Kamis, Januari 06, 2022

Pakailah Penglihatan Yang Sempurna Untuk Lihat Orang Yang Tak Sempurna

  Budiarto Eko Kusumo       Kamis, Januari 06, 2022
"You have to look at imperfect people with perfect eyes." -In Chineese Drama "Perfect an Casual" (2020)

Judul tulisan di atas diambil dari salah satu dialog dalam drama China yang berjudul Perfect and Casual atau Wan Mei Xian Sheng He Cha Bu Duo Xiao Jie (dalam bahasa Mandarin). Drama Perfect and Casual yang disutradarai oleh Li Shuang ini merupakan drama bergenre romantis yang ditayangkan pada 28 September 2020 di Mango TV dengan 24 episode.
Drama yang diadaptasi dari web novel berjudul Mr. Perfect and Miss Almost ini dibintangi oleh aktor ganteng berbakat Miles Wei (Wei Zhe Ming) yang memerankan sosok Prof. Zhang Si Nian, seorang pakar matematika, serta Xu Ruo Han yang baru debut dalam drama ini berperan sebagai Yun Shu.
Drama Perfect and Casual mengisahkan tentang Prof. Zhang Si Nian yang pintar, elit, tapi memiliki hati sedingin es, dan Yun Shu, seorang mahasiswi stastistik yang murah hati, tenang dan cerah. Pertemuan awal mereka diwarnai kekacauan di sebuah café di dekat kampus.
Prof. Zhang yang menguasai statistik matematika itu senantiasa berbasis data dalam segala hal di kehidupannya. Pada saat di café dia memesan sebuah kopi berdasarkan catatan yang diberikan kepada barista, tapi hasilnya kurang berkenan. Sehingga, Prof. Zhang akhirnya bikin sendiri di café tersebut.
Kejadian ini dilihat oleh Yun Shu yang kebetulan juga pesan kopi, dan mengatai profesor muda ganteng itu sangat rewel. Namun esok harinya setelah masuk ruang kelas untuk ikut mata kuliah satatistik matematika dengan fokus pada multi variabel, Yun Shu terkejut usai mengetahui bahwa dia adalah dosen di kampusnya.
Pada waktu sidang skripsinya, Yun Shu juga didiskualifikasi oleh Prof. Zhang Si Nian karena terlambat 57 detik. “Anda adalah dosen paling angkuh yang saya temui sedunia”, kata Yun Shu dengan amat kecewa
Usai didiskualifikasi skripsinya yang menyebabkan dia harus mengulang tahun depan, Yun Shu mendapat kemalangan karena uang warisan orangtuanya kena tipu sepupunya yang mengaku konsultan real estate. Rumah yang dibelinya ternyata milik Prof. Zhang.
Karena Prof. Zhang yang terkenal teliti itu bisa membuktikan sertifikatnya maka Yun Shu pun akhirnya pergi dari rumah itu dengan tidak memiliki uang. Untungnya, dia punya dua sahabat yang baik hati: Gao Zhiyi dan Lin Nuo.
Khawatir Yun Shu mengelandang di jalanan, kedua sahabat berembuk untuk membantunya. Selain mereka memberikan uang, Lin Nuo berusaha mencarikan tempat menginap di bangsal rumah sakit tempat di mana ia kerja.
Dari rumah sakit inilah, judul tulisan di atas muncul. Ketika Lin Nuo hendak mengurus perizinan untuk tinggal Yun Shu, tanpa sengaja Yun Shu berjalan ke taman yang ada di rumah sakit tersebut dan menjumpai seorang kakek yang terperangkap di bawah shelter. Yun Shu kemudian menolongnya.
Kakek tersebut merupakan salah satu pasien yang mengidap kanker limfa yang diprediksi oleh dokter akan meninggal dalam 3 bulan bila tidak segera dioperasi, yang probabilitasnya pun tinggal 50%.
Dokter yang menangani kakek tersebut meminta kepada cucunya yang ternyata adalah Prof. Zhang agar membujuk kakeknya untuk mau dioperasi dan tentunya juga harus menuruti segala permintaan sang kakek. Permintaan sang kakek itu sebenarnya tidak terlalu sulit dipenuhi oleh Prof. Zhang yang pandai, kaya, muda dan ganteng itu, yaitu agar Prof. Zhang mengenalkan pacarnya.
Agar segera bisa dioperasi, Prof. Zhang pun kemudian keluar kamar rawat inap kakeknya. Ia menjumpai suster di bagian informasi untuk mau menjadi pacarnya tapi malah Prof. Zhang dianggap gila.
Di tengah kekalutan pikirannya itu, tiba-tiba ia melihat Yun Shu sedang keluar dari bangsal. Dipanggilnya ia. “Yun Shu, aku perlu bantuan untuk kebohongan putih ini?” kata Prof. Zhang. “Maukah kamu jadi pacarku?”
Yun Shu pun terkejut bukan main. Belum sempat menjawab, tangannya sudah ditarik Prof. Zhang untuk menjumpai kakeknya yang akan dibawa ke ruang operasi. Di lorong rumah sakit, kakeknya sudah dibawa oleh tim dokter menuju ke ruang operasi.
Pada saat itulah, untuk menyemangati hidup kakek yang dicintainya, Prof. Zhang dengan ekspresi kalut ingin mengenalkan Yun Shu sebagai pacarnya, dan ternyata kakeknya telah mengenal Yun Shu terlebih dahulu.
Beberapa hari setelah siuman, kakek pun meminta cucunya untuk segera menikah dengan Yun Shu yang dikenal murah hati oleh kakeknya. “Prof. Zhang, kerabat kita sudah bertemu Yun Shu”, kata kakeknya kepada cucunya. “Menurutku bulan ini kalian bisa siapkan pernikahan.”
Karena keduanya merupakan pakar matematika, maka Prof. Zhang diberi waktu 3 hari oleh kakeknya untuk mempersiapkan argumen bahwa Yun Shu tidak pantas buat dirinya. Kakeknya adalah seorang pensiunan guru besar, bernama Prof. Zhang Yuan Shi.
Kemudian Prof. Zhang pulang. Di rumah, Prof. Zhang memanggil Yun Shu untuk diajak diskusi terkait permintaan sang kakek tadi. Kebetulan Yun Shu juga ingin membicarakan sesuatu kepada Prof. Zhang perihal kasus penipuan yang dialami untuk kedua kalinya.
Sampai di rumah, Prof. Zhang menanyakan beberapa hal kepada Yun Shu untuk membuat argumen guna meyakinkan kakeknya. Ia pun mulai menanyakan tinggi badan dan berat badannya. Kemudian ia memeriksa ukuran jempolnya, dan memastikan apakah lidahnya bisa digulung hingga belakang serta ukuran daun telinganya. Yun Shu kemudian menanyakan kepada dosennya, “Pak Zhang, itu untuk apa?” 
“Aku sedang memeriksa dominasi genetik pada tubuhmu”, kata Prof. Zhang kepada Yun Shu. “Kamu tenang saja.” Lebih lanjut, Prof Zhang menjelaskan kepada Yun Shu bahwa dirinya dan kakeknya adalah sama-sama ahli matematika. Tak ada yang bisa meyakinkan kami selain data.
Selang 3 hari, mereka pun bertemu di ruang rawat inap dan berdebat perihal Yun Shu. Dengan percaya diri, Prof. Zhang memperlihatkan hasil analisa datanya bahwa Yun Shu ditipu dengan kecerobohan serupa hanya dalam sebulan. Berturut-turut ditipu 2 kali. Ini menunjukkan dalam IQ maupun kepribadian, dia punya kekurangan yang fatal.
“Kalau ku gabungkan parameter genetika, psikologi, dan sosiologi ku sebelumnya untuk dianalisis, kesimpulanku tidak salah”, kata Prof. Zhang kepada kakeknya. “Aku dan Yun Shu tak cocok menikah.”
Komentar kakeknya terhadap analisa cucunya itu adalah, kekurangan Yun Shu justru adalah kelebihan terbesarnya dan juga kekurangan terbesarmu. “Si Nian, aku paham dirimu”, katanya.
Hidup masa kecilmu kurang bahagia. Kamu ditinggal kedua orangtuamu, dan kakek pada waktu itu fokus di laboratorium terus sehingga hidup tidak menyenangkan buatmu. Tak layak dinikmati, apalagi indah. “ Kamu memang sempurna, tapi kurang hangat” tegas kakek.
Dan, Yun Shu meski seperti agak linglung, tak bisa diandalkan, bahkan mudah tertipu, tapi kehangatannya cukup menularimu, dan meyakinkanmu jatuh cinta lagi pada hidup. “Seperti kataku sebelumnya: satu berputar maju, satu mundur. Itulah keterikatan kuantum” terang kakek kepada cucunya.
Lebih lanjut, sang kakek memberikan wejangan kepada cucunya bahwa tujuan sains menciptakan hidup menjadi lebih baik dan lebih nyata. Hanya orang yang mencintai hidup, yang bisa sukses dalam sains. “Dan inilah yang bisa Yun Shu berikan padamu.”
Esok harinya, sang kakek memanggil Prof. Zhang dan Yun Shu ke kamar rawat inapnya. Kakek meminta cucunya menemani Yun Shu belanja barang yang diperlukan kakek. Permintaan kakek ini sebenarnya merupakan keinginannya agar Prof. Zhang bisa membuktikan hasil perdebatan analisanya kemarin.
Sebelum mereka berangkat ke mall, sang kakek meminta cucunya untuk lebih mendekat dan membisikkan: “Prof. Zhang. Pakailah penglihatan yang sempurna untuk lihat orang yang tak sempurna.”
Dalam belanja itulah, Prof. Zhang menjumpai kebenaran apa yang diucapkan oleh kakeknya perihal Yun Shu. Dalam memilih barang, Yun Shu hanya mengandalkan kepekaan perasaan untuk memilihkan kebutuhan orangtua, mulai dari deterjen, handuk maupun sandal. Yun Shu hanya bermodalkan penciuman aroma dan memegang barangnya.
“Biasanya aku datang ke supermakert sendirian, setidaknya butuh waktu satu setengah jam", kata Prof. Zhang kepada Yun Shu. “Kamu sungguh menghemat waktuku.”
Di kasir, kebetulan ada seorang ibu yang hendak membayar barang yang dibelinya ternyata ketinggalan dompetnya dan tidak bawa HP. Kebetulan Yun Shu dan Prof. Zhang yang antri dibelakangnya dimintai tolong oleh ibu itu meminjamkan uang 100 yuan untuk membayar dan akan diganti dalam 10 menit lagi.
Di depan Customer Service, Yun Shu dan Prof. Zhang menunggu ibu yang meminjam uang tadi. Namun hingga 23 menit lamanya tak kunjung muncul, dan akhirnya Prof. Zhang mengajak pulang Yun Shu.
“Yun Shu. Kamu terlalu mudah mempercayai orang lain. Ada banyak orang mengakalimu. Kamu harus selalu waspada”, kata Prof. Zhang kepada Yun Shu yang telah mengalami dua kali kena tipu.
Dengan agak kesal, Prof. Zhang berkata, “Pada dasarnya, dunia tak sesederhana pikiranmu.” Mana ada orang yang mau menipumu akan bilang, “Aku sedang menipumu.”
Tapi Yun Shu meyanggahnya, “Kalau di dunia ini kita harus selalu waspada, maka dunia itu akan sangat membosankan.”
Usai mengatakan ini, ibu tadi memanggil Yun Shu. “Nona. Maaf tadi aku mencarimu kemana-mana tak ketemu. Ini uangmu dan ini permen untukmu. Terima kasih banyak untuk kalian berdua.”
Uang yang diterima Yun Shu langsung dikembalikan ke Prof. Zhang sambil berkata: “Pak Zhang. Lihat! Di dunia ini masih ada kehangatan.”
Mereka pun terus pulang. Di tengah perjalanan, Prof. Zhang teringat akan kejadian di mall dan pesan kakeknya. “Pak Zhang. Lihat! Di dunia ini masih ada kehangatan” dan “Pakailah penglihatan yang sempurna untuk lihat orang yang tak sempurna.”
Yun Shu yang tidur di mobil dalam perjalanan pulang dipanggil oleh Prof. Zhang setelah memikirkannya. “Yun Shu. Sudah kupikirkan. Mari menikah.”
Kendati awalnya nikah kontrak untuk memenuhi permintaan kakeknya guna menyenangkan hatinya, namun seiring perputaran waktu selama setahun, kedua pasangan mulai tumbuh benih cinta yang sebenarnya.
Dalam pekerjaan, mereka bisa saling menjaga wibawanya masing-masing meski banyak mengalami rintangan dalam jalinan kehidupannya. Yun Shu yang pernah menerima ungkapan hati atasannya, yatu pengacara Meng, tetap menjawab dengan sopan bahwa dirinya menyukai Prof. Zhang walaupun Prof. Zhang tidak mengetahuinya.
Begitu pula ketika teman kuliahnya di Amerika pulang ke China dan terikat dalam satu proyek dengan Prof. Zhang, juga penasaran tentang berita pernikahan Prof. Zhang yang semula belum diketahui oleh publik kecuali hanya saudara dan teman dekat saja.
“Aku hanya penasaran. Penasaran seperti apa wanita yang bisa membuatmu berubah pikiran yang puluhan tahun hatimu sedingin es”, kata Lin Chu chu
Prof. Zhang pun menjawab dengan mantap. “Dia gadis yang terus dapat masalah jika aku tidak mencemaskannya.”
Akhirnya kedua pasangan itu benar-benar jatuh cinta. Pada saat Yun Shu mendapat kesempatan untuk belajar melukis manga (komik) ke luar negeri di tempat komikus pujaannya, ia sempat akan berangkat. Ia diantar oleh Prof. Zhang menuju bandara. Sesampainya di bandara, Prof. Zhang langsung pulang.
Sebelum check in, Yun Shu menuju ke toilet. Ketika ia mau mengambil tisu di tasnya, ia malah memegang nota tulisan Prof. Zhang yang berisi panduan ketika sampai di luar negeri secara detil, mulai dari tempat tinggal, mencari makan, cara menaruh mantel Prof. Zhang yang dititipkan padanya, dan sebagainya.
Yun Shu meneteskan air mata dan kemudian membatalkan kepergiannya ke luar negeri untuk menjumpai kekasih hatinya, Prof. Zhang. Meskipun tidak jadi berangkat ke luar negeri, lukisan manganya telah terbit secara online dan banyak penggemarnya. Manga atau komiknya, ia beri judul “Pria Sempurna dan Gadis Biasa” (Perfect and Casual). *** [060122]


logoblog

Thanks for reading Pakailah Penglihatan Yang Sempurna Untuk Lihat Orang Yang Tak Sempurna

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog