Pemberian sekecil apapun itu berarti (Photo via Unsplash by Khalil Radi) |
Tadi pagi, Kamis (19/12), sekitar pukul 08.42 WIB, paman mengupload kata mutiara milik Ali bin Abi Thalib (600-661 M) di 2 grup whatsapps (WA), yaitu grup WA Keluarga R. Soenarto (keluarga kakek dari garis ibu) dan Keluarga R. Sukisman Sastrokusumo (keluarga kakek buyut dari garis ibu).
Kata mutiara itu berupa ujaran (quote) dari Ali bin Abi Thalib, seorang Khalifah keempat yang memerintah negara Islam pertama Kekhalifahan Rasyidin (Khulafaur Rasyidin) dari tahun 656 hingga kematiannya pada tahun 661 M. Ia juga merupakan sepupu sekaligus menantu Rasulullah Shallallahu `alaihi Wa Sallam.
Bunyi ujarannya adalah “Jangan sekali-kali merasa malu memberi walaupun sedikit, sebab tidak memberi sama sekali pasti lebih sedikit nilainya”, yang literasi Inggrisnya berbunyi “Do not feel ashamed if the amount of charity you give is small, because to refuse the needy is an act of greater shame” (Janganlah merasa malu jika amal yang kamu berikan hanya sedikit, karena menolak orang yang membutuhkan adalah perbuatan yang sangat memalukan).
Kutipan Ali bin Abi Thalib ini menyampaikan pesan penting tentang kemurahan hati dan belas kasih. Kutipan ini menekankan bahwa nilai sedekah tidak ditentukan oleh besarnya sumbangan, tetapi oleh kemauan untuk memberi.
Sekalipun Anda hanya dapat memberikan sedikit bantuan, itu tetap berarti. Yang penting adalah Anda memberikan sesuatu kepada mereka yang membutuhkan, dan setiap tindakan kebaikan itu berarti, tidak peduli seberapa kecilnya.
Biarpun kecil, tindakan amal itu tetap berharga! Malahan menolak orang yang membutuhkan itu lebih buruk. Rasa malu yang sesungguhnya terletak pada menjauhi mereka yang membutuhkan bantuan. Memilih untuk tidak memberi apa pun, terutama saat Anda mampu melakukannya, dianggap lebih memalukan daripada memberi sedikit.
Kutipan Ali bin Abi Thalib ini sekaligus mendorong orang untuk beramal sesuai dengan kemampuannya, tanpa merasa tidak mampu jika tidak dapat memberi dalam jumlah besar. Kuncinya adalah jangan menolak bantuan kepada orang lain yang membutuhkan, karena membantu, meskipun sedikit, selalu lebih terhormat daripada mengabaikan orang lain sama sekali.
Orang Jawa bilang, tangan di atas lebih baik ketimbang kridha lumahing asta. Dikutip dari berbagai sumber, kridha artinya gerak, gerakan atau tindakan. Asta artinya tangan, dan lumahing berasal dari kata lumah yang berarti terlentang. Secara keseluruhan “kridha lumahing asta” artinya gerakan menengadahkan tangan. Esensi dari kalimat “kridha lumahing asta” mencerminkan sikap yang hanya ingin menerima, berharap atau menuntut untuk menerima sebagai lawan dari sikap memberi dan berkorban [
1Wo Thekle, S. (2023, May 02). Menelaah Arti “ Ojo Mung Krido Lumahing Asto.” Website Resmi Desa Dero, Kec. Bringin, Kab. Ngawi, Prov. Jawa Timur. https://dero.desa.id/artikel/2023/5/2/menelaah-arti-ojo-mung-krido-lumahing-asto
].Terkait kutipan dari Ali bin Abi Thalib ini, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sungguh beruntung. Indonesia kembali menjadi negara paling dermawan di dunia pada tahun 2024. Berdasarkan World Giving Index (WGI) 2024 yang dirilis Charities Aid Foundation (CAF), Indonesia berada di posisi pertama dengan skor 74 poin dari 10 negara yang terpilih. Hal itu membuat Indonesia menjadi negara paling dermawan selama tujuh tahun berturut-turut.
Penilaian dalam menentukan skor tersebut, CAF menggunakan sejumlah indikator untuk menentukan tingkat kedermawanan suatu negara. Beberapa di antaranya persentase menolong orang yang tidak dikenal, persentase jumlah donatur, dan kegiatan sukarelawan [
2Charities Aid Foundation. (2024, August 21). World Giving Index 2024: Global Trends In Generosity. https://www.cafonline.org/docs/default-source/inside-giving/wgi/wgi_2024_report.pdf
].Selaras dengan hal itu, Kementerian Agama RI melaporkan bahwa potensi zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) di Indonesia sangat besar, mencapai Rp 327 triliun pertahun. Angka potensial ini hampir hampir menyamai anggaran pemerintah untuk perlindungan sosial 2022 yang mencapai Rp 431,5 triliun. Saat ini, tercatat ada kurang lebih 10,7 juta mustahik di Indonesia dengan potensi zakat mencapai Rp 327 triliun [
3Ditzawa. (2023, August 23). Potensi Mencapai 327 T, Ini Tiga Fokus Kemenag dalam Pengembangan Zakat (M. Khoeron, Ed.). Kementerian Agama Republik Indonesia. https://kemenag.go.id/nasional/potensi-mencapai-327-t-ini-tiga-fokus-kemenag-dalam-pengembangan-zakat-LobJF
].Dalam bahasa religius, sedekah menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, dapat mendatangkan kebahagiaan bagi seseorang karena ketika seseorang bersedekah maka terlepaslah ikatan-ikatan kekikiran yang ada di dadanya sehingga lapanglah dada orang yang bersedekah. Sedekah akan memberikan ketenangan di dalam hati orang-orang yang beriman.
Ketenangan menurut Alan Carr dalam Positive Psychology: The Science of Wellbeing and Human Strengths (3rd Edition, 2022, Routledge), merupakan salah satu aspek dari kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan kondisi psikologis positif yang ditandai dengan rasa puas, tingginya tingkat emosi positif dan rendahnya tingkat emosi negatif.
Berbicara mengenai hal-hal yang membuat bahagia, Michael Argyle dalam The Psychology of Happiness (2nd Edition, 2001, Routledge), mengatakan bahwa terkadang kebahagiaan dipengaruhi oleh hubungan manusia dengan Tuhan. Ia menambahkan bahwa yang berhubungan dengan kebahagiaan adalah agama.
Seperti yang terjabarkan dalam Kitab Suci umat Islam, Al-Qur’an, pada Surah Al-Baqarah ayat 261: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” *** [191224]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar