Tak kalah menariknya dengan tanaman yang ada di taman di halaman dalam Universitas Ma Chung Malang yang dibahas sebelumnya, seperti cemara China (Juniperus chinensis), elo (Ficus racemosa), dan biola cantik (Ficus lyrata), beberapa tumbuhan berkayu lunak berbunga harum yang ada di depan pagar juga mengundang perhatian.
Tumbuhan berkayu lunak berbunga harum itu dikenal dengan kemboja merah jambu atau kemboja pink. Ia tumbuh berjajar dan bulan ini bungannya lagi mekar-mekarnya. Terlihat ayu (cantik) di taman depan Universita Ma Chung dengan lanskap rumput menghijau yang rapi.
Nama ilmiah dari kemboja merah jambu itu adalah Plumeria rubra L. Istilah Plumeria ini didedikasikan untuk menghormati Charles Plumier (1646-1704), seorang ahli botani Raja Louis XIV dari Prancis, penjelajah dan ilustrator, yang mengumpulkan tanaman dari kawasan Hindia Barat (Antillen Kecil, Antillen Besar, dan Kepulauan Bahama) dalam tiga ekspedisi botani dan disebut sebagai “Bapak Flora Hindia Barat” [
1Tiernan, Nichole M. (July 17, 2019). A history of the plant name Plumeria, commonly known as Frangipani. Retrieved from https://www.nicholetiernan.com/blog/2019/7/17/a-history
]. Sedangkan, julukan khusus rubra berasal dari bahasa Latin “ruber” (merah), mengacu pada warna bunga yang ada [2Bissanti, Guido. (25 July 2023). Plumeria rubra. Retrieved from https://antropocene.it/en/2023/07/25/plumeria-rubra-2/
].Bunga kemboja merah jambu (Plumeria rubra) |
Charles Plumier kemungkinan besar menemukan tanaman Plumeria pertama tetapi tanaman tersebut belum dijelaskan secara ilmiah sampai Carolus Linnaeus (1707-1778), seorang ahli botani Swedia, pada tahun 1753 mendeskripsikan spesies Plumeria rubra dan dipublikasikan dalam Species plantarum: exhibentes plantas rite cognitas, ad genera relatas, cum differentiis specificis, nominibus trivialibus, synonymis selectis, locis natalibus, secundum systema sexuale digestas: Tomus I [
3Linnaei, Caroli. (1753). Species plantarum: exhibentes plantas rite cognitas, ad genera relatas, cum differentiis specificis, nominibus trivialibus, synonymis selectis, locis natalibus, secundum systema sexuale digestas: Tomus I. Holmiae: Impensis Laurentii Salvii. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/item/13829
], atau Sp. Pl. 1: 209 (1753).Selain nama ilmiah, Plumeria rubra mempunyai nama-nama umum (common names): Frangipani, pagoda-tree, red paucipan, red paucipan, temple tree (Inggris); roter Frangipani, roter Pagodenbaum (Jerman); frangipanier rouge (Prancis); azuceno rojo, alhelí cimarrón, suche (Spanyol); flor-de-Santo-Antônio, jasmim-manga (Portugis); frangipane rosso (Italia); fitnat hamraa' (Arab); champa (Pakistan); kishirachampa (Sansekerta); mawk-sam-ka, mawk-sam-pailong, sonpabataing (Myanmar); dại hoa đỏ (Vietnam); chempaka, kemboja, kemboja merah (Malaysia); kemboja merah jambu, kemboja merah muda (Indonesia); hóng jīdàn huā (China); Indosokei (Jepang); red frangipani, red plumeria, Spanish jasmine (Kepulauan Bahama); laurier rouge bâtard (Antiles Kecil) [
4Plumeria rubra L. in GBIF Secretariat. GBIF Backbone Taxonomy. Checklist dataset https://doi.org/10.15468/39omei accessed via GBIF.org on 2023-11-14.
,5https://eol.org/pages/47138010/names
,6Rojas-Sandoval, J. (2022) ‘Plumeria rubra (red frangipani)’, CABI Compendium. CABI. doi: 10.1079/cabicompendium.42060.
,7http://plantamor.com/species/info/plumeria/rubra#gsc.tab=0
].Di Indonesia, semua jenis kemboja umumnya memiliki nama lokal di berbagai daerah sebagai kemboja entah itu berwarna merah muda, kuning atau putih. Nama lokalnya antara lain: pandam (Minangkabau); kamoja (Sunda); semboja (Jawa); campaka molja (Madura); bunga jepun (Bali); karasuti, kolosusu (Minahasa); capaka kubu (Tidore) [
8https://pusakapusaka.com/mengobati-kencing-nanah-dengan-tanaman-kamboja.html
].Batang kemboja merah jambu (Plumeria rubra) |
Plumeria rubra termasuk dalam famili Apocynaceae, dan berasal dari Meksiko hingga Suriname (Mexico, Belize, Costa Rica, El Salvador, Guatemala, Honduras, Nicaragua, Venezuela, Suriname), termasuk juga kawasan Hindia Barat (West Indies).
Kemboja merah jambu (Plumeria rubra) merupakan pohon kecil dengan ketinggian mencapai 8 m dengan daun dan batang lurus, bercabang, dan tajuk terbuka tidak beraturan. Daunnya berwarna hijau mengkilat di sisi atas dan lebih terang di sisi bawah, tersusun spiral di puncak cabang; bentuknya sederhana, lanset atau elips dan dengan pinggiran penuh.
Bunganya hermafrodit, tumbuh di malai di ketiak daun baru, dengan sepal kehijauan dan kelopak merah jambu dengan bagian tengah berwarna kuning. Namun dalam budidaya ada bentuk bunga yang bisa berwarna putih maupun kuning, atau dalam berbagai corak merah tua atau ungu dan sangat harum. Di bulan November ini, kebetulan termasuk bulannya kemboja merah jambu ini berbunga.
Pohon kemboja merah jambu (Plumeria rubra) |
Pada zaman dulu, Plumeria rubra sering ditanam di dekat candi dan kuburan sehingga biasa disebut sebagai “Pohon kuil” (Temple tree) dan “Bunga kuburan” (Graveyard flower). Namun kemudian, kemboja jambu merah (Plumeria rubra) banyak dibudidayakan untuk tanaman pekarangan rumah, taman maupun penghias jalan, karena bunganya yang indah dan menarik dengan warna dan ukuran serta berbau semerbak harum.
Di samping berguna sebagai tanaman hias, berbagai bagian tanaman digunakan secara tradisional untuk mengobati berbagai penyakit dan kondisi seperti kusta, peradangan, diabetes melitus, bisul, luka, gatal-gatal, jerawat, sakit gigi, sakit telinga, membersihkan lidah, nyeri, asma, sembelit dan antifertilitas [
9Bihani T. (2021). Plumeria rubra L.- A review on its ethnopharmacological, morphological, phytochemical, pharmacological and toxicological studies. Journal of ethnopharmacology, 264, 113291. https://doi.org/10.1016/j.jep.2020.113291
].Getahnya digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai pengobatan topikal untuk kulit gatal dan kutil [
10https://www.iplantz.com/plant/1263/plumeria-rubra/
]. Di Kabupaten Buleleng, Bali, kemboja merah jambu (Plumeria rubra) merupakan jenis tumbuhan obat [11Andila, P. S., Tirta, I. G., & Warseno, T. (2023). Medicinal Plants Diversity Used by Balinese in Buleleng Regency, Bali. Journal of Tropical Biodiversity & Biotechnology, 8(1). DOI: 10.22146/jtbb.73303. https://journal.ugm.ac.id/jtbb/article/view/73303/35834
]. Bunganya digunakan oleh masyarakat setempat untuk mengobati sesak napas (asma), stroke, dan saraf terjepit.Tanaman ini memiliki beragam aktivitas farmakologis yaitu antibakteri, antivirus, antiinflamasi, antipiretik, antidiabetes, hepatoprotektif, antikanker, anthelmintik, antifertilitas dan banyak aktivitas lainnya. *** [151123]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar