Minggu, Maret 17, 2024

Asplenium nidus, Tanaman Paku Sarang Burung Yang Epifit

  Budiarto Eko Kusumo       Minggu, Maret 17, 2024
Selain tanaman Begonia ‘Martin’s Mistery’, halaman depan rumah Siti Masofah yang menjadi tempat giat Posyandu Dahlia 6 Ngadilangkung, juga terdapat tumbuhan paku sarang burung dalam pot yang ditempatkan di atas rak tanaman. Letaknya berhimpitan dengan tanaman philo (Thaumatophyllum bipinnatifidum).
Tanaman paku sarang burung merupakan jenis pakis yang epifit. Tumbuhan epifit adalah tanaman apa pun yang tumbuh di atas tumbuhan atau benda lain hanya untuk menopang fisik. Paku sarang burung biasanya epifit pada batang pohon di hutan yang lembab.
Paku sarang burung juga dikenal dengan pakis sarang burung. Orang Sunda menyebutnya kadaka. Orang Jawa menamainya kedakah atau simbar merah, dan orang Kalimantan umumnya mengenal tanaman tersebut dengan istilah lokot. Sedangkan, orang Bugis menyebutnya bunga minta doa, dan orang Maluku menamakan tato hukung.

Tanaman paku sarang burung (Asplenium nidus)

Nama ilmiahnya adalah Asplenium nidus L. Nama genus Asplenium berasal dari bahasa Yunani dari kombinasi kata “a-“ (dosa, yang berarti negasi) dan “splenium” (limpa). Rupanya ini adalah nama kuno dari tanaman yang digunakan untuk melegakan limpa [
1González, J. Explicación Etimológica de las Plantas de La Selva. Flora Digital de La Selva: Organización para Estudios Tropicales. Retrieved from https://sura.ots.ac.cr/florula4/docs/ETIMOLOGIA.pdf
].
Sedangkan, julukan khusus nidus berasal dari bahasa Latin “nidus” yang berarti sarang, mengacu pada daun yang menyebar dan kebiasaan epifit pakis ini menyerupai sarang burung [
2Daniel J. Ohlsen. Asplenium nidus, in P.G. Kodela (ed.), Flora of Australia. Australian Biological Resources Study, Department of Climate Change, Energy, the Environment and Water: Canberra. https://profiles.ala.org.au/opus/foa/profile/Asplenium%20nidus [Date Accessed: 17 March 2024]
]. Struktur sarang burung ini dibentuk oleh roset daun yang tumpang tindih [
3Missouri Botanical Garden. Asplenium nidus L. Retrieved from https://www.missouribotanicalgarden.org/PlantFinder/PlantFinderDetails.aspx?taxonid=285707
].
Spesies Asplenium nidus dideskripsikan oleh botaniwan Swedia Carolus Linnaeus (1707-1778) pada tahun 1753, dan dipublikasikan dalam Species Plantarum, Exhibentes Plantas Rite Cognitas, Ad Genera Relatas, Cum Differentiis Specificis, Nominibus Trivialibus, Synonymis Selectis, Locis Natalibus, Secundum Systema Sexuale Digestas: Tomus II [
4Linnaei, Caroli. (1753). Species Plantarum, Exhibentes Plantas Rite Cognitas, Ad Genera Relatas, Cum Differentiis Specificis, Nominibus Trivialibus, Synonymis Selectis, Locis Natalibus, Secundum Systema Sexuale Digestas: Tomus II. Holmiae: Impensis Laurentii Salvii. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/item/13830
], atau Sp. Pl. 2: 1079 (1753).
Selain nama ilmiah (preferred scientific name), Asplenium nidus memiliki nama-nama umum (common names): bird's nest fern (Inggris); pesäraunioinen (Finlandia); Nestfarn (Jerman); nestvaren (Belanda); doradille, fougère nid-d'oiseau, nid d'oiseau (Prancis); helecho nido (Spanyol); asplénio-ninho, feto-ninho-de-ave (Portugis); sarakhis eish altayr (Arab); aspleniyam nidas (Malayalam); rang be, t[oor] chim, tổ điểu (Vietnam); kaprok hang sing, kaprok hua long, katae tai hin, K̄ĥāh̄lwng h̄lạng lāy (Thailand); daun semun, paku langsuyar, paku pandan, sakat-sakat  (Malaysia); paku sarang burung, pakis sarang burung (Indonesia); lukut, selimbar (Brunei Darussalam); pugadlauin, pakpak-lauin (Tagalog); cháo jué (China); shimaootaniwatari (Jepang); pa cho il yeop (Korea); shan su hua (Taiwan); i'gou (Papua Nugini); hakato (Tonga) [
5W.P. de Winter and V.B. Amoroso (Editors). (2003). Plant Resources of South-East Asia. No. 15(2). Cryptogams: Ferns and Fern Allies. Leiden: Backhuys Publishers. Retrieved from https://edepot.wur.nl/411315
,
6Ali, R.M., Samah, Z.A., Mustapha, N.M., & Hussein, N. (2010). ASEAN Herbal and Medicinal Plants. Jakarta: ASEAN Secretariat. Retrieved from https://asean.org/wp-content/uploads/2010/07/ASEAN-Herbal-and-Medicinal-Plants-2010.pdf
,
7EOL. Hawai’i Birdnest Fern: Asplenium nidus L. Retrieved from https://eol.org/pages/597615/names
,
8EPPO Global Database. Asplenium nidus (ASLNI). Retrieved from https://gd.eppo.int/taxon/ASLNI
,
9Philippine Medicinal Plants. Pakpak-lauin: Asplenium nidus Linn. Retrieved from http://www.stuartxchange.org/Pakpak-Lauin.html
].

Lengkungan daun muda paku sarang burung (Asplenium nidus)

Tanaman paku sarang burung (Asplenium nidus) yang bersinonim dengan Neottopteris nidus (L.) J.Sm ini termasuk dalam famili Aspleniaceae, dan daerah jelajah asli spesies ini adalah Malesia hingga Queensland Utara dan Timur Laut (Australia). Ini adalah epifit atau litofit dan tumbuh terutama di bioma tropis basah [
10Plants of the World Online. Asplenium nidus L. Royal Botanic Gardens Kew. Retrieved from https://powo.science.kew.org/taxon/urn:lsid:ipni.org:names:17048040-1
]. Dalam publikasi Linnaeus (1753) disebutkan bahwa spesimen yang digunakan dalam deskripsinya, hidup di pohon-pohon yang tinggi di Pulau Jawa (habitat in Javae summis arboribus). Pada waktu itu, Pulau Jawa masih di bawah genggaman Verenigde Oostindische Compagnie (VOC). Sekarang menjadi wilayah kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Asplenium nidus (paku sarang burung) mudah dikenali karena tajuknya besar, kuat, dengan dedaunan yang bentuknya mirip dengan daun pisang. Pelepah yang besar, sederhana, tidak bertangkai, berbentuk tali, berwarna hijau cerah memiliki bagian tengah rusuk berwarna coklat tua kehitaman dan pinggiran bergelombang. Pelepah yang tumpang tindih membentuk roset dengan bagian tengah seperti sarang, menyebar ke atas lalu melengkung dengan anggun ke luar. Nama umumnya muncul dari daun yang menggulung ke belakang dan berubah warna menjadi coklat saat mati sehingga menyebabkan 'sarang burung' berkembang di tajuk tanaman.
Paku sarang burung ini adalah jenis paku yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Selain dibudidayakan sebagai tanaman hias, paku sarang burung (Asplenium nidus) digunakan untuk kegunaan lainnya. Dalam  Plant Resources of South-East Asia. No. 15(2). Cryptogams: Ferns and Fern Allies [
5W.P. de Winter and V.B. Amoroso (Editors). (2003). Plant Resources of South-East Asia. No. 15(2). Cryptogams: Ferns and Fern Allies. Leiden: Backhuys Publishers. Retrieved from https://edepot.wur.nl/411315
] dijelaskan bahwa daun muda keriting (crozier) Asplenium nidus dan beberapa spesies Asplenium lainnya dimakan sebagai sayuran di Papua Nugini; dan pelepah Asplenium nidus digunakan di Hawaii untuk menghias tikar tenun.
Lalu dalam buku itu juga, diceriterakan bahwa di Malaysia, Asplenium nidus secara tradisional digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan rambut dengan sering mencuci rambut menggunakan rebusan campuran daun giling dan santan; wanita Sakai meminum rebusan atau infus tanaman di Pahang utara untuk meredakan nyeri persalinan dan di Perak utara untuk demam; dan di Filipina Asplenium nidus dianggap memiliki sifat depuratif dan obat penenang. Di Vanuatu daun muda Asplenium nidus digunakan sebagai alat kontrasepsi; dua lembar daun muda yang masih menggulung (crozier) dimakan pagi hari setelah haid.

Daun paku sarang burung (Asplenium nidus)

Sementara itu, di Kumaun Himalaya, Uttarakhand, India, Asplenium nidus digunakan untuk mengatasi pembesaran limpa akibat buang air kecil terus menerus, kalkulus, penyakit kuning dan malaria [
11Upreti, K. & Jalal, Jeewan & Tewari, Lalit & Joshi, G. & Pangtey, Y. & Tewari, Geeta. (2009). Ethnomedicinal uses of Pteridophytes of Kumaun Himalaya, Uttarakhand, India. Journal of American Science 5(4):167-170. https://www.jofamericanscience.org/journals/am-sci/0504/24_0797_pteridophyte_am0504.pdf
], dan di Brunei Darussalam, rebusan atau infus hangat daun Asplenium nidus digunakan untuk menghilangkan rasa sakit yang berhubungan dengan munculnya darah di tinja. Tiga cm persegi lamina daun biasanya cukup untuk setiap persiapan, diminum sekali sehari. Daun maserasi juga bisa dioleskan pada luka untuk menghentikan pendarahan [
6Ali, R.M., Samah, Z.A., Mustapha, N.M., & Hussein, N. (2010). ASEAN Herbal and Medicinal Plants. Jakarta: ASEAN Secretariat. Retrieved from https://asean.org/wp-content/uploads/2010/07/ASEAN-Herbal-and-Medicinal-Plants-2010.pdf
].
Dalam penelitian Rini Jarial et. al. (2018) dilaporkan bahwa dilaporkan bahwa Asplenium nidus tidak hanya digunakan secara luas untuk mengobati penyakit kaki gajah dan mengurangi demam tetapi juga menunjukkan aktivitas antivirus yang luar biasa terhadap virus Herpes simplex Tipe-1 (HSV-1, dan secara lokal Asplenium nidus telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk asma, luka, kelemahan dan bau mulut.
Lebih lanjut, Rini Jarial et. al. (2018) [
12Jarial, R., Thakur, S., Sakinah, M., Zularisam, A. W., Sharad, A., Kanwar, S. S., & Singh, L. (2018). Potent anticancer, antioxidant and antibacterial activities of isolated flavonoids from Asplenium nidus. Journal of King Saud University 30(2), 185-192. https://doi.org/10.1016/j.jksus.2016.11.006
], menjelaskan bahwa paku sarang burung (Asplenium nidus) kaya fitokimia antibakteri, antioksidan dan antikanker, dengan kandungan utama flavonoid adalah gliricidin-7-O-hexoside dan quercetin-7-O-rutinoside. Aktivitas antibakteri yang ditunjukkan oleh senyawa-senyawa yang diisolasi ini berpotensi terbukti berguna sebagai agen baru melawan patogen berbahaya. *** [170324]


logoblog

Thanks for reading Asplenium nidus, Tanaman Paku Sarang Burung Yang Epifit

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog