanita mana pun. Pertimbangkan saja: Semakin tua dia, semakin tertarik padanya/mencintainya.”
Baca juga: Eugene Dubois
Ujaran itu sebenarnya hanya merupakan seloroh. Agatha Christie menggunakan kelakar sindiran itu, tetapi dia melakukannya secara pribadi dengan teman-temannya. Dia tidak senang ketika kutipan itu menjadi publik, dan akhirnya dia memutuskan untuk menyangkal bahwa kata-kata itu miliknya, setiap ia dijumpai pemburu berita dari berbagai media.
Kendati Agatha Christie bersendau gurau dengan teman-temannya dengan kutipan ini, akan tetapi menurut laman Quote Investigator, kutipan tersebut masih menyimpan tanda tanya siapa pencetus sesungguhnya. Selain Agatha Christie, sejumlah pakar kutipan, menjumpai orang yang pernah melontarkan hal serupa, seperti Alec de Montmorency maupun Sam Farver. [
4https://quoteinvestigator.com/2016/07/12/husband/
]Terlepas dari misterinya, kutipan (quote): “Seorang arkeolog adalah suami yang paling baik, karena semakin tua istrinya, semakin ia mencintainya” (An archaeologist is the best husband any woman can have; the older she gets, the more interested he is in her) [
5https://jagokata.com/kata-bijak/kata-tua.html?page=3
] ini, terkait dengan tanggapan terhadap fenomena pada saat itu.Ada dua fenomena yang kira-kira melatarbelakangi penggunaan kutipan tersebut. Pertama, pada kenyataannya, Agatha Christie yang 15 tahun lebih tua menikahi pria berumur 25 tahun. Istilah gaulnya, dapat berondong, pria muda tampan berusia antara 20-30 tahun, dan yang kedua menunjuk pada eksistensi suaminya yang seorang arkeolog.
Baca juga: SANGIRAN : The Homeland of Java Man
Arkeolog adalah orang yang mempelajari sejarah dan prasejarah manusia, dan juga mencoba memahami dan mengembangkan teori interpretatif tentang komunitas masa lalu. Mereka melakukan ini melalui penggalian situs arkeologi dan analisis bahan arkeologi atau sisa-sisa fisik lainnya. [
6https://archaeologists-notebook.icarehb.com/2021/06/30/what-is-an-archaeologist-anyway/
]Kegemarannya melakukan ekskavasi untuk menemukan benda-benda purbakala yang acap diibaratkan seorang arkeolog suka artefak, yang umurnya bisa ratusan hingga ribuan tahun. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa arkeolog menyenangi hal-hal yang tua.
Dari kegemarannya itulah, Agatha Christie mengumpamakan rasa saling sayang mereka dengan kutipan yang sedikit berbau anekdot itu, bahwa Max Mallowen, suami keduanya itu seorang arkeolog, yang tentu didasarkan pada kebiasaanya suka mengumpulkan artefak yang nota bene barang-barang kuno/berumur tua, maka Agatha Christie tidak khawatir biar pun umurnya lebih tua dari suaminya, karena semakin tua istrinya maka ia akan semakin mencintainya.
Dan kebetulan, pernikahan mereka cukup bahagia di tahun-tahun awal dan tetap demikian sampai kematian Agatha Christie pada tahun 1976. *** [060922]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar