Kamis, Agustus 03, 2023

Oecophylla smaragdina, Semut Rangrang Yang Gemar Bikin Sarang

  Budiarto Eko Kusumo       Kamis, Agustus 03, 2023
Di rerimbunan tanaman yang berada di Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) Perum Griya Permata Alam (GPA) di Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, terlihat banyak serangga bercokol.
Saat mendampingi dua peneliti dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) mengunjungi TPAS GPA dua bulan yang lalu, saya melihat banyak serangga hinggap di tanaman yang berada di sebelah utara tumpukan sampah. Salah satunya adalah semut merah.
Semut merah juga dikenal dengan sebutan semut rangrang. Orang Sunda bilang kerangga, dan orang di daerah saya, Solo, menamai semut ngangkrang. Dalam bahasa Inggrisnya, semut rangrang ini dikenal dengan weaver ant, dan orang Belanda mengenali sebagai groene wevermier.
Semut rangrang merupakan serangga dalam ordo Hymenoptera dan famili Formicidae yang tersebar dari anak benua India, Asia Tenggara hingga Australia. Nama ilmiah dari semut rangrang adalah Oecophylla smaragdina (Fabricius, 1775) dalam dunia fauna.

Oecophylla smaragdina di atas daun sukupan (Triumfetta rhomboidea) di TPA GPA Karangploso, Kabupaten Malang

Nama genus Oecophylla berasal dari bahasa Yunani dari kombinasi kata “oikos” (rumah) dan “phyllon” (daun). Hal ini mengacu pada hidup semut rangrang yang gemar bersarang di daun. Sedangkan, nama spesiesnya, smaragdina, berasal dari bahasa Latin dari kata “smaragdus” atau dari bahasa Yunani dari kata “smaragdos”. Kedua kata itu berarti “zamrud” [
1Venturini, G. (Text) & Beltramini, M. (English translation). Oecophylla smaragdina. Retrieved from https://www.monaconatureencyclopedia.com/oecophylla-smaragdina/?lang=en
], yang merujuk pada perutnya yang berwarna hijau. 
Meski kebanyakan yang dijumpai di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, memiliki perut berwarna merah. Seperti yang saya jumpai di TPA GPA, semut rangrang yang sedang berada di tanaman sukupan (Triumfetta rhomboidea Jacq.), perut (metasoma) tidak berwarna hijau tapi oranye kemerah-merahan.
Deskripsi asli mengenai spesies Oecophylla smaragdina diterbitkan pada tahun 1775 sebagai Formica smaragdina dalam Systema Entomologiae, sistens insectorum classes, ordines, genera, species, adiectis synonymis, locis, descriptionibus, observationibus. Kortii : Flensburgi et Lipsiae xxvii. 832 pp., oleh Johann Christian Fabricius (1745-1808) [
2Systema Entomologiae, sistens insectorum classes, ordines, genera, species, adiectis synonymis, locis, descriptionibus, observationibus. Kortii : Flensburgi et Lipsiae xxvii. 832 pp. Available from https://ia902803.us.archive.org/31/items/cbarchive_125604_formicasmaragdinafabricius17751775/formicasmaragdinafabricius17751775.pdf
].
Johann Christian Fabricius aadalah seorang ahli entomologi Denmark yang dikenal karena penelitian taksonominya yang ekstensif berdasarkan struktur bagian mulut serangga ketimbang sayapnya. Dia juga memajukan proposisi teoritis yang progresif pada masanya, terutama pandangannya bahwa spesies dan varietas baru dapat muncul melalui hibridisasi dan pengaruh lingkungan pada struktur dan fungsi anatomi [
3Britannica, T. Editors of Encyclopaedia (2023, February 27). Johann Christian Fabricius. Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/biography/Johann-Christian-Fabricius
].

Metasoma (perut) Oecophylla smaragdina yang ada di Indonesia berwarna oranye kemerah-merahan

Semut rangrang merupakan serangga sosial sejati dan kehidupan koloninya sangat tergantung pada keberadaan pohon. Ia membuat sarang di bagian tajuk pohon. Sarang dibentuk dari anyaman beberapa helai daun muda dengan menggunakan sutera yang dikeluarkan dari mulut larva.
Sewaktu saya masih duduk di bangku SD, di rumah nenek di Solo, semut rangrang suka membikin sarang pada pohon mangga, sawo, kelengkeng, dan randu. Sarang bersifat polydomous, artinya satu koloni mendiami banyak sarang dalam satu pohon atau dalam pohon yang berbeda. Dalam satu sarang ditemukan ratusan sampai ribuan semut pekerja.
Semut rangrang bukan sembarang semut. Mereka unik dan berbeda dari jenis semut lainnya. Semut rangrang bersifat predator dan agresif. Manusia telah menggunakan semut rangrang sebagai agen pengendali hayati dalam perkebunan berabad-abad yang lalu.
Tercatat, sekitar tahun 300 Masehi di Canton (China), semut ini dipakai untuk mengusir hama pada tanaman jeruk. Orang mengambil sarang-sarang semut ini dari hutan, memperjualbelikan, lalu meletakkannya di pohon-pohon jeruk jenis unggul. Teknik yang sama tetap dilakukan sampai abad ke-12, dan masih diterapkan di selatan China sampai saat ini [
4S. Djoewari. (2009). Mengenal Serangga Di Sekitar Kita. Semarang: PT. Bengawan Ilmu. Available from: https://books.google.co.id/books?id=rmr-DwAAQBAJ&pg=PA56&hl=id&source=gbs_selected_pages&cad=2#v=onepage&q&f=false
].

Oecophylla smaragdina dikenal sebagai semut predator dan agresif

Semut rangrang (Oecophylla smaragdina), menurut survei yang dilakukan oleh Subhrakanta Jena et. al (2020), dapat memakan setiap kategori makanan tetapi makanan yang paling disukai adalah buah-buahan manis. Kemampuan omnivora, sifat defensif yang tinggi dan dominasi terhadap mangsanya membuat spesies ini lebih efisien untuk melindungi tanaman inangnya [
5Jena, S. (2020). Traditional Value of Red Weaver Ant (Oecophylla smaragdina) as Food and Medicine in Mayurbhanj District of Odisha, India. International Journal for Research in Applied Science and Engineering Technology, 8(5), 936–946. https://doi.org/10.22214/IJRASET.2020.5148
].
Semut rangrang juga dapat melindungi kebun dari serangan hama dan penyakit. Semut ini dapat mengganggu, menghalangi atau memangsa berbagai jenis hama seperti kutu kebul, kepik, ulat pemakan daun, dan serangga pemakan buah.
Populasi semut rangrang yang tinggi dapat mengurangi permasalahan hama tungau, hama penggorok daun maupun hama lainnya. Namun ironisnya, jumlah populasi semut rangrang (weaver ant) setiap tahun memperlihatkan trend menurun.
Hal tersebut, kata Nicolas Césard dalam chapter 4: Harvesting and commercialisation of kroto (Oecophylla smaragdina) in the Malingping area, West Java, Indonesia (2004) [
6Césard, N. 2004: Harvesting and commercialisation of kroto (Oecophylla smaragdina) in the Malingping area, West Java, Indonesia. In: Kusters, K. & Belcher, B. (Eds.): Forest products, livelihoods and conservation. Case studies of non-timber forest product systems. Center for International Forestry Research, Jakarta, pp. 61-78. (http://horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-03/010043524.pdf)
], dikarenakan beralihnya fungsi lahan yang menyebabkan menghilangnya tanaman inang (hostplant) semut rangrang, dan menjadi objek perburuan bahkan diekploitasi secara besar-besaran. Telur, larva dan pupa (kroto) adalah yang umummnya sering dimanfaatkan. Kroto biasanya digunakan sebagak pakan burung, umpan memancing ikan, serta untuk pakan ayam karena diyakini dapat mempercepat baik pertumbuhan bulu maupun produksi daging. *** [030823]


logoblog

Thanks for reading Oecophylla smaragdina, Semut Rangrang Yang Gemar Bikin Sarang

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog