Sabtu, Maret 15, 2025

Pontederia crassipes, Eceng Gondok Yang Invansif dan Berbunga Indah

  Budiarto Eko Kusumo       Sabtu, Maret 15, 2025
Selama berperahu orientasi lapangan dengan Tim Sosiologi Universitas Brawijaya (UB) dari Dermaga Dadapan menuju ke Dermaga Rajut Indah Kecopokan, pulang pergi, saya melihat tanaman eceng gondok banyak mengapung di Waduk Karangkates.
Mereka mengapung di waduk, dan setiap ada angin sedikit kencang, apungan segerombol tanaman eceng gondok akan berpindah tempat mengikuti sapuan angin itu pergi ke arah mana. Eceng gondok diperkenalkan sebagai spesies hias untuk menghiasi badan air karena bunganya yang menarik. Kemudian, eceng gondok lepas, menyebar dengan cepat, dan menjadi spesies invasif, membentuk tikar padat di daerah introduksi [
1Ghoussein, Y., Abou Hamdan, H., Fadel, A., Coudreuse, J., Nicolas, H., Faour, G., & Haury, J. (2023). Biology and ecology of Pontederia crassipes in a Mediterranean river in Lebanon. Aquatic Botany, 188, 103681. https://doi.org/10.1016/j.aquabot.2023.103681
].
Saat ini, eceng gondok menginvasi sebagian besar badan air tawar di seluruh dunia. Eceng gondok dapat menempati berbagai lingkungan perairan seperti sungai, danau, dan waduk. Seperti yang ada di Waduk Karangkates, bila tidak terkontrol akan menutupi permukaan waduk.
Di Indonesia, tanaman eceng gondok dikenal dengan nama lokal, seperti kelipuk (Palembang), ringgak (Lampung), eceng gondok (Sunda); bengok (Tuntang, Kabupaten Semarang), kembang bopong (Jawa), ilung-ilung (Dayak), tumpe (Manado).

Tanaman eceng gondok (Pontederia crassipes) di Waduk Karangkates di tepi Dermaga Dadapan, Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang

Eceng gondok telah lama dikenal dengan nama ilmiah sebagai Eichhornia crassipes, tetapi baru-baru ini nama yang diterima adalah Pontederia crassipes Mart [
2EPPO STANDARD - NATIONAL REGULATORY CONTROL SYSTEMS. (2021). PM 9/8 (2) Pontederia crassipes. EPPO Bulletin, 51(3), 610–615. https://doi.org/10.1111/epp.12784
]. Nama genus Pontederia diberikan untuk menghormati ahli botani dan dokter Italia Giulio Pontedera (1688-1757). Pontedera adalah seorang kolektor tanaman, profesor botani di Universitas Padua, dan prefek Kebun Raya Padua. Ia menulis sebuah karya berjudul Anthologia sive de floris natura.
Sedangkan, julukan khusus crassipes berasal dari bahasa Latin dari gabungan kata “crassi-“ (tebal) dan “pes” (kaki, pangkal, batang), mengacu pada batang tanaman ini yang tebal [
3González , J. (n.d.). Explicación Etimológica de las Plantas de La Selva. Flora Digital de La Selva; Organización para Estudios Tropicales. Retrieved March 14, 2025, from https://sura.ots.ac.cr/florula4/docs/ETIMOLOGIA.pdf
], atau mblenduk dalam bahasa Jawa, atau membesar.
Nama ilmah Pontederia crassipes diperkenalkan oleh penjelajah botani, etnolog, dan botaniwan Jerman Karl Friedrich Philipp von Martius (1794-1868) pada tahun 1823/1824, dan dipublikasikan dalam Nova Genera Et Species Plantarum: Quas In Itinere Per Brasiliam MDCCCXVII-MDCCCXX Jussu Et Auspiciis Maximiliani Josephi I., Bavariae Regis Augustissimi instituto (Volumen Primum), atau Nov. Gen. Sp. Pl. (Martius) 1(1): 9, t. 4 (1823/1824).
Selain nama ilmiah (scientific preferred name), Pontederia crassipes mempunyai nama-nama umum (common names): water- hyacinth, water violet (Inggris); vattenhyacint (Swedia); Vahyazint (Denmark); Wasserhyazinthe (Jerman); gewone waterhyacint, wasserhyazinthen (Belanda); glaïeul bleu, jacinthe d'eau (Prancis); buchón (Spanyol); aguapé-de-flor-roxa, jacinto aquatico (Portugis); giglio del nilo (Italia); bisnidh, habba, halassandi (Mesir); su sümbülü (Turki); gulbakauli, kalali (Pakistan); variparni (Sansekerta); kachuripana (Bangladesh): beda-bin, ye-padauk (Myanmar); luc-binh (Vietnam); kamplauk (Kamboja); paktopjava, sawah, top-chawa (Thailand); bunga jamban, keladi bunting, kemeling telur (Malaysia); eceng gondok (Indonesia); feng lan yan (China); hotei-aoi (Jepang); bu re ok jam (Korea); aguape de flor roxa, aguape puru-a, baronesa, dama del lago, jacinta d'agua, murumurii (Brasil); bora (Venezuela); buchon, tarulla (Kolombia).

Bunga eceng gondok (Pontederia crassipes) berwarna ungu

Tanaman eceng gondok (Pontederia crassipes) termasuk dalam famili Pontederiaceae (suku ecenggondok-ecenggondokan),  dan daerah asal spesies ini adalah daerah kawasan tropis Amerika Selatan. Ia gemar tumbuh di atas air (hidrofit).
Pontederia crassipes (eceng gondok) merupakan tumbuhan akuatik yang mengapung bebas dengan ketinggian antara 0,3 hingga 1 meter. Akarnya serabut panjang dan berbulu. Eceng gondok menghasilkan stolon, batang bawah air yang menghubungkan tanaman induk dengan keturunannya yang identik secara genetik. Daunnya besar, bulat sedikit cekung, halus dan mengilap dengan seluruh tepi daun. Tangkai daun berbentuk bola di pangkal daun diisi dengan jaringan spons yang membantu menjaga tanaman tetap mengapung.
Bunga ungu muda hingga biru tersusun pada perbungaan berbentuk paku. Kelopak teratas memiliki bagian tengah berbentuk oval berwarna kuning yang dikelilingi oleh garis-garis ungu tua yang jelas yang berasal dari pangkal, memancar ke luar dan bercabang ke arah tengah dan tepi luar kelopak. Buahnya berupa kapsul yang berisi 3 ruang yang diisi dengan biji-biji kecil bergaris [
4Flora & Fauna Web. (n.d.). Pontederia crassipes Mart. National Parks Singapore (NParks). Retrieved March 15, 2025, from https://www.nparks.gov.sg/florafaunaweb/flora/1/9/1984
].
Tanaman eceng gondok (Pontederia crassipes) ini didatangkan ke Hindia Belanda pada tahun 1894 sebagai koleksi Kebun Raya Bogor, atau yang pada masa kolonial Belanda disebut  ‘s Lands Plantentuin te Buitenzorg.

Daun eceng gondok (Pontederia crassipes)

Eceng gondok sebenarnya dikenal sebagai tanaman akuatik yang indah dengan bunga warna ungunya yang mencolok. Namun, tumbuhan akuatik yang invasif ini dianggap sebagai penyebab kedua hilangnya keanekaragaman hayati dalam ekosistem akuatik. Pontederia crassipes (eceng gondok) adalah salah satu spesies invasif paling berbahaya di dunia bila dikontrol pertumbuhannya.
Terlepas dari konteks gulma, tanaman eceng gondong memiliki kegunaan-kegunaan bagi manusia. Daunnya dapat dimakan mentah dalam salad, dikukus, atau dimasak dalam sup. Di pedesaan, daunnya juga bisa digunakan sebagai pakan ternak. 
Daunnya memiliki potensi fitoremediasi yang kuat, karena menyerap banyak jenis polutan, seperti timbal, seng, nikel, merkuri, kromium, dan arsenik. Daunnya juga menyerap nutrisi nitrogen dan fosfor yang berbahaya bagi lingkungan jika berlebihan. Penelitian sedang dilakukan untuk menggunakan tanaman ini untuk mengolah limbah cair. Di Kamboja, tangkai daun dikeringkan dan dianyam bersama untuk membuat berbagai produk, seperti keranjang dan alas meja [
4Flora & Fauna Web. (n.d.). Pontederia crassipes Mart. National Parks Singapore (NParks). Retrieved March 15, 2025, from https://www.nparks.gov.sg/florafaunaweb/flora/1/9/1984
].
Di Indonesia, tepatnya di Dusun Sejambu RT 02 RW 05 Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, menurut laman Espos.id, pemuda setempat berhasil menyulap eceng gondok menjadi fashion hand craft seperti sandal, topi, dan tas, yang mampu menembus Pasar Eropa.

Tanaman eceng gondok (Pontederia crassipes) mengapung di Waduk Karangkates, Desa Tlogorejo

Begitu pula, halnya dengan kisah nelayan Supriyadi, yang dikutip dari laman Kompasiana, berinovasi menyulap eceng gondok menjadi sebuah kerajinan dengan memanfaatkan limbah tanaman menjadi serat tenun yang kemudian dianyam untuk menciptakan sepatu lokal yang berkualitas  dan sekaligus juga ramah lingkungan. 
Tak hanya itu, Pontederia crassipes (eceng gondok) juga bisa dijadikan sebagai bahan baku untuk memproduksi dan memasarkan berbagai produk biodegradable (dapat terurai secara hayati), seperti karton, kertas, dan kemasan, yang mendukung mitigasi dampak buruk pada ekosistem, telah diidentifikasi [
5Sierra-Carmona, C. G., Hernández-Orduña, M. G., & Murrieta-Galindo, R. (2022). Alternative Uses of Water Hyacinth (Pontederia crassipes) from a Sustainable Perspective: A Systematic Literature Review. Sustainability, 14(7), 3931. https://doi.org/10.3390/su14073931
].
Selain itu, eceng gondok (Pontederia crassipes) juga mempunyai kegunaan dalam pengobatan. Secara tradisional, tanaman ini digunakan untuk mengobati gangguan gastrointestinal, seperti diare, cacingan, gangguan pencernaan, dan perut kembung. Biji-bijinya atau kacang-kacangan dimanfaatkan untuk fungsi limpa yang sehat. 
Tanaman ini juga kaya akan berbagai senyawa bioaktif yang menunjukkan beragam sifat farmakologis. Ben Bakrim et. al. dalam A Comprehensive Review of Its Chemical Composition, Traditional Use, and Value-Added Products (2022, Frontiers in Pharmacology, 13, 842511), melaporkan bahwa Pontederia crassipes (eceng gondok) memiliki khasiat kesehatan, seperti  antioksidan, antimikroba, antitumor, antikanker, antiinflamasi, serta hepatoprotektif, larvasida, dan penyembuhan luka. *** [150325]


logoblog

Thanks for reading Pontederia crassipes, Eceng Gondok Yang Invansif dan Berbunga Indah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog