Rabu, Maret 26, 2025

Fimbribambusa horsfieldii, Bambu Langka Dari Kabupaten Malang

  Budiarto Eko Kusumo       Rabu, Maret 26, 2025
Tujuh tahun yang lalu di bulan puasa, tepatnya pada Ahad (03/06/2018), saya dengan 1 teman dan 1 orang kader SMARThealth Desa Sepanjang dolan ke daerah Tirtoyudo. Kalau tidak salah, kami jalan-jalan di sekitar tanjakan jurang rangkok yang berada di Dusun Bulupayung, Desa Sumbertangkil, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang.
Kenapa saya ke sana? Karena usai membaca berita botani, bahwa di Kabupaten Malang ini terdapat sebuah pohon bambu yang tergolong langka, namanya pring embong. Diperkirakan sudah punah tapi ternyata masih ada yang tumbuh.
Pring embong ini dikenal berkat laporan perjalanan blusukan Dr. Phil. Bot. Sijfert Hendrik Koorders (1863-1919), seorang ahli botani Belanda yang disebut sebagai pelopor perlindungan flora dan fauna pertama di Indonesia, wilayah yang dulu bernama Hindia Belanda.

Tanaman pring embong (Fimbribambusa horsfieldii)

Dalam buku Teysmannia (Een en Twintigste Deel) pada chapterEngkele Waarnemingen Omtrent den Bloeitijd van Eenige op Java in het Wild Groeiende of Aldaar vaak Aangplante Bamboesoorten” (In H. J. Wigman (Ed.), TEYSMANNIA (pp. 615–618). G. KOLFF & Co) disebutkan: “Bambusa cornuta Munro. Den 27 Juni 1896 bloeiend, bij Soember tangkil, district Toeren, res. Pasoeroean, op —+ 400—500 M. zeehoogte, in licht, altijdgroen gemengd woud; wild. — Pring-embong, Jav. (Kds. 25693 5)” [
1Koorders, Dr. S. H. (1910). ENKELE WAARNEMINGEN OMTRENT DEN BLOEITIJD VAN EENIGE OP JAVA IN HET WILD GROEIENDE OF ALDAAR VAAK AANGEPLANTE BAMBOESOORTEN . In H. J. Wigman (Ed.), TEYSMANNIA (pp. 615–618). G. KOLFF & Co . https://dn720702.ca.archive.org/0/items/teysmannia21bata/teysmannia21bata.pdf
].
Bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia: “Bambu cornuta Munro. Berkembangnya pada tanggal 27 Juni 1896, dekat Soember Tangkil, distrik Toeren, res. Pasoeroean, pada ketinggian —+ 400—500 M dari permukaan laut, di hutan campuran yang terang dan selalu hijau; liar. — Pring-embong, Jav. (Kds. 25693 5).”
Awalnya, begitu sampai di sekitar tanjakan jurang rangkok, saya mengira morfologi pring embong tak jauh berbeda seperti tanaman bambu pada umumnya. Bergerombol tegak membentuk barongan. Barongan berasal dari bahasa Jawa yang artinya kumpulan bambu yang rimbun.
Ternyata jauh dari apa yang kita bayangkan. Setelah berjalan ke sana ke mari, akhirnya atas saran penduduk setempat saya diajak ke sebuah tebing. Di tebing itu, saya melihat pring embong yang ternyata tumbuhnya menjalar. Tebingnya menjadi media untuk menempatkan batangnya yang tidak bisa berdiri tegak seperti pada tanaman bambu lainnya.

Daun pring embong (Fimbribambusa horsfieldii)

Pring embong memiliki nama ilmiah Fimbribambusa horsfieldii (Munro) Widjaja. Nama genus Fimbribambusa berasal dari bahasa Latin dari gabungan kata “fimbria” (pinggiran, jumbai) dan “bambusa” (bambu yang menjadi nama genus) [
2Widjaja, E. A. (1997). NEW TAXA IN INDONESIAN BAMBOOS. REINWARDTIA, 11(2), 57–152. https://bamboo.genobank.org/pdf/pinga.pdf
], mengacu pada kebiasaan spesies yang tumbuh menjumbai di pinggiran tebing-tebing sebagai media menempatkan batangnya.
Sedangkan, julukan khusus horsfieldii diberikan untuk menghormati Dr. Thomas Horsfield (1773– 1859), seorang dokter dan naturalis Amerika yang membuat banyak koleksi tanaman dan hewan saat bekerja di Jawa untuk Vereenigde Oostindische Companie (VOC) [
3Polly Campbell, Thomas H. Kunz, Cynopterus horsfieldii, Mammalian Species, Issue 802, 4 December 2006, Pages 1–5, https://doi.org/10.1644/802.1
].
Spesies tanaman ini mula-mula diperkenalkan botaniwan Inggris yang bekerja sebagai tentara kolonial di India, William Munro (1818-1880), pada tahun 1870 sebagai Bambusa horsfieldii, dan dipublikasikan dalam Transactions of the Linnean Society of London (Vol. XXVI), atau Trans. Linn. Soc. London 26(1): 115 (1870).
Kemudian pada tahun 1997, botaniwan Indonesia Elizabeth Anita Widjaja (1951-) merevisi dan mengklasifikasikan Bambusa horsfieldii ke dalam genus Fimbribambusa menjadi Fimbribambusa horsfieldii, dan dipublikasikan dalam A Journal on Taxonomic Botany, Plant Sociology and Ecology “Reinwardtia” Vol. 11 Part 2, atau Reinwardtia 11: 80 (1997) [
2Widjaja, E. A. (1997). NEW TAXA IN INDONESIAN BAMBOOS. REINWARDTIA, 11(2), 57–152. https://bamboo.genobank.org/pdf/pinga.pdf
].

Batang pring embong (Fimbribambusa horsfieldii) yang mungil

Selain bersinonim dengan Bambusa cornuta Munro, Fimbribambusa horsfieldii mempunyai nama-nama umum (common names): Horsfield's bamboo (Inggris); pring embong, bambu napap, buluh bolon (Indonesia).
Pring embong (Fimbribambusa horsfieldii) termasuk dalam famili Poaceae (suku rumput-rumputan), dan daerah asal spesies ini adalah Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Filipina, dan Papua Nugini. Di Jawa Timur sendiri, adanya di Desa Sumbertangkil, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Dalam Reinwardtia 11: 80 (1997) itu, Widjaja menjelaskan morfologi Fimbribambusa horsfieldii (pring embong) sebagai bambu yang merambat, berumbai longgar, rimpang simpodial. Tunas berwarna hijau pucat hingga gelap, gundul, dengan lapisan lilin putih yang rapat. 
Batangnya berwarna hijau dengan lilin putih dan tegak saat muda, saat lebih tua dan lebih tinggi ujung batang dan cabang merambat di atas pohon yang berdekatan, hingga lebih dari 10 m panjangnya, buku-buku mengembangkan patela atau fimbria yang sempit hingga lebar, cabang-cabang dengan satu sumbu dominan yang memanjang saat batang utama dipotong atau rusak, dengan beberapa cabang yang lebih kecil dan lebih tinggi. Sarung batang daun telinga seperti tanduk; gundul atau dengan bulu pendek hingga panjang, puncak horizontal atau tersembunyi; bilah menyebar hingga tertekuk.
 
Pring embong  (Fimbribambusa horsfieldii) tumbuh di tebing bersama tanaman lain guna untuk sandaran batangnya

Daunnya gundul, lanset lebar, pseudopetiol pendek; sarung daun daun telinga seperti tanduk, dengan bulu pendek hingga panjang terkadang hanya berkembang di satu sisi atau caducous; ligule utuh, dengan rambut pendek hingga halus atau gundul. Perbungaan yang berakhir pada cabang berdaun, tak tentu, setiap simpul dengan satu pseudospikelet bertangkai pendek dan 2–3 pseudospikelet bertangkai pendek. 
Pseudospikelet dari dua prophyl, 1–3 floret fertil dan 1 floret steril; lemma berbulu atau gundul; palea berlunas dua, tepi gundul atau berbulu, puncak bercabang dua; lodikula 2–3 atau tidak ada, bermembran, utuh, gundul atau sedikit bersilia; benang sari 6, kuning, filamen bebas; ovarium ovoid, gundul atau berbulu, tidak menebal di puncak; putik putik, panjang, berbulu; stigma 3, berbulu, putih.
Dilihat dari morfologinya, kegunaan pring embong (Fimbribambusa horsfieldii) tentu berbeda dengan bambu-bambu pada umumnya. Dalam buku Tumbuhan Obat Sumatera Utara Jilid 1: Monokotledon (2018, Jakarta: UKI Presss) disebutkan bahwa pemanfaatan tradisional dari pring embong (Fimbribambusa horsfieldii) adalah rebungnya dapat dikonsumsi dan buluhnya juga dapat dimanfaatkan untuk tali. *** [260325]


logoblog

Thanks for reading Fimbribambusa horsfieldii, Bambu Langka Dari Kabupaten Malang

2 komentar:

  1. terima kasih unggahan yang sangat menarik dan inspiratif, saya jadi semakin tahu bab bambu

    BalasHapus
  2. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh .......

    Alhamdulillaah .......

    Mmmuuuaaannntttaaappp pisan euy ......

    BalasHapus

Sahabat Blog