Jumat, Januari 24, 2025

Sugeng Tindak Ibu Morosepah

  Budiarto Eko Kusumo       Jumat, Januari 24, 2025
Makam almarhumah bersanding dengan almarhum suami di pamijen TPU Pracimaloyo, Makamhaji, Kartasura

Ibu Rustam, demikian panggilan akrab para tetangga untuk mertua yang bernama Suharmi, telah meninggal dunia pada Kamis Pon (16/01) pada pukul 11.54 WIB, di usian 79 tahun. Berita kematian saya dapatkan dari kiriman WhatApps dari istri di Solo yang merupakan anak bungsu dari almarhumah dan telepon dari anak wedok mbarep yang mengajar di SD Al-Islam 1 Surakarta.
Pada waktu itu, saya sedang melakukan briefing kepada kader SMARThealth Kelurahan Kepanjen yang akan turun lapangan untuk melakukan pengukuran tekanan darah kepada warga dalam penelitian “Deteksi Polimorfisme Pasien Hipertensi sebagai Pendekatan Personalisasi Terapi” di Sekretariat SMARThealth Kepanjen.
Begitu mendengar berita duka itu, saya mengucapkan bacaan istirja’ atau tarjiInna lillahi wa inna ilaihi raji'un” (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kami akan kembali). Bacaan istirja’ ini dalam agama Islam, diucapkan saat menerima kabar musibah atau sedang ditimpa musibah.
Setelah itu, saya langsung memohon maaf kepada para kader untuk menunda pertemuannya, dan saya pun bersiap bergegas pulang ke Solo. Sambil berkemas dan mencari tiket bis Rosalia, saya berkoordinasi dengan anak wedok mbarep untuk mengurus pemakaman almarhumah mertua secepatnya, dan sekaligus menghubungi keluarga saya untuk segera meluncur ke rumah duka di Jalan Tribusono No. 8 Mutihan RT 01 RW 12 Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta atau yang beken dengan sebutan Kota Solo.
Almarhumah mempunyai tiga orang anak, yaitu Ana Susanti, S.Sos. (almarhumah); Bambang Susanto, S.H. (almarhum); dan Tri Susana Wulandari, S.E. (anak bungsu), serta meninggalkan 5 orang cucu, yaikni Luthfan Syauqi, Faishal Rafi, Afra Fauziah Susanto, S.K.H., As-Syifa Hatas Al-Kusuma, S.Pd., dan Wara Kinca Al-Kusuma.
Beliau meninggalkan kenangan mendalam bagi keluarga, menantu, sahabat, jamaah Masjid Al-Aqsha Mutihan, dan semua orang yang mengenalnya. Almarhumah yang dikenal sebagai sosok yang selalu memberikan semangat dan ketulusan hati, terutama bagi anak bungsunya yang setia merawat hingga akhir hayat, dengan kalimat yang kerap saya dengar. “Orang hidup itu harus sabar dan tawakkal.”
Dalam perjalanan perawatan yang tidak mudah, anak bungsu menemani sang ibu melewati hari-hari penuh tantangan, mulai dari masalah kondisi tubuhnya yang semakin menua hingga membantunya menjalani perawatan harian yang memerlukan ketelitian dan cinta yang tak terhingga, seperti membuang tinja, mengganti pampers, menyiapkan sarapan, menyalin pakaian, dan harus siaga setiap saat terutama di malam hari jika sang ibu memanggilnya.
Beliau membesarkan anak-anaknya dengan nilai-nilai kehidupan yang kuat, terutama tentang pentingnya keluarga dan saling mendukung dalam setiap keadaan. Perjuangan anak bungsunya untuk merawat sang ibu adalah manifestasi nyata dari ajaran-ajaran tersebut.
Kehilangan seorang ibu tentu merupakan duka yang mendalam, tetapi bagi anak bungsunya, kenangan tentang ketulusan hati, pengorbanan, dan kasih sayang yang diberikan almarhumah akan selalu dikenang sebagai kenangan hidup yang tak ternilai.
Almarhumah akan selalu dikenang sebagai ibu yang penuh pengorbanan dan kasih sayang, serta sebagai sosok yang mengajarkan arti perjuangan dan keteguhan hati dalam menghadapi tantangan hidup, serta akan selalu dihormati atas nilai-nilai luhur yang telah ditanamkannya dalam kehidupan keluarga.
Meski tidak bisa menyaksikan pemakamannya yang dikebumikan pada pukul 16.30 di TPU Pracimaloyo, Makamhaji, Kartasura, mengingat perjalananannya yang cukuh jauh jaraknya, saya yang menjadi menantunya merasa lega karena prosesi pemakamannya berjalan lancar. Bantuan para tetangga dan kerabat dalam prosesi pemakaman ini patut diapresiasi yang sedalam-dalamnya. “Keguyupan para tetangga di Mutihan sangatlah baik.”
Begitu sampai di rumah pada malam hari, saya memandangi anak dan istri yang sedang merasakan duka. Saya merasa haru dan bangga melihat istri yang memiliki keterbatasan fisik mampu merawat sang ibu dengan telaten. Tidak hanya tenaga tapi juga terkadang harus menggenapi pesiunan almarhumah yang kecil dengan uangnya.
Setelah itu, saya menanyakan kepada anak wedok mbarep, mengenai hal-hal yang belum diselesaikan dalam prosesi pemakaman. Dari situ, saya mengetahui mana-mana saja yang besok harus diselesaikan. Kebetulan anak wedok mbarep yang menjadi guru tersebut mencatat semua pengeluaran untuk prosesi pemakaman. 
Esok harinya, semuanya saya selesaikan dengan pihak-pihak terkait, dan sekaligus juga langsung dikijing dengan keramik yang sama dengan almarhum suaminya hingga pembiayaan untuk tahlil 7 hari almarhumah. Alhamdulillah semuanya bisa beres atas rezeki yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
Kullu nafsin dzâ'iqatul maût,” firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam Q.S. Ali ‘Imran ayat 185. “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati” atau “Every soul will taste death.”
Sugeng tindak ibu morosepah! Semoga dimudahkan menuju ke alam kelanggenangan dengan ampunan Sang Ilahi. Keluarga akan senantiasa mengingat dan mendoakan sang ibu, mertua, dan nenek.
Allahummaghfir lahum, warhamhum, wa ‘afihim, wa‘fu ‘anhum. Allahumma anzilir rahmata, wal maghfirata, was syafa’ata ‘ala ahlil quburi min ahli la ilaha illallahu Muhammadun rasulullah.
Artinya: Ya Allah, berikanlah ampunan serta kasih sayang maupun afiat dan permintaan maaf untuk mereka. Ya Allha turunkanlah rahmat maupun ampunan serta syafa’at bagi ahli kubur serta penganut dari dua kalimat syahadat. *** [240125]


logoblog

Thanks for reading Sugeng Tindak Ibu Morosepah

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog